6 Alasan Kenapa Kamu Selalu Jatuh Cinta Kepada Orang yang Salah

Tiap orang berharap bisa punya hubungan yang awet dan menyenangkan hingga jauh di masa depan. Pasangan yang bisa saling memahami dan menyeimbangkan pun jadi kemutlakan. Sayangnya, menemukan seseorang seperti itu tak pernah mudah. Kadang, tenaga dan waktu habis tercurah sebelum akhirnya kamu sadar dia adalah orang yang salah.

Advertisement

Sekali menjalani hubungan seperti ini, kamu masih bisa memaklumi. Siapapun bisa keliru perkara kepada siapa menaruh hati. Lain halnya saat kamu terperosok lubang yang sama berkali-kali. Mengikuti suatu pola, kamu selalu jatuh hati pada manusia yang jauh dari kata ‘layak’ — yang tak bisa mencintai tanpa sekaligus menyakiti.

Kenapa kamu selalu mempercayakan hati pada sosok yang ujung-ujungnya menyakiti?

1. Mungkin kamu belum paham apa yang sebenarnya kamu butuhkan dari sosok seorang pasangan. Saat kamu sadar dia tak ideal, kalian sudah terlanjur berdampingan

Kamu tak tahu apa yang dibutuhkan pasangan

Kamu tak tahu apa yang dibutuhkan pasangan via www.flickr.com

Kamu bisa membuat deskripsi, penampilan dan sosok seperti apa yang bisa membuatmu jatuh cinta. Tapi, pasangan seperti apa yang sebenarnya kamu butuhkan belum dirimu pahami sepenuhnya. Kamu belum tahu, apakah butuh seseorang yang penyabar untuk mengimbangi karaktermu yang sedikit lebih emosional, atau yang supel karena kamu tak begitu nyaman memulai pembicaraan? Sifat-sifat seperti apa yang harus ada pada dirinya supaya kalian bisa membangun masa depan bersama? Hal-hal seperti ini belum kamu pikirkan sepenuhnya. Akibatnya, sulit menentukan orang seperti apa yang bisa membuatmu bahagia dan siapa yang akan menyakiti hatimu saja.

Advertisement

Kamu masih harus belajar, orang seperti apa yang benar-benar mampu “membangunmu” — hingga sulit untuk menentukan apakah seseorang yang tertarik padamu memang akan cocok untuk dirimu. Saat akhirnya kamu sadar dia bukan pasangan yang ideal, kalian sudah terlanjur berjalan berdampingan.

2. Kamu tak begitu tertarik pada sosok yang “terlalu baik”. Pilihanmu jatuh pada pribadi yang percaya diri dan berego tinggi

Kamu tertarik padanya yang berego tinggi

Kamu tertarik padan via www.pexels.com

Kamu punya tipe tertentu. Dan entah karena alasan apa, seseorang yang terlalu baik dan sopan bukan tipemu. Justru, kamu lebih tertarik pada sosok yang membuatmu merasa tertantang dan penasaran. Mungkin dia punya karakter dominan dan tak mau kalah. Mungkin dia punya kepercayaan diri dan ego yang tinggi. Bisa ditebak, sifatnya yang terlalu dominan menjadikannya pasangan yang sering sembarangan bertingkah laku. Sampai akhirnya, dia menyakitimu.

Mungkin kamu memang lebih suka seseorang yang membuatmu penasaran. Tapi cobalah hindari pribadi yang akan membuatmu kesakitan. Percayalah, perasaan serba excited di awal hubungan tidak sebanding dengan tekanan emosional yang harus kamu emban karena pasangan yang sering mengabaikan perasaanmu.

Advertisement

3. Kamu dan dia saling merasa nyaman. Sayangnya, kalian punya perbedaan yang begitu mendasar.

Kalian nyaman, tapi menyimpan perbedaan

Kalian nyaman, tapi menyimpan perbedaan via www.flickr.com

Hubungan yang baik tak bisa hanya mengandalkan kenyamanan. Satu sama lain juga harus memastikan kecocokan dalam hal-hal yang mendasar. Ada beberapa perbedaan yang tak bisa diubah atau dikoreksi. Ketika kalian memaksa untuk tetap bersama, perbedaan ini tak pelak membuat kalian saling menyakiti.

Dalam hal seperti ini, sebenarnya tidak ada yang salah dari pribadi kalian berdua. Yang “salah” adalah memaksa untuk bersama walau kalian berbeda, atau bahkan berpura-pura bahwa perbedaan itu tidak nyata. Langkah yang kalian ambil setelah ini tentu menjadi keputusan kalian sendiri. Tapi, untuk apa saling mencintai kalau juga saling menyakiti?

4. Sosoknya yang serba kurang tak membuatmu ingin mencari pengganti. Entah kenapa, kamu tak yakin bisa mendapat pendamping yang lebih baik lagi

A

Kamu enggan pergi via www.flickr.com

Pasanganmu selama ini punya banyak kekurangan yang membuatmu makan hati. Namun, itu tidak lantas membuatmu berinisiatif mencari pengganti. Kamu takut tak bisa mendapatkan yang lebih baik lagi. Mungkin kamu juga merasa sayang untuk mengorbankan hubungan yang sudah terjalin, apalagi mengingat kesabaranmu yang luar biasa selama ini.

Hanya kamu yang berhak menentukan: ingin meninggalkan atau bertahan. Namun, sanggupkah kamu tinggal dalam hubungan yang membuatmu terus-menerus harus menahan emosi? Rasionalkah firasatmu yang berkata bahwa kamu tak akan mendapatkan yang lebih baik darinya? Tidakkah sebaiknya kamu memberanikan diri untuk pergi dari apa yang hanya bisa menyakiti hati?

5. Mudah percaya kadang jadi kelemahanmu. Dia yang tadinya terlihat ramah, kini berubah jadi pemarah

Mungkin kamu sering menaruh hati pada orang yang tak tepat karena terlalu mudah percaya pada semua orang yang mendekat. Bukan naif, kamu hanya bisa menghargai titik-titik baik dari pribadi setiap orang yang datang. Namun kamu kadang lupa, kebaikan mereka mungkin tak tulus atau apa adanya. Mereka memperlakukanmu dengan manis karena ada tujuannya.

Lebih dari sekali, sosok yang begitu ramah dan sopan saat mencoba mendekatimu berubah menjadi emosional dan hobi meremehkan begitu kalian sepakat berdampingan. Kamu terus berharap dia akan kembali seperti saat awal, namun ini tak pernah jadi kenyataan.

Bukannya menyuruhmu curiga, namun di masa depan nanti, sepertinya kamu harus lebih berhati-hati. Tak semua lawan jenis yang mendekatimu layak diberi kepercayaan. Cobalah untuk mengulur waktu sebelum mengiyakan ajakannya untuk memulai hubungan. Pastikan kamu sudah mengorek sifatnya hingga yang paling pribadi dan yang paling dalam.

6. Tak tahan dengan rasa sepi, kamu memutuskan lebih baik bersama seseorang yang menyakiti daripada harus sendiri

Kamu tak tahan sendiri

Kamu tak tahan sendiri via www.flickr.com

Buatmu, yang paling penting bukanlah mencari dan menemukan dia yang bisa menggenapkan. Yang paling penting adalah mencari dan menemukan seseorang — siapa saja, asal mau bersama.

Ini membuatmu riskan bertemu dengan orang yang tak sungguh-sungguh menyayangimu. Alih-alih menunda hubungan hingga menemukan dia yang memang layak diperjuangkan, kamu mengiyakan ajakan seseorang yang sebenarnya bukan yang terbaik. Setelah masa “bulan madu” habis, segeralah kamu merasa bosan, sering bertengkar, dan sakit hati kemudian.

Kamu hanya harus mengingat lagi, sendiri tak harus berarti merasa sepi. Lagipula setiap orang yang ingin hubungan bahagia harus bisa lebih dulu bahagia dengan diri sendiri. Kamu tak harus lelah-lelah menanggung sakit hati karena terus mempertahankan seseorang yang tak menghargai. Kamu pantas mendapat yang lebih baik daripada ini.

Jatuh ke lubang yang dalam adalah pelajaran. Tapi jika kamu terjatuh berkali-kali, mungkin ada hal yang harus berubah dari diri. Jangan pernah terburu-buru dalam menentukan pasangan hidup. Hubungan yang bahagia hanya bisa ada ketika kamu bertemu dengan dia yang memang layak dipercaya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Ophelia of the postmodern age.

CLOSE