Sebelum Beli Smartphone, Ini 3 Kriteria Chipset Flagship yang Membedakannya dari Chipset “Rasa Flagship”

Chipset flagship

Bicara spesifikasi sebagai pertimbangan sebelum membeli sebuah ponsel, kebanyakan orang akan menyoroti chipset apa yang digunakan. Ini karena penggunaan ponsel bukan lagi untuk berkomunikasi saja, dan chipset memegang peranan penting dalam memastikan kecepatan pemrosesan saat ponsel menjalankan berbagai aktivitas.

Advertisement

Secara singkat, chipset merupakan otaknya sebuah ponsel. Perannya mencakup mengontrol serta mengolah prosesor inti (CPU), grafis (GPU), memori, USB, manajemen baterai, berbagai sensor, hingga konektivitas jaringan. Dengan peran seperti itu, wajar kalau chipset begitu penting di mata pengguna ponsel kiwari.

Seiring perkembangannya, chipset dikelompokkan dalam kategori yang berbeda. Dimulai dari low-end, mid-end, high-end dan flagship. Tiap kategori mewakilkan performa yang dijanjikan. Namun, adakalanya chipset yang bukan dari kategori flagship bisa memiliki performa layaknya flagship.

Biar kamu nggak bingung, berikut penjelasan Poco, merek ponsel pendatang baru dari keluarga Xiaomi Corporation terkait kriteria chipset flagship.

Advertisement

3 kriteria chipset flagship yang membedakannya dengan chipset “rasa flagship”

Ilustrasi chipset | Photo by Wavebreakmedia from Deposit Photos

1. Pemrosesan yang cepat

Seperti telah disinggung, salah satu tugas utama chipset adalah memastikan kecepatan pemrosesan sebuah ponsel pada saat menjalankan aplikasi. Hal ini sangat bergantung pada spesifikasi chipset, yakni meliputi jumlah inti (core), kecepatan inti (clock speed), hingga arsitektur chipset tersebut.

Secara sederhana, semakin banyak jumlah core pada sebuah chipset, ditambah semakin tinggi clock speed dari sebuah core, akan menghasilkan ponsel yang kencang dalam memproses berbagai macam aplikasi, termasuk game dengan kebutuhan grafis tinggi. Umumnya, chipset flagship memiliki delapan inti (quad-core) dengan teknologi proses 5nm hingga 6nm.

Advertisement

2. Punya teknologi khusus untuk optimalisasi daya baterai

Umumnya, core pada chipset dirancang dalam kecepatan yang tidak sama. Tujuannya untuk mengendalikan efesiensi daya baterai, mengingat tidak semua aplikasi yang dijalankan sebuah ponsel membutuhkan kecepatan tinggi. Sementara chipset flagship biasanya sudah punya teknologi khusus untuk mengoptimalisasi daya baterai tanpa mengurangi performa pemrosesan.

Salah satu contoh teknologi khusus tersebut adalah UltraSave 5G dan penyematan Memori DDR versi baru pada chipset Dimensity 1100 yang hemat daya tapi dapat menjaga performa ponsel tetap tinggi.

3. Dapat mengoptimalkan dukungan fitur multimedia

Sebuah chipset dapat masuk kategori flagship bila mampu mengoptimalkan fitur entertainment yang disematkan. Misalnya, chipset flagship setidaknya mampu mendukung video capture & playback hingga 4K 60 FPS serta berbagai fitur teknis pada kamera, seperti AI untuk menjalankan mode night shooting, noise reduction, mode HDR hingga multi-person blur.

Itu dia tiga kriteria umum chipset flagship. Kalau ponsel incaranmu saat ini memenuhi kriteria di atas, maka bisa disimpulkan chipset masuk kategori flagship. Namun, jika tiga kriteria di atas nggak ada tapi performa yang dihasilkan ponselmu ngebut-ngebut aja, bisa jadi itu adalah chipset “rasa flagship“.

Nah, untuk makin memudahkanmu mengenali chipset pada ponsel incaran, Qualcomm Snapdragon yang kerap digunakan manufaktur ponsel pintar memiliki seri 800 untuk chipset flagship, seri 700 untuk kategori high-end, seri 600 untuk mid-end dan seri 400 untuk kelas low-end. 

Sementara MediaTek memiliki seri Helio A untuk entry-level, Helio P untuk kelas value, Helio G untuk kategori mid-end, dan Dimensity untuk chipset kelas flagship. Chipset flagship seri Dimensity 1100 oleh Poco disematkan pada ponsel anyar POCO X3 GT yang baru saja resmi meluncur pada Kamis, 19 Agustus kemarin.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi

CLOSE