Robot Seks Anak Dikembangkan untuk Para Pedofil. Niat Sembuh Malah Bisa Kambuh!

Maraknya kasus kejahatan seksual pada anak di zaman now nggak cuma bikin was-was para orangtua di seluruh dunia, tapi juga bagi para ilmuwan, praktisi, akademisi, atau pemerhati anak. Mereka memutar otak untuk menemukan cara menyudahi persoalan itu dengan melakukan berbagai macam penelitian atau diskusi terkait. Kepedulian tersebut nggak cuma muncul dari mereka yang bergerak di ranah kesehatan atau psikologi saja, tapi juga di bidang teknologi, khususnya yang menerjunkan diri di bidang robotika.

Menanggapi kasus pedofilia, seorang filsuf robotika sekaligus kandidat doktor dari Université libre de Bruxelles di Belgia yang bernama Marc Behrendt menganjurkan penggunaan robot seks anak untuk pengobatan dan rehabilitasi para pedofil. Behrendt mempresentasikan analisisnya itu dalam kongres internasional “Love and Sex with Robots” yang dihelat di London, 19-20 Desember 2017 kemarin. Gagasan berani ini tentu saja menuai kontroversi. Mereka yang kontra justru menganggap ide itu bisa berakhir buruk. Hipwee News & Feature telah merangkum topik ini untuk kamu. Yuk, simak~

Behrendt berpendapat kalau robot seks anak ini bisa membantu mencegah pedofil menyerang anak-anak demi memuaskan nafsunya

Robot seks anak via www.neonnettle.com

Robot seks sebenarnya bukan sesuatu yang baru lagi. Jepang dengan segala penemuan aneh bin uniknya bahkan sudah memasarkan secara bebas boneka berbentuk cewek seksi yang bisa “dipakai” kapanpun, tanpa khawatir ditindak pidana atas kasus pemerkosaan pada manusia. Sama halnya dengan robot cewek seksi itu, Behrendt menyatakan kalau robot ini bisa membantu mengurangi kejahatan seksual pada anak. Selain dianggap bisa melindungi anak-anak, langkah ini diharapkan juga bisa dijadikan terapi tambahan buat mereka karena akan membantu mengatasi dan mengendalikan moral serta dorongan untuk melakukan penyimpangan seksual.

Konsep yang sama juga pernah diterapkan untuk memberantas pornografi pada anak, yaitu dengan membuat versi animasinya

Pornografi pada anak via www.abc.net.au

Logika produksi robot seks anak kurang lebih sama dengan logika pembuatan anak-anak versi animasi yang sudah pernah dilakukan beberapa waktu lalu. Lantaran pedofil sukar disembuhkan (bahkan, dilacak), maka solusi yang diambil adalah mengalihkan “korbannya”. Para pedofil diharapkan tetap bisa menyalurkan hasrat mereka tanpa mengenai objek anak-anak langsung. Tetap saja, langkah ini memicu perdebatan hingga sekarang.

Kenyataannya nggak semua teori yang terdengar masuk akal selalu berhasil dalam penerapannya. Kayak robot seks anak ini yang malah diprediksi makin memperburuk keadaan

Varian robot seks anak via www.neonnettle.com

Mungkin tujuan untuk melindungi anak-anak dari pedofil itu bisa dibenarkan secara teori. Tapi apakah robot seks anak itu bisa benar-benar menyembuhkan mereka? Bukannya dengan adanya robot itu, persepsi “berhubungan seks dengan anak” malah seolah bisa dibenarkan? Ya meskipun sudah nggak lagi melibatkan anak-anak ya. Lagipula, nggak ada robot yang bisa seratus persen menyerupai manusia. Bukankah ketertarikan seksual tidak sebatas karena fisik belaka? Robot tidak punya emosi, sisi kekanak-kanakan, dan sebagainya. Ada banyak keterbatasan yang membuat robot seks anak diragukan untuk bisa menggantikan anak-anak sebagai sasaran para pedofil. Bahayanya, jika ini tidak bisa memenuhi kebutuhan itu, bisa jadi justru malah memancing minat yang lebih besar.

Itulah yang ditakutkan Dr. David Levy , penulis ‘Love and Sex with Robot”. Ia malah menganggap terobosan itu bisa memperburuk keadaan si pedofil. Seolah mereka malah diberi “ruang”. Sejalan dengan Levy, Kathleen Richardson , profesor di Jurusan Robotika di De Montfort University juga menganggap masyarakat justru bisa punah kalau robot ini benar-benar disebarluaskan.

Waduh, semakin beragam aja ya jenis robot yang diciptakan para ilmuwan sampai saat ini. Robot yang tadinya dibuat untuk memudahkan aktivitas sehari-hari, bergeser fungsinya jadi untuk memuaskan hawa nafsu, dari laki-laki sampai pedofil. Kelainan seksual yang harusnya disembuhkan, malah difasilitasi. Hmm, menurut kalian gimana nih?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.