Kalau 3 Hal Ini yang Kamu Rasa, Maka Itu Bukan Cinta…

Momen jatuh cinta memang kadang membuat buta. Saat merasa hati sedang hangat-hangatnya, mudah saja kita  mengambil kesimpulan bahwa yang dialami adalah cinta. Perasaan yang kuat membuat lupa — kuatnya rasa tidak selalu setara dengan dalamnya rasa cinta.

Advertisement

Sebelum gegabah menyebut yang kamu rasa itu cinta, coba duduk sejenak dan dengarkan suara yang bergema di dada. Benarkah ini cinta? Atau hanya infatuasi sementara? Jika 3 hal ini yang kamu rasa — maka deru dalam dada itu bukan cinta.

1. Kamu memang menyukainya. Tapi rasa suka muncul karena perlakuannya yang membuatmu merasa istimewa

Kamu menyukainya karena dia membuatmu merasa istimewa

Kamu menyukainya karena dia membuatmu merasa istimewa via storyboardwedding.com

Di dekatnya kamu memang merasa diperhatikan. Tidak bisa dipungkiri, ditempatkan jadi prioritas rasanya jelas menyenangkan. Karena diperlakukan dengan baik terus menerus, mulai muncul afeksi yang dalam padanya. Ada rasa hangat dan butuh untuk selalu bersama.

Padahal ini yang mesti diwaspadai. Cinta bukan sekadar rasa bahagia karena terus menerus diperlakukan istimewa. Sebab suatu hari bisa saja dia bad mood atau depresi, sehingga tak bisa memperlakukanmu sebaik hari ini. Rasa bahagia yang muncul dari ‘cinta’ datang dari orang yang memberikannya. Jika ini memang benar-benar cinta tak peduli nanti dia mengesalkan atau makin menua, perasaanmu padanya akan tetap sama.

Advertisement

2. Ada perasaan selalu ‘butuh’. Kali ini kamu malah jadi orang yang makin tidak tangguh

Kali ini kamu malah jadi orang yang tidak tangguh

Kali ini kamu malah jadi orang yang tidak tangguh via storyboardwedding.com

Kita-kita yang masih cemen soal perasaan sering mengasosiasikan rasa ketergantungan dengan kuatnya perasaan. Saat terus ingin diantar ke mana-mana, ditemani dalam aktivitas seluruh rupa — maka ini cinta. Dalam ikatan ini kalian memang jadi partner yang melengkapi. Rasanya tidak lengkap jika hidupmu tidak didampingi.

Bukankah kelak jika jadi suami-istri kalian tidak lantas jadi kembar siam? Porsi pergi bersama malah bisa berkurang drastis karena gempuran kewajiban. Jika dalam hubungan yang sedang dijalani kamu merasa makin tidak tangguh sebagai manusia, maka kamu layak bertanya:

Ini cinta, atau rasa ketergantungan yang tak sehat dan mulai harus dikelola?

Advertisement

3. Tanpa disadari kamu ingin mengubahnya sesuai apa yang kamu ingini. Padahal berubah tidak sesederhana ini

Padahal berubah tidak sesederhana ini

Padahal berubah tidak sesederhana ini via storyboardwedding.com

“Kamu tidak akan bisa mengubah seseorang. Tapi kamu bisa jadi alasan kenapa seseorang memutuskan berubah.”

Jika sampai sekarang kamu masih gemas kenapa dia belum bisa menetapkan prioritas skripsi diatas kesibukan band dan main game online. Atau merasa ingin selalu mengkritiknya karena dia belum punya pikiran untuk punya bisnis sebagai tambahan penghasilan maka kuatnya perasaanmu layak dipertanyakan.

Mengubah prioritas, memindah gear dari hidup yang santai jadi lebih serius — tidak bisa dilakukan karena dorongan orang lain. Perasaan cinta dan tanggung jawab memang bisa membuatnya berusaha berubah karena kamu. Tapi jika kasusnya malah kamu yang terus mendorongnya berubah, maka ini bukan cinta. Hanya keegoisan semata.

Bagaimana? Yakinkah kamu bahwa apa yang dirasa itu cinta?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat puisi dan penggemar bakwan kawi yang rasanya cuma kanji.

CLOSE