Nikah di Usia 25an Bukan Lagi Mimpi, Kalau Saja 7 Hal Ini Berhasil Kamu Lewati

Usia 25 jadi patokan hampir setiap orang untuk menikah, khususnya cewek. Malah ada yang merencanakan menikah sebelum usia 25 datang. Nggak heran urusan jodoh menginjak usia 20an jadi hal penting yang harus dipikirkan, meskipun tak harus ngoyo sekali. Beruntung kalau kamu sudah punya pasangan, tinggal berusaha saja menjalani hubungan dengan dewasa dan sehat. Tapi kamu yang masih sendiri pun tak perlu khawatir berlebih. Masih ada waktu untuk bertemu dengan dia yang menjadi jodohmu.

Advertisement

Tak perlu terlalu mendengarkan ucapan orang yang bermacam-macam, dan pastinya membuatmu semakin terbebani. Sebab menikah di usia 25an bisa saja terwujud, asal kamu sendiri sudah melalui hal-hal ini. Nikah kan juga peroalan persiapan keseluruhan, bukan hanya materi, tapi semua hal berkenaan dengan dirimu sendiri. Supaya kamu segera bersiap-siap, demi menikah muda yang diimpikan!

1. Berbenah tak akan selesai selama kamu bernapas, tapi setidaknya di usia jelang 25 urusan dengan diri sudah tuntas

Urusan dengan dirimu sendiri sudah tuntas

Urusan dengan dirimu sendiri sudah tuntas via dylandsara.com

Siapa bilang berbenah diri selesai ketika kamu beranjak dewasa atau mempunyai pasangan? Sebab esensi dari hidup ini sepanjang perjalan adalah soal berbenah untuk lebih baik dan baik. Usiamu saja tak statis, masa iya dirimu sendiri justru yang diam di tempat dan tak berkembang.

Tapi sembari berbenah kamu jangan lupa untuk menuntaskan urusan yang berkenaan dengan dirimu sendiri. Urusan di luar proses berbenah seperti, kuliah, printilan-printilan masa lalu yang masih memberati pikiran, atau menerima baik dan buruk yang ada dirimu sendiri. Supaya hal-hal itu tak jadi penghalang untuk terus melangkah maju sekarang dan nanti.

Advertisement

2. Pencarian renjana selesai, kamu nyaman serta punya pegangan secara meteri untuk rencana ke depan

Renjanamu adalah pegangan untuk kedepannya

Renjanamu adalah pegangan untuk ke depannya via dylandsara.com

Lulus kuliah dan bekerja. Kelihatannya mudah, tapi sebenarnya ini salah satu fase sulit di hidupmu. Sekadar bekerja demi materi sih bisa diusahakan di mana saja. Tapi sayang kalau sudah berbicara renjana, kamu pastinya akan memilih pekerjaan yang mantap di hati.

Sedangkan mencari renjana sendiri mengharuskanmu mencoba banyak hal terlebih dulu. Sampai akhirnya bertemu dengan salah satu yang nyaman dan kamu yakin bisa cakap di sana. Persis dengan jodoh bukan, tak bisa asal ditetapkan. Perlu proses panjang untuk tahu pilihanmu ini bisa jadi pegangan atau tidaknya.

3. Kamu kini percaya jodoh ketetapan yang datang di waktu yang tepat, nggak perlu khawatir berlebihan

Advertisement
santai, jodoh pasti ketemu

santai, jodoh pasti ketemu via dylandsara.com

Fase galau sebenarnya salah satu proses yang mengiringmu untuk berpikir lebih bijak. Bukan terus larut, apalagi sampai buatmu putus asa. Begitu pula saat kamu resah dengan jodoh kelak atau kapan akan menikah. Sah-sah saja khawatir dengan itu semua. Tapi, kamu tak boleh lupa berjuang mendamaikan semua kekhawatiran yang ada. Buat rasa khawatir berbalik menjadi yakin. Yakin kalau ketetapan jodohmu akan selalu datang di waktu yang tepat, saat kamu dan Sang Pencipta percaya dirimu sudah siap.

Kamu perlu tahu, rasa galau dan khawatir yang selama ini diam-diam menghalangi hal baik masuk ke diri serta hidupmu.

4. Doa dan restu orangtua itu anugrah, karena itu membahagiakan mereka sedini mungkin jangan sampai disepelekan

Bahagianya kamu ada di kedua orang tuamu

Bahagianya kamu ada di kedua orang tuamu via dylandsara.com

Ibu mau apa? nanti Mus usahakan….

Ibu mau menantu sama cucu, Dek!

Doain aja ya Bu…. Seketika galau

Pernah dengarkan nasehat ini? Bahagianya orang tua itu ya anaknya. Sedangkan kunci bahagiamu sendiri pun terletak di orang tua. Ini bukan sekadar nasehat kuno, tapi doa dan restu ibu serta ayah akan selalu jadi anugrah untuk anak-anaknya. Wajar kalau akhirnya muncul cerita seperti Malin Kundang yang sengsara menjadi batu karena menyakiti hati ibunya. Karena itu, selagai masih ada waktu untuk membahagiakan mereka, kenapa tak dilakukan sedini mungkin.

Toh bisa jadi hal yang membahagiakan mereka justru melihatmu menemukan pendamping hidup yang baik. Sampai akhirnya memiliki keluarga kecil yang bahagia.

5. Menjaga silahturahmi dengan teman perlu, tapi kamu sudah tahu batasan untuk main atau bersenang-senang

menjaga hubungan baik dengan teman tapi tahu batasan bersenang-senang

menjaga hubungan baik dengan teman tapi tahu batasan bersenang-senang via dylandsara.com

Masa pensiun bermain atau bersenang-senang setiap orang memang berbeda. Mungkin untuk kamu yang memang kelewat santai, kadang hal serius bisa-bisa di jalani sambil seru-seruan. Tapi kenyataannya banyak dari kamu harus memilih, mau senang-senang dulu, atau sudah mau serius dengan semua hal di hidupmu. Setidaknya kamu tahu batasan dalam menjaga jalinan pertemanan. Mengingat saat punya pasangan, kamu sendiri tak bisa seenaknya pergi atau ngobrol dengan teman cowok-cewek.

Kamu perlu menentukan prioritas, mau terus main-main, atau mulai serius. Demi impian menikah di usia muda, kamu memang perlu belajar menahan ego masa mudamu yang masih bergejolak.

6. Kamu tak lagi repot membagi waktu dan mengatur emosi, sebab kelak di pernikahan harus selalu ada toleransi

mengatur emosimu sendiri

mengatur emosimu sendiri

Katanya drama dan luapan emosi itu bumbu dalam hubungan. Ada juga yang beranggapan,melalui pertengkaran kalian bisa saling menyelami karakter pasangan. Nyatanya terus terbawa emosi justru membuatmu sulit bertoleransi dengan keadaan. Kamu jadi semakin egois dan ingin dimengerti saja. Kamu jadi mementingkan dirimu salah satunya pembagian waktu. Kamu mau dia selalu ada atau waktunya hanya untukmu saja.

Padahal kelak di pernikahan toleransi itu perlu. Kamu tak bisa mengeluh lelah mengurus rumah dan anak. Sedangkan pasanganmu sendiri di luar sana sama lelahnya mencari nafkah untuk keluarga. Pada akhirnya emosi yang labil sampai ketidakseimbangan pembagian waktu justru buatmu lelah menjalani hubungan.

7. Sebab salah satu pilar hubungan itu konsistensi, kamu sendiri bisa membuktikannya dari rutinitas sehari-hari

kamu yang konsisten mengejar renjana

kamu yang konsisten mengejar renjana

Kebanyakan orang menganggap sesuatu yang konsisten itu membosankan. Padahal konstisten berbeda dengan sesuatu yang monoton atau statis. Sesuatu yang kosinsten, masih selalu ada ruang untuk bergerak maju dan menerima perubahan kecil selama itu selaras keinginan bersama.

Dianalogikan seperti kamu yang konsisten menulis dan mempelajari semua hal yang berkaitan di sana. Bosan sudah pasti, tapi tak mungkin kan bertahun-tahun kamu menulis tak menghasilkan apa-apa. Pasti ada progres yang membuatmu terus maju. Pasti ada sedikit perubahan dalam cara atau gaya penulisan. Semisal, dulu kamu hanya tahu menulis tanpa mengerti bagaimana susunan kalimat yang baik. Dan sekarang kamu tak hanya tahu susunan kalimat yang baik, tapi juga bagaimana mengembangkan ide.

Persis dengan hubungan, kamu berusaha konsisten memperhatikan dirinya, menepati janjimu, sampai menjadi pihak yang mengedapankan kesabaran. Sesekali kamu pasti bosan. Tapi kalau konsisten yang jadi pilar hubungan kalian sudah kokoh, kamu dan dia akan tetap selalu bertahan.

Jadi, jodoh beserta pinangan memang harus dijemput. Tapi pastikan dirimu sudah melalui semua hal-hal tersebut.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Tukang catat yang sering dilanda rindu dan ragu

CLOSE