Seakan-akan Bangga Sudah Bantai dan Masak Penyu, Postingan Ini Bikin Warganet Geram Tak Habis Pikir

Membantai penyu untuk dikonsumsi

Kadang-kadang kita memang sering dibuat tidak habis pikir dengan kelakuan orang di media sosial. Dari yang pamer mobil mewah di Instagram tapi jelas-jelas nggak bayar pajak, sampai cewek yang bikin video Tik Tok sewaktu kakeknya meninggal. Entah karena mereka tidak sadar atau memang tidak peduli, postingan-postingan semacam ini diunggah seakan-akan hanya untuk minta dihujat saja. Satu lagi postingan seperti itu kembali muncul dan mengundang amarah warganet.

Advertisement

Entah ingin pamer atau memang nggak paham dengan apa yang telah ia unggah, seorang pengguna Facebook mengunggah foto sekelompok orang sedang membantai dan memasak penyu. Padahal banyak penyu yang sudah masuk golongan hewan langka yang harus dilindungi. Wargenet pun kesal dan mengkritik si pemilik postingan. Bahkan para warganet berharap oknum ini bisa ditangkap oleh pihak yang  berwajib. Yuk simak kisah lengkapnya bareng Hipwee News & Feature!

Seorang pengguna Facebook mengunggah foto-foto seekor Penyu yang sedang dibantai dan akan dimasak

Unggahan Facebook via www.facebook.com

Seorang pengguna Facebook bernama Asrul mengunggah beberapa foto yang bisa dibilang menyayat hati. Pasalnya dalam postingan tersebut terlihat beberapa orang sedang membantai seekor penyu. Nggak tanggung-tanggung, Asrul juga mengunggah video saat seorang laki-laki memotong hewan yang masih terlihat bergerak itu. Asrul juga memperlihatkan saat penyu yang sudah dipotong tersebut sedang dibersihkan untuk dikonsumsi.

Unggahan ini sontak saja memicu kegeraman publik. Apalagi Penyu merupakan hewan yang dilindungi

Hewan dilindungi via www.facebook.com

Sadar akan kesalahannya, postingan Asrul tersebut dihapus. Bahkan akun Facebooknya pun nggak bisa ditemukan. Namun warganet lain yang berhasil menyimpan postingan tersebut mengunggah pembantaian penyu itu kembali. Eris Riswandi dalam postingannya menekankan bahwa membunuh penyu sama saja dengan merugikan diri sendiri karena penyu merupakan ekosistem yang membantu keseimbangan laut, yang tentu sangat bermanfaat bagi nelayan.

Advertisement

Warganet yang melihat postingan ini pun ikut merasa geram dengan apa yang dilakukan oleh Asrul dan teman-temannya. Apalagi penyu merupakan hewan yang dilindungi. WWF menyatakan bahwa semua jenis penyu termasuk dalam kategori threatened species dan dimasukan dalam daftar merah IUCN yang berarti terancam punah. Beberapa jenis yang bertelur di pesisir perairan di Indonesia yang berstatus critically endangered adalah penyu hijau, penyu sisik, penyu lekang dan penyu belimbing.

“Berapa kali sih harus di kasih tau bahwa penyu ini hewan yang di lindungi di seluruh dunia, karena mereka membantu ekosistem dan membantu membersihkan laut.
Penyu biasanya memangsa ubur ubur yang di anggap hama oleh nelayan karena ubur ubur memangsa ikan ikan kecil sehingga banyak ikan yang mati sebelum dewasa, penyu juga memakan tanaman laut yang sudah rusak sehingga tumbuh tanaman yang kaya akan oksigen.
Penyu sangat banyak jasanya bagi nelayan namun mengapa mereka masih di mangsa, kenapa gak makan ikan nya aja kan masih banyak.Dari 1.000 telur biasanya hanya 1 yang bertahan sampai dewasa.
Membunuh penyu sama dengan MERUGIKAN DIRI SENDIRI, merugikan laut dan merugikan nelayan.
Penyu kalau di makan paling jadi kotoran manusia, tapi kalau di biarkan hidup mereka sangat berguna.”

Nggak cuma itu, memakan Penyu juga berbahaya karena bisa menimbulkan penyakit fatal seperti kanker

Advertisement

Bahaya untuk dikonsumsi via www.facebook.com

Jika label “hewan dilindungi” nggak mampu menahan orang-orang untuk mengonsumsi penyu ini, maka bahaya yang ditimbulkan jika mengonsumsi hewan ini harusnya bisa membuat mereka berhenti. Mereka mengonsumsi hewan dilindungi ini bukan tanpa alasan. Mereka percaya telur dan daging penyu mampu mendongkrak vitalitas. Padahal itu adalah mitos.

Dilansir dari laman WWF , dalam tubuh penyu ditemukan senyawa yang tergolong Polutan Organik Persisten (POP) dan logam berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Senyawa ini bisa menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya seperti kanker, liver, kerusakan sistem syaraf, dan gangguan sistem hormon endokrin. Selain itu, kandungan polychlorinated biphenyl atau PCB dalam telur penyu juga relatif tinggi yakni 300 kali di atas batas aman harian yang ditetapkan oleh lembaga WHO. PCB inilah yang biasanya menyebabkan berbagai jenis kanker dan kasus cacat lahir. Kolesterol yang dikandungnya juga sangat tinggi. Satu telur penyu setara dengan 20 telur ayam. Inilah alasan mengapa telur penyu bisa menyebabkan penyakit jantung dan stroke.

Bahkan beberapa waktu lalu puluhan orang di Mentawai keracunan setelah mengonsumsi Penyu. Bahka tiga di antaranya meninggal dunia

Keracunan penyu via www.mongabay.co.id

Bahaya mengonsumsi telur dan daging penyu ini bukanlah isapan jempol belaka. Udah banyak contoh kasus dari konsumsi hewan yang dilindungi ini. Seperti beberapa bulan lalu, ratusan masyarakat Mentawai mengalami keracunan setelah mengonsumsi daging penyu. Dilansir dari laman Mongabay , penyu tersebut dikonsumsi saat berlangsungnya pesta adat di Desa Taileleu, Kecamatan Siberut Barat Daya. Saat berburu, mereka mendapatkan satu penyu cukup besar sekitar 50-60 kilogram dan panjang 1,5 meter. Penyu tersebut diolah lalu dimasak. Namun setelah itu puluhan warga mengalami gejala keracunan seperti pusing, muntah, sesak napas, tenggorokan berlendir sampai gatal-gatal. Dari puluhan orang yang keracunan tersebut, tiga di antaranya meninggal dunia.

Bukan hanya tentang hewan yang tergolong dilindungi, tapi konsumsi daging atau telur penyu justru menimbulkan kerugian bagi diri sendiri. Mitos soal meningkatnya vitalitas memang nggak bisa dipercaya. Yang ada, jiwamu bisa melayang karenanya. Dengan berbagai fakta dan kasus ini, harusnya nggak ada lagi kejadian soal pembantaian penyu untuk dikonsumsi. Masih tega emang?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pemerhati Tanda-Tanda Sesederhana Titik Dua Tutup Kurung

CLOSE