Surat Terbuka untuk Ayah, Tentang Pria yang Kuharap Kelak Bisa Menggenapkan

surat untuk ayah

Ayah, sudah lama aku ingin mengobrol dekat denganmu. Sayangnya, kita sama-sama tak pernah bisa duduk berlama-lama berdua. Kesibukan dan segala tanggung jawab atas nama pekerjaan membuat kita hanya bertemu sesekali saja.

Advertisement

Tapi sebenarnya, waktu bukanlah alasan satu-satunya. Jujur, aku masih canggung jika membicarakan hal ini pada Ayah. Dan akhirnya, aku putuskan untuk menulis surat saja. Aku harap cara ini tepat dan bisa membuat ayah mengerti tentang hal yang mengganggu pikiranku selama ini.

Bagiku, Ayah adalah laki-laki nomor satu. Memikirkan soal pendamping hidup sejujurnya membuatku sedikit ragu. Mungkinkah di luar sana ada laki-laki yang sehebat dirimu?

ayahku selalu bersabar tentang segala tingkahku

ayahku selalu bersabar tentang segala tingkahku via www.teenlife.com

Sekilas, Ayah memang terkesan punya karakter yang keras. Membesarkan anak perempuan sepertiku membuatmu seringkali kelimpungan. Tak jarang, Ayah harus bersikap kasar menghadapi aku yang tak bisa diam di rumah. Ayah juga pasti sering kesal jika berbeda pendapat denganku yang keras kepala dan mudah meledak emosinya.

Tapi entah berapa kali kita pernah bertengkar dan berbeda pendirian, Ayah tetaplah pria yang kuanggap paling hebat. Ketika semakin mengenal sifat dan karakterku setelah dewasa, Ayah akhirnya memilih untuk bersikap lebih longgar. Aku adalah perempuan yang tak mau bahkan tak bisa dilarang-larang, itulah mengapa Ayah memilih berusaha menyesuaikan.

Advertisement

Jujur aku kagum dengan cara Ayah membesarkanku. Kuangkat empat jempol untuk kehebatanmu. Namun, di usiaku yang sekarang justru aku mulai ragu. Beberapa kali berhubungan dengan pria, tak pernah kutemukan yang sehebat dirimu. Salahkah aku jika menginginkan pendamping hidup yang seperti Ayah?

Seumur hidup aku melihat Ayah yang tak pernah lelah bekerja. Ayah adalah laki-laki yang gigih dan bertanggung jawab mencukupi kebutuhan keluarga

Kerja keras ayah/Photo by Tatiana Syrikova via www.pexels.com

Aku memahami sepenuhnya jika mencukupi kebutuhan sebuah keluarga bukan perkara mudah. Tapi seumur hidup aku tak pernah sekalipun melihat Ayah yang malas-malasan bekerja. Bahkan, tak pernah sekalipun pula aku mendengar Ayah berkeluh kesah. Yang aku tahu, Ayah hanya fokus untuk bekerja dan bekerja demi keluarga. Demi mencukupi kebutuhan aku, kakak, adik, serta ibu.

Sikap ini pulalah yang membuatku kagum padamu. Harapanku, semoga bisa kutemukan laki-laki sepertimu. Seorang laki-laki yang bertanggung jawab. Yang tak pernah malas berjuang demi mencukupi kebutuhan orang-orang yang dicintainya. Seorang laki-laki yang tak egois pada kebutuhan dan dirinya sendiri.

Advertisement

Kita memang sering berselisih paham. Meski sedang kesal, aku tak pernah melihat Ayah sengaja bersikap kasar

Ayah selalu membuatku tertawa tak pernah membentak

Ayah selalu membuatku tertawa tak pernah membentak via gawker.com

Sebagai seorang anak tentu tak jarang aku melakukan kesalahan dan membuat ayah kesal. Walau begitu, tak pernah sekalipun ayah menghardik atau hendak berbuat kasar padaku. Ayah adalah seseorang yang penuh kesabaran dan kasih sayang. Walaupun kesal bukan kepalang karena perbuatanku, ayah akan memberi tahu dan mengingatkanku dengan lembut. Sekalipun ayah marah aku bisa melihat dari raut wajahnya tanpa ayah memarahiku.

Sungguh ingin aku memiliki pendamping yang akan mengingatkan tanpa pernah terbesit keinginan untuk berbuat kasar. Seorang laki-laki yang tak main tangan dan berkata kejam nan menyakitkan. Ayah selalu mengajarkan bagaimana memaafkan. Akupun berharap seseorang yang akan mendampingiku adalah orang yang memiliki hati lapang untuk memaafkan dan meminta maaf jika memang bersalah.

Aku tahu Ayah menyayangiku dengan cara yang berbeda. Aku pun berharap kelak menemukan pasangan hidup yang serupa

Ayah adalah panutanku mecari pendamping hidup

Ayah adalah panutanku mecari pendamping hidup via quotes-kid.com

Cinta ayah padaku memang tak ada yang akan menandinginya. Ayah menunjukkannya setiap hari walau tak pernah mengatakannya. Saat aku berhasil mencapai prestasi walau tak tinggi, ayah tersenyum dan penuh haru. Aku tahu sesungguhnya ayah ingin menangis tapi bagi ayah menangis dan mengeluh bukan sikap seorang lelaki. Tak apa ayah, aku bahagia bisa melihat ayah bangga.

Ketika ibu memasak makanan kesukaan kita, ingatkah ayah mengambil hanya sedikit bagian dan memberikan potongan yang besar untukku. Aku ingin punya seorang pendamping yang mampu mencintaiku tanpa banyak kata tapi dia menunjukkannya. Laki-laki yang tahu bagaimana memperlakukan seorang perempuan dengan baik.

Ayah, ini adalah akhir dari suratku untukmu. Ayah tentu akhirnya tahu bagaimana anak perempuan ini begitu mengidolakan ayahnya. Tentang harapan-harapanku, semoga Ayah bisa ikut mengamininya. Tentang pria yang kuharap bisa menggenapkan, semoga dia segera datang.

Dari aku, anak perempuanmu

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

I'm a Junior writer, I'm a captain of sinking boat

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE