A Trip Down Memory Lane – Chapter 9: Cheers for Life

A Trip Down Memory Lane chapter 9

You’ve been through it all and I’ll wait for the call just to know
If you’re better now

(Better Now – Oh Wonder)

***

The night is still on.

Piring kedua Gultik untuk Thomas, piring pertama untukku.

“Being an idealist sucks. Now I realize that it’s getting me nowhere,” celetuk Thomas setelah menandaskan piring kedua, lalu membakar rokoknya. “Kamu tahu sendiri Papa kayak gimana. Apalagi sebagai anak laki-laki satu-satunya, tuntutan untukku terlalu banyak. I have to be the perfect son to him. I have to make him proud. I have to be the best at everything so he can show off in front of his colleague to make himself feel better.”

Selama menjalin hubungan dengannya, aku hanya sekali bertemu dengan ayahnya. Pria keras dengan latar belakang militer, dengan postur tinggi tegap dan wajah keras yang mengintimidasi. Thomas mewarisi aura dingin sang ayah, tapi hanya sebatas itu persamaan di antara mereka.

Thomas pernah bilang kalau dia menghormati sekaligus membenci ayahnya. Terlebih setelah dia menolak untuk masuk Akmil, agar bisa mengikuti jejak beliau. Perang dingin di antara mereka mulai terbentuk.

Ayahnya pernah bilang kalau Thomas akan menyesal sudah menolak saran itu. Thomas yang tertantang, berusaha keras membuktikan kalau sang ayah salah.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Eks jurnalis dan sekarang menjadi content development di salah satu aplikasi. Mulai menulis di Wattpad sejak 2017 dan beberapa karya bisa dibaca di platform menulis online atau buku. Hubungi di @revelrebel_ (instagram) dan www.revelrebel.id

Editor

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi