Nggak Suka Pendidikan Formal, Bos Perusahaan IT Terkemuka Dunia Patungan Buat Sistem Sekolah Baru

Silicon Valley terletak di bagian selatan San Fransisco Bay, California, Amerika Serikat. Bagi kamu yang belum tahu, tempat itu merupakan pusat berkumpulnya perusahaan-perusahaan IT dunia seperti Apple, Facebook, dan Google. Yup tempat ngumpulnya orang-orang paling pintar dan kaya di dunia. Kawasan yang penuh perusahaan start up itu jadi lingkungan eksklusif karena makin banyak penghuninya masuk daftar orang terkaya di dunia. Bukan cuma bekerja sana, kebanyakan juga tinggal di area tersebut.

Pasti pernah dengar ‘kan kantor keren Google atau Facebook yang ada gym, ruang pijat, dan penuh makanan gratis?! Ternyata bukan cuma kantor-kantornya saja yang sangat kreatif dan tidak tradisional, sekolah buat anak-anak bos IT di Sillicon Valley di sana juga keren banget. Tidak puas dengan sistem sekolah umum yang dianggap mengekang kreativitas siswa, para bos di sana termasuk CEO Facebook, Mark Zuckerberg, pada patungan untuk membuat sekolah khusus untuk anak-anak mereka.

Business Insider baru-baru saja membuat liputan khusus tentang jaringan sekolah yang diberi nama AltSchool ini. Yuk intip seperti apa sih sekolah yang disiapkan orang-orang terkaya dan terpintar di dunia bareng-bareng Hipwee News & Feature!

1. Max Ventilla – mantan kepala personalisasi di Google, meninggalkan perusahaan untuk membangun AltSchool pada 2013. Saat ini sudah ada 7 lokasi di Bay Area dan New York

Tahu bagaimana ‘mengurusi’ orang-orang pintar di Google, kini Ventilla ingin ‘mencetak’ anak pintar  via www.businessinsider.co.id

2. Sekolah ini menggabungkan teknologi terbaru dengan kurikulum yang didesain khusus untuk tiap siswa. Makanya di setiap cabang Altschool hanya ada sekitar 35- 120 siswa

Sekolah personalized untuk mengembangkan potensi tiap siswa dengan maksimal via www.businessinsider.co.id

3. Berbeda dengan sistem kelas dalam sekolah tradisional, hanya ada tiga kelas dalam Altschool: lower elementary, upper elementary, dan middle school untuk siswa usia 4-14 tahun

Menurut mereka pembagian kelas atau sistem ‘naik kelas’ tidak perlu sebanyak itu via www.businessinsider.co.id

4. Ruang kelas juga bukan untuk duduk seharian, tapi hanya dipakai sesuai kebutuhan. Ada ruang yang berisi peralatan seni dan ada banyak juga ruang kosong yang multiguna

Tergantung proyek apa yang dilakukan siswa hari itu  via www.businessinsider.co.id

5. Jadwal pelajarannya tidak biasa. Bukan pengelompokkan berdasar mata pelajaran, kegiatan siswa tiap minggu lebih didasari proyek atau pencapaian pribadi dan kelompok

Tiap minggu mereka punya daftar proyek yang disebut playlist‘ untuk diselesaikan  via www.businessinsider.co.id

6. Teknologi digunakan membantu para siswa mengerjakan proyek mereka semandiri mungkin. Lewat platform digital My.Altschool, proyek yang sudah selesai diunggah oleh siswa sendiri

Jika ‘playlist‘ hari itu menggambar, maka hasilnya akan di-upload dan daftarnya dicentang selesai  via www.businessinsider.co.id

7. Bahkan absen di pagi hari juga tidak dimulai dengan pemanggilan nama bersama di kelas, cukup mengisi daftar hadir di smart gadget yang ditempel di dinding

Semua data siswa terintegrasi secara digital via www.businessinsider.co.id

Aplikasi My.AltSchool yang digunakan untuk absen ini tentu saja produksi in house. Tim yang membuat sebelumnya bekerja di Apple, Uber, Zynga, Ventilla, dan Google. Dan bukan cuma untuk absen saja, aplikasi itu juga sebagai penghubung antara guru, siswa, dan orangtua dalam pembelajaran. Orangtua juga ikut andil dalam merancang proyek atau pengajaran yang diberikan berdasarkan minat, kekuatan, dan kelemahan siswa. Jadi pendidikan di rumah dan sekolah saling bersinergi.

Bukan cuma pihak sekolah saja, orangtua di rumah juga bisa selalu mengakses My.Altschool via www.businessinsider.co.id

8. Bukan berarti gurunya jadi tidak pernah bertatap muka sama murid. Karena tiap muridnya mengerjakan proyek yang berbeda-beda, guru akan berkeliling dan dapat one-on-one time dengan tiap murid

Justru lebih personal karena guru akan mendatangi muridnya satu-satu  via cloudfront.net

9. Kalaupun tidak berkeliling, para guru bisa mengawasi aktivitas siswa lewat kamera yang diinstal di tiap kelas. Kamera ini juga berfungsi ganda karena murid sering ‘curhat’ lewat sini

Supaya tidak ada momen yang terlewatkan, orangtua pun bisa akses  via www.businessinsider.co.id

10. Proyek tiap murid disesuaikan dengan minat dan potensinya masing-masing. Tidak terbatas pada mata pelajaran dasar seperti matematika atau bahasa, grup ini sedang membangun struktur kayu impian mereka

Dengan satu proyek ini, mereka dapat mempelajari berbagai konsep fisik dan matematika  via www.businessinsider.co.id

11. Bahkan siswa diberi kebebasan untuk mendesain sendiri ruang kelasnya. Setelah dapat proyeknya disetujui, siswa ini mengubah kelasnya jadi tempat parkour 

Ingin belajar parkour, makanya perlu banyak desain pengaman di kelas  via www.businessinsider.co.id

12. Beda lagi dengan siswi ini yang ingin membuat taman indoor penuh dengan tanaman teh. Semua hasrat dan keinginan murid untuk belajar apapun bisa terpenuhi di sekolah ini

Tidak ada mimpi yang terlalu kecil atau besar, semua layak dikejar via www.businessinsider.co.id

13. Biar tidak saling mengganggu karena saking banyaknya proyek siswa yang berjalan beriringan, para siswa diperbolehkan memakai headset untuk menghindari distraksi

Diajari tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas dan proyek yang mereka rancang sendiri  via www.businessinsider.co.id

Seperti halnya Mark Zuckerberg, sepertinya banyak bos-bos IT dunia yang justru drop out atau tidak selesai sekolah. Imajinasi dan kegeniusan mereka tampaknya tidak bisa ‘ditangani’ sekolah-sekolah pada umumnya. Belajar dari pengalaman tersebut, tampaknya mereka ingin anak-anaknya mendapatkan pengalaman sekolah yang lebih baik dan sesuai dengan potensi mereka. Sekolah yang sangat personalized dengan kurikulum yang dirancang khusus untuk tiap siswa ini memang baru ada di beberapa kota besar di Amerika Serikat dan masih sangat mahal.

Ya buat sekadar informasi dan inspirasi aja. Enaknya kalau sistem pendidikan benar-benar bisa disesuaikan sama kebutuhan dan potensi kita, bukan cuma standar nasional dan keputusan menteri pendidikan yang tiap tahun ganti. Pasti banyak yang ‘bodoh’ dalam standar nilai umum sekolah saat ini, sebenarnya bisa jadi jenius kalau belajar sesuai keinginannya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini