Sekelompok Remaja di Kanada Berjanji Tidak Akan Memiliki Anak untuk Lawan Perubahan Iklim

Remaja lawan perubahan iklim

Kita semua mungkin tahu kalau bumi saat ini sedang sekarat, kebakaran hutan di mana-mana, ribuan sampah plastik mengambang di lautan, belum lagi polusi udara yang tak henti-hentinya. Pemanasan global juga terus menghantui kita semua, bongkahan-bongkahan es di kutub dilaporkan terus berkurang, membuat bumi makin hari rasanya makin panas aja. Kondisi miris itu membuat kita berpikir, apa kabar bumi belasan atau puluhan tahun yang akan datang ya?

Advertisement

Ketakutan akan perubahan iklim ternyata dirasakan oleh sejumlah remaja di Kanada. Mereka menyerukan gerakan #NoFutureNoChildren atau gerakan menolak punya anak karena merasa masa depan bumi tidak terlalu baik. Mereka takut anak keturunannya akan menderita jika tetap egois memaksakan memiliki anak. Sekilas keputusan mereka mungkin terdengar masuk akal, tapi keputusan itu bukan kabar yang baik bagi pemerintah dan negara.

Berbeda dengan aksi yang kebanyakan dilakukan orang untuk memerangi perubahan iklim, sekelompok remaja di Kanada justru memilih tidak memiliki anak di masa depan. Gerakan yang sungguh visioner

Remaja yang bergabung dalam gerakan #NoFutureNoChildren via www.en24.news

Emma Lim, remaja berusia 18 tahun menggemparkan dunia dengan keputusannya untuk tidak memiliki anak di masa depan karena kondisi bumi yang semakin tidak menjanjikan. Emma yang didukung oleh puluhan siswa sekolahnya itu menginisiasi gerakan #NoFutureNoChildren untuk memerangi perubahan iklim, seperti dilansir Vice .

Berbeda dengan mayoritas orang yang lebih memilih mengurangi emisi karbon atau menanam hutan kembali, Emma justru fokus ke kondisi bumi di masa mendatang yang kemungkinan akan memburuk. Berbagai sumber daya penting seperti air atau makanan akan terbatas, masalah sosial-ekonomi akan meningkat, belum lagi potensi cuaca ekstrem serta tingginya biaya hidup. Itu membuat Emma dan kawan-kawannya ketakutan sehingga memilih tidak akan melibatkan anak keturunannya, setidaknya sampai ada aksi nyata dari pemerintah dan organisasi dunia.

Advertisement

Menurut sebuah riset, mayoritas remaja di AS ternyata juga sangat ketakutan dengan perubahan iklim. Mereka bahkan ada yang menyalahkan orangtuanya, katanya masa depannya telah dicuri

Remaja di AS juga protes sama perubahan iklim via www.washingtonpost.com

Nggak hanya di Kanada, ketakutan akan perubahan iklim atau global warming juga dirasakan mayoritas remaja di AS. Berdasarkan poling yang dilakukan The Post and the Kaiser Family Foundation (KFF), dilansir The Washington Post , 57% remaja merasa marah dengan adanya perubahan iklim. Di antara mereka juga ada yang menyalahkan para orangtua karena telah melahirkan mereka di tengah kondisi bumi yang buruk ini.

Sekilas, aksi menolak punya anak yang digaungkan remaja-remaja Kanada di atas mungkin masuk akal, karena kasihan juga kalau anak keturunan kita harus merasakan penderitaan saat bumi ‘sekarat’. Namun keputusan itu bakal merugikan negara juga

Padahal repot juga kalau nggak ada generasi penerus bangsa via ca.news.yahoo.com

Jika dilihat dari kacamata personal, keputusan sekelompok remaja di Kanada itu mungkin tampak baik, namun jika dilihat dari sisi yang lebih luas seperti negara, aksi mereka itu justru bisa merugikan. Ketika mereka memutuskan tidak akan memiliki anak, itu artinya mereka tidak akan memiliki penerus. Garis keturunan akan terputus. Di masa depan, negara bisa kekurangan penduduk. Tidak ada lagi tenaga kerja produktif yang bisa berujung pada mandeknya roda ekonomi di sana.

Perubahan iklim itu memang nyata, tapi nggak semestinya hal tersebut membuat kita memilih berhenti berkembang biak. Yang perlu dibenahi harusnya justru akar masalahnya, seperti mengurangi emisi beracun, menciptakan inovasi yang lebih ramah lingkungan, dan lain-lain. Dengan komitmen penuh, bukan nggak mungkin bumi di masa depan akan jauh lebih baik. Ya nggak sih?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

Editor

An amateur writer.

CLOSE