5 Hal yang Menyadarkanmu Bahwa Hidup Tak Seperti Bayangan Kita Sewaktu Kecil

Pahit manis kehidupan yang baru disadari ketika dewasa

Di suatu waktu, ketika kita merasa lelah menghadapi tuntutan dan masalah ini-itu, ingatan kita kembali ke kenangan semasa kecil. Kita yang dulu masih kecil tidak tahu apa-apa. Segala kebutuhan kita sudah disediakan orang tua tanpa susah-susah kita mendapatkannya. Tidak ada beban pikiran. Lalu ketika pemikiran kita telah kembali ke masa kini, di mana kita menyadari kalau kita bukan lagi seorang anak kecil.

Ada keengganan untuk menjalani kehidupan saat ini. Semakin bertambah usia dan pengalaman, pemahaman kita banyak keliru terhadap kehidupan. Kita menyadari bahwa kehidupan tidak sesederhana seperti pemikiran kita semasa kecil. Semakin dewasa, semakin banyak hal-hal besar dan kompleks yang menyambut kita. Berikut ini beberapa gambaran hidup yang berbeda jauh dari bayangan kita sewaktu kecil.

Advertisement

1. Jatuh dari sepeda tak semenyakitkan ketika harapanmu jatuh

Foto oleh Tatiana Syrikova dari Pexels

Foto oleh Tatiana Syrikova dari Pexels via http://www.pexels.com

Dulu ketika kita pertama kali belajar naik sepeda pasti sering terjatuh. Kita mendapat banyak luka dan goresan di sekujur tubuh, dan tak jarang kita jadi menangis karena tidak tahan dengan rasa sakit dan perih akibat terjatuh. Sebagian bahkan meninggalkan bekas luka hingga saat ini.

Tapi kini, ada momen jatuh yang rasanya lebih sakit ketimbang hal tersebut. Ialah ketika kita telah menyusun rencana dan impian, berharap akan terwujud. Namun kenyataannya, rencana kita beberapa kali bersenggolan dengan realita. Membuat kita merasa kehilangan tujuan, tidak ada semangat hidup. Kita menyebutnya titik jatuh kehidupan.

Advertisement

2. Kisah cintamu lebih rumit ketimbang dicie-ciein sama anak lain

Foto oleh Maksim Romashkin dari Pexels

Foto oleh Maksim Romashkin dari Pexels via http://www.pexels.com

Sewaktu kecil ketika melihat ada anak perempuan dan laki-laki main berdua, teman-teman yang lain akan bergerombol dan menyoraki mereka. Kita pernah ada di posisi menyoraki dan disoraki teman. Menyenangkan sekali saat kita menggoda teman lain yang kedapatan main berdua.

Tapi ketika giliran kita yang dicie-ciein teman lain, kita akan merasa malu dan risih. Selanjutnya kita buru-buru menyingkir dari teman lawan jenis kita agar tidak terus digoda.

Mengenang hal itu bikin kita ketawa dengan perasaan miris. Karena setelah beranjak dewasa, kita bertemu banyak orang. Sebagian berhasil mencuri hatimu, sebagian lainnya mematahkan perasaanmu. Ada saja sekelumit masalah dalam kisah percintaanmu. Momen jatuh cinta yang kita pikir akan berjalan mulus dan manis, nyatanya juga sering bikin kita merasa terpuruk.

Advertisement

3. Masalahmu tidak sebatas musuhan sama temen

Foto oleh Eren Li dari Pexels

Foto oleh Eren Li dari Pexels via http://www.pexels.com

Rebutan mainan dan tidak mau mengalah, tidak terima melihat teman lebih dekat dengan teman lain, atau jengkel tidak diajak main bareng adalah sekelumit permasalahan kita versi bocah, yang pada saat itu bagi kita genting.

Meski beberapa hari kemudian kita akur dan bermain lagi dengan teman kita. Berbeda jauh dengan kondisi saat ini. Kita mungkin tetap menghadapi konflik dengan teman, tapi dengan konteks yang lebih rumit.

Belum lagi permasalahan di sekolah atau tempat kerja, berselisih dengan keluarga, pening mengatur keuangan dan tagihan, serta kebingungan menemukan jati diri kita. Masalah-masalah tadi datang silih berganti, atau bisa juga datang bersamaan.

Sebagai versi dewasa, kita tidak bisa sembunyi dari masalah. Mau tidak mau kita harus menghadapi, dan itu yang terkadang membuat kita lelah menjadi dewasa.

4. Dulu mudah mengucap cita-cita. Sekarang sering bingung mau jadi apa

Foto oleh SHVETS production dari Pexels

Foto oleh SHVETS production dari Pexels via http://www.pexels.com

Ketika masih sekolah dulu, pasti kita pernah mendapat pertanyaan dari guru seperti Apa cita-cita kalian nanti? atau Besok kalau sudah besar mau jadi apa? Pada saat itu, kita dapat menjawab dengan lantang dan yakin profesi apa yang kita inginkan atau hal apa yang ingin kita raih di masa depan. Seakan tidak ada keraguan dalam jawaban kita. Seolah kita tahu pasti cita-cita itu pasti terwujud ketika dewasa.

Begitu beranjak dewasa, sudah tidak ada lagi yang bertanya apa cita-cita kita. Setiap hari kita menjalani rutinitas sebagaimana mestinya. Yang kemudian pada titik tertentu, kita kembali mempertanyakan apa cita-cita, apa yang sebenarnya ingin kita raih. Sudah benar kah jalan yang kita tempuh? Entah kenapa, pertanyaan itu sekarang tampak lebih susah dijawab.

5. Dulu main petak umpet saja sudah bahagia. Sekarang susah payah menemukan kebahagiaan diri di tengah tuntutan.

Foto oleh Monstera dari Pexels

Foto oleh Monstera dari Pexels via http://www.pexels.com

Mungkin kita tahu atau pernah dengar julukan MKKB alias Masa Kecil Kurang Bahagia yang dilontarkan sebagai candaan ketika seseorang kembali memainkan permainan anak kecil atau bertingkah konyol. Sebenarnya yang mereka lakukan adalah bentuk mengenang kembali masa kecil mereka yang menyenangkan. Serta sebagai pelipur dari penatnya rutinitas orang dewasa yang mereka tanggung.

Karena begitu kita beranjak dewasa, beberapa hal berubah menjadi lebih rumit. Kita butuh pengalihan berupa hal kecil yang bisa memantik kebahagiaan kita. Sekaligus menjadi poin lebih kalau hal itu bisa menumbuhkan rasa syukur sebab diri ini berhasil melalui banyak fase dalam hidup. Sebab kita menyadari kalau seberat apa pun tuntutan yang dipikul, kita tetap layak merasakan kebahagiaan.

Aku harap kita bisa menemukan kebahagiaan dari hal-hal sederhana di sekeliling kita.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Suka mengkhayal

CLOSE