Berbicara tentang perilaku seks pranikah tidak pernah terlepas dari berbagai faktor yang melatarbelakangi dan akibat negatif yang ditimbulkannya. Perilaku seks pranikah merupakan sebuah kritik sosial yang sangat mencemaskan orang tua,pendidik, ulama, tokoh masyarakat serta aparat pemerintah. Menurut Kartono (2008), pada umumnya perilaku seks pra-nikah yang terjadi berdasarkan kepadadorongan seksual yang sangat kuat serta tidak sanggup mengontrol dorongan seksual.
Selanjutnya perilaku seks pranikah atau free sex dipandang sebagai salah satu perilaku seksual yang tidak bermoral dan sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama dan adat istiadat. Di samping itu, para penganut perilaku seks pranikah kurang memiliki kontrol diri sehingga tidak bisa mengendalikan dorongan seksualnya secara wajar. Dengan demikian perilaku seks pranikah kemungkinan dapat menyebabkan dan menumbuhkan sikap yang tidak bertanggung jawab.
Seks bebas sendiri sebagaimana dikatakan oleh Wijanarko tahun 2002. yaitu hubungan seksual yang dilakukan sebelum adanya hubungan resmi sebagai suami istri yang meliputi beberapa yaitu mulai dari menunjukkan perhatian dari lawan jenis, pacaran, kemudian melakukan lips kissing (ciuman bibir), genital stimulation (melakukan rangsangan pada alat genital), petting (saling menempelkan alat kelamin tanpa penetrasi), kemudian berlanjut pada hubungan seksual.
Terhadap fenomena tersebut di atas ditambah dengan kenyataan bahwa kita sebagai kebanyakan remaja di Indonesia tidak mendapatkan pendidikan seksual secara proper, baik secara formal ataupun informal, membicarakan tentang seksualitas adalah sesuatu yang tabu di Indonesia yang masih memegang pakem norma-norma ketimuran. Namun bersamaan dengan kenyataan tersebut penulis ketika menulis ini merasa bahwa angka kehamilan remaja di luar nikah semakin tinggi, hipotesis tersebut didukung dengan data dari National Programme Officer United Nations Population Fund, menunjukkan angka kehamilan yang memprihatinkan di kalangan remaja “Angka kehamilan pada remaja usia 15-19 tahun mencapai 48 dari 1.000 kehamilan. Dan data terakhir menunjukkan, ada 1,7 juta remaja di bawah usia 24 tahun yang melahirkan setiap tahun.
Dosa dan pahala adalah sebuah konsep konsekuensi yang coba diterapkan kebanyakan orangtua di Indonesia kepada anaknya yang sayangnya tidak diimbangi dengan landasan logika sehingga hanya menyisakan rasa takut yang abstrak sehingga pahala dan dosa tidak lagi menjadi dasar pengambilan keputusan remaja di Indonesia, sehingga penulis tertarik untuk mencoba memberikan setidaknya 5 alasan yang setidaknya patut kamu pertimbangkan sebelum melakukan hubungan seks pranikah .
1. Merasa asing terhadap diri sendiri
Manusia, tentu saja mengalami sebuah perubahan sikap seiring bertambahnya usia, keadaan lingkungan, dan kebutuhan, namun bukan berarti dengan mengalami metamorfosa tersebut membuat manusia merasa asing dengan dirinya sendiri. Kita harus menerima fakta bahwa melakukan seks bebas berpengaruh terhadap kondisi psikologis seperti perasaan bersalah karena telah melanggar norma, depresi, marah, ketegangan mental dan kebingungan untuk menghadapi segala kemungkinan resiko yang akan terjadi. Hingga pada akhirnya kita merasa asing dengan diri kita sendiri, kita mengenang masalalu dengan penuh rasa malu.
2. Cinta itu melengkapi bukan jutru menghilangkan
Atas dasar apapun, suka sama suka, atau karena terpaksa pihak yang dibebani risiko lebih besar dalam melakukan seks bebas adalah perempuan, ia memikul segala kemungkinan yang akan terjadi yang mungkin bisa saja bukan sebuah kerugian besar bagi seorang pria.
Perempuan akan menyisakan tapak pada dirnya, baik secara fisik atau psikis yang akan ia bawa sepanjang sisa hidupnya, perubahan bentuk fisik yang diakibatkan oleh rangsangan dan penetrasi juga perubahan psikis seperti rasa malu, minder, dan merasa rendah adalah diantaranya.
3. Kehamilan seharusnya suka cita bukan ketakutan
Selain hal tersebut perempuan juga tak lepas dari kemungkinan terjadinya kehamilan diluar pernikahan, kemungkinan itu bisa bisa jadi adalah kemungkinan terberat yang akan ditanggung oleh perempuan dan keluarganya, terhadap kemungkinan ini beberapa orang yang merasa panik, bingung dalam menghadapi risiko kehamilan dan akhirnya mengambil jalan pintas dengan cara aborsi.
4. Hilangnya esensi bercinta untuk pasanganmu kelak
Bukan hanya bagi perempuan, keruguan juga datang bagi laki-laki dimana Pengalaman seksualitas yang terlalu dini sering memberi akibat di masa dewasa. Seseorang yang sering melakukan hubungan seks pranikah tidak jarang akan merasakan bahwa hubungan seks bukan merupakan sesuatu yang sakral lagi sehingga ia tidak akan dapat menikmati lagi hubungan seksual sebagai hubungan yang suci melainkan akan merasakan hubungan seks hanya sebagai alat untuk memuaskan nafsunya saja.
Dalam kata lain kegiatan seksual itu kehilangan sebagian besar esensinya, melakukan kegiatan seks dengan pasangan yang sah secara ungang-undang dan agama ketika pascanikah bukan lagi kegiatan menyenangkan dan dapat dinikmati.
5. Kamu tidak akan suka dengan Herpes, Chlamydia ataupun HIV/AIDS
Hubungan seks yang dilakukan sebelum menikah dan berganti-ganti pasangan sering kali menimbulkan akibat-akibat yang mengerikan sekali bagi pelakunya, seperti terjangkitnya berbagai penyakit kelamin dari yang ringan sampai yang berat yang tidak jarang mengakibatkan kematian.
Orang yang memutuskan untuk melakukan seks pranikah tentu saja adalah orang yang sudah tergolong dewasa secara biologis, yang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang harus dan mana yang jangan,. Artikel ini mencoba memberikan pertimbangan sebelum memutuskan untuk melakukan seks pranikah meskipun pada akhirnya setiap individu lah yang memutuskannya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”