7 Hal yang Tak Pernah Anak Sulung Katakan kepada Adik-adiknya. Dipaksa Selalu Dewasa Itu Berat Juga

Tekanan Anak Sulung

Kalau dengar “anak sulung“, pasti identik dengan sosok yang dewasa, bijak, dan terkadang bossy. Nggak jarang si anak sulung ini disebali oleh adik-adiknya karena sikapnya yang sering sok ngatur dan serba perfeksionis. Meski begitu, sebagai anak sulung, kamu sering dijadikan tempat pertama untuk berkeluh kesah karena dianggap paling dewasa.

Advertisement

Menjadi anak yang terlahir pertama, ada beban berat yang kamu tanggung di pundak. Meski di luarnya kamu nampak seperti sosok yang selalu tegar, kuat, dan tegas, tak banyak yang tahu bahwa hatimu kadang juga lelah dan berdarah. Inilah beberapa hal yang jarang anak sulung ungkapkan kepada adik-adiknya.

1. Menjadi anak sulung artinya menjadi “tempat curhat” orangtua. Harus pandai-pandai menyembunyikan kabar yang mungkin bikin sedih sekeluarga

jadi tempat curhat ortu via www.freepik.com

Sebagai anak paling dewasa di keluarga, kamu adalah “teman curhat” orangtua. Ketika ada sesuatu yang terjadi dalam keluarga, kamu adalah anak pertama yang akan diajak bicara karena kamu adalah yang paling tua. Terkadang tentang persoalan sepele, terkadang juga tentang hal-hal besar seperti kondisi finansial keluarga. Nah, di sini, terkadang kamu harus pandai-pandai menyimpan rahasia. Karena bagaimana kondisi sebenarnya keluargamu dan orangtuamu, kamu yang akan pertama tahu karena kamu dianggap mewakili adik-adikmu.

2. Sosok “kakak” ingin selalu terlihat kuat di depan adik-adiknya. Padahal terkadang dunia memang tak baik-baik saja dan kamu ingin bersandar juga

harus jadi yang paling kuat via www.pexels.com

Setiap orang memiliki masalah. Setiap orang pernah mengalami hari yang berat. Ketika adik-adikmu mengalami sesuatu yang buruk, kamu adalah tempat pertama untuk curhat dan meminta saran. Kamu pun merasa bertanggung jawab untuk membantu mereka. Namun, saat kamu sendiri yang merasa butuh tumpuan, kamu tak punya tempat untuk berbagi. Sebab, kamu ingin tetap menjadi sosok yang kuat dan baik-baik saja. Figur “superman” itu kamu jaga agar adik-adikmu tetap merasa aman karena selalu punya tempat untuk bersandar dan berlindung dari apa saja.

Advertisement

3. Begitu juga saat terjadi hal-hal buruk dalam keluarga. Kamu harus tetap kuat dan tegar meski hatimu juga hancur rasanya

harus pura-pura kuat/Ethan Sykes via unsplash.com

Menjadi yang paling tua memang  panutan bagi yang lebih muda. Kalau kamu kuat, mereka juga akan lebih kuat. Tapi jika kamu terlihat sangat lemah, adik-adikmu juga akan kehilangan figur untuk bersandar. Ini yang terkadang melelahkan. Ketika sesuatu yang buruk terjadi dalam keluarga, berita duka misalnya, kamu hanya bisa bersedih sekadarnya dan pura-pura kuat setelahnya. Kamu harus terlihat tegar, agar adik-adikmu juga merasakan hal yang sama.

4. Dipaksa selalu dewasa itu melelahkan. Namun, padangan orang tak bisa dikompromikan

dipaksa dewasa itu melelahkan/Mari Lezhava via unsplash.com

Harus jadi yang paling dewasa. Harus berprestasi dan melakukan hal-hal istimewa. Harus bisa menjadi contoh dan tuntunan untuk adik-adiknya. Dilarang bersikap cengeng, karena nanti akan memengaruhi yang lain. Itukah yang selalu kamu alami? Dipaksa menjadi dewasa dan sempurna di setiap kesempatan. Tak peduli momen sesedih apa pun, kamu diharapkan untuk tetap berdiri tegar. Kalau tidak, orang-orang akan mencibir dan menganggap kamu tidak bisa memberikan contoh yang baik untuk adik-adikmu.

5. Digadang-gadang menjadi pengganti orangtua, terkadang rasa takut akan gagal itu ada. Tak ingin mengecewakan banyak anggota keluarga

Kadang takut gagal juga via unsplash.com

Sejak awal, kamu memang dipersiapkan sebagai pengganti orangtua untuk saudara-saudara yang lebih muda. Selain menjadi sosok yang tegar dan bijak, kamu juga harus adil dalam menyelesaikan setiap persoalan. Intinya, kamu harus sama bijaknya dengan kedua orangtuamu. Ekspektasi yang begitu besar itu terkadang menakutimu juga. Setiap langkah yang kamu ambil jadi penuh dengan beban. Kamu takut gagal dan tidak bisa menjadi ganti orangtua untuk saudara-saudaramu kelak.

Advertisement

6. Tanggung jawab sebagai anak sulung itu kadang melelahkan. Ingin rasanya duduk manis dan menunggu dibuatkan keputusan

Terkadang ingin duduk saja menunggu dibuatkan keputusan/Jcomp via www.freepik.com

Jika ditanya, tanggung jawab sebagai anak sulung itu melelahkan. Kadang kamu ingin juga menjadi sosok yang lebih muda, yang selalu dimaklumi karena dianggap belum punya pengalaman. Ingin juga kamu duduk manis, dan dibuatkan keputusan sehingga kamu tidak mengalami galau berkepanjangan karena takut salah mengambil langkah. Kamu ingin juga mengeluh dan mencaci kehidupan saat hari buruk tidak selesai-selesai juga. Namun, itu semua tak bisa kamu lakukan karena kamu adalah si sulung yang selalu diharapkan menjadi contoh bagi semua orang.

7. Namun, menjadi anak sulung juga menyenangkan. Tempaan mental sejak awal membuatmu jadi terbiasa menghadapi segala realita kehidupan sendirian

Jadi anak sulung memberimu banyak keuntungan/Roksolana Zasiadko via unsplash.com

Meskipun begitu, menjadi anak sulung juga mengajarimu banyak hal. Mulai dari skill menyaring apa yang perlu dikatakan dan apa yang sebaiknya disimpan. Berasal dari keterpaksaan, kamu juga piawai dalam memberanikan diri mengambil keputusan beserta segala risikonya. Terbiasa membimbing adik-adikmu, membuat jiwa leadership-mu pun juga terlatih. Nggak heran kalau kamu juga “dituakan” dalam lingkungan pergaulan, dan dipercaya untuk melakukan hal-hal besar.

Menjadi anak sulung ada suka dan dukanya tersendiri. Harus menjadi yang paling kuat saat kamu juga sedang ingin menangis memang berat. Namun, justru itu melatihmu untuk skill-skill hebat.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pecinta harapan palsu, yang berharap bisa ketemu kamu.

Editor

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi

CLOSE