Balada Guru Honorer. Gaji Sangat Terbatas di Tengah Impitan Kebutuhan Hidup

suka duka guru honorer

Aku ingin memulainya dengan sebuah kutipan dari sastrawan Muchtar Lubis, diambil dari bukunya sendiri yang berjudul Jalan Tak Berujung.

Saya sudah tahu…semenjak semula… bahwa jalan yang kutempuh ini adalah tidak ada ujung. Dia tidak ada habis-habisnya kita tempuh. Mulai dari sini, terus, terus, terus, tidak ada ujungnya. Dimana ujung jalan perjuangan dan perburuan manusia mencari bahagia? Habis satu muncul yang lain, demikian seterusnya. Sekali kita menempuh jalan perjuangan, maka itu jalan tak ada ujungnya, dan kita, engkau, aku, semuanya telah memilih jalan perjuangan. 

Teruntuk teman seperjuangan dan yang sedang membaca artikel ini, aku ingin membagikan suka dukaku selama menjadi guru honorer.

1. Setelah sarjana pendidikan tersemat

“Welcome to the jungle”

Ucapan selamat ini selalu diucapkan untuk mahasiswa akhir yang baru saja dinyatakan lulus. Katanya dunia selepas perkuliahan seperti hutan belantara yang membuat kita perlu berjuang keras. Setelah menjadi sarjana, jalan sudah diatur masing-masing pribadi. Pilihanku pada saat itu hanya dua, bekerja atau lanjut S2. Bagiku yang bergelar sarjana pendidikan memilih berjalan selaras dengan apa yang sudah dipelajari. Aku beruntung, setelah dinyatakan lulus, hari-hari berikutnya dunia baru menjadi aktivitasku. Menjadi guru honorer.

2. Dunia baru

Jika harus membandingkan diri, aku masih bersyukur menjadi guru honorer di sekolah yang cukup favorit. Meski guru honorer sekolah, aku merasa berkecukupan, dengan kondisi gaji di potong biaya hidup dan membayar kost. Masih ada sisa untuk sekadar jajan. Awalnya yang berat itu menghadapi para murid, tapi kesenangan membuat hati yang susah terasa lapang. Aku suka mengajar, bertemu beberapa karakter manusia yang berbeda-beda, belajar memaklumi, sabar, dan ikhlas. Meski kadang menjadi manusia yang sering sambat selalu aku lakukan setiap hari~

3. Akhir bulan yang mengiris hati

Walaupun sudah bekerja, nyatanya akhir bulan masih jadi momok menakutkan anak kostan yang menjadi guru ini. Guru honorer yang menyewa kost pasti paham banget kondisi seperti ini. Uang gajian habis di awal, nggak tersisa di akhir-akhir. Nikmat sekali perjuangan ini, mie sama teh saja berasa enak di akhir bulan. Tapi, taukah saat seret-seretnya panggilan untuk tanda tangan adalah angin segar bagi kami. Yah, ada saja rezekinya. Sedikit-sedikit tapi menopang kehidupan di perantauan.

4. Bahagia dari sudut pandang lain

Bicaralah dengan hati, maka kau akan mendapatkan hati. -1000guru

Sesuatu yang dimulai dari hati, akan sampai kehati. Intinya ikhlas, dan mencurahkan rasa sayang yang tulus terhadap murid. Apa yang terjadi pada kami adalah kehendak-Nya juga kehendak sendiri.

Ada sesuatu yang nggak bisa dijelaskan, kenapa saat kami ada yang memutuskan menyerah menjadi guru, hati inisulit menerimanya. Salah satu alasan yang sedikit logis mungkin karena rasa cinta murid terhadap kami, atas semua pertemuan yang berkesan atau atas sesuatu yang mereka yakini itu baik. 

Materi nggak bisa sepenuhnya buat kami bahagia. Ada kebahagiaan lain yang kami dapatkan sebagai guru. Rasa terima kasih dari murid terhadap kami.

5. Lapang dada saat pembagian THR

With students

With students via https://www.google.com

Saat PNS, CPNS, honorer provinsi mendapatkan THR dari pemerintah, kami guru honorer cuma bisa bersyukur dan merasa cukup. Semenyedihkan itukah sebagai pengajar bergelar sarjana? Setidaknya harapan kami masih luas masih lapang seperti hati ini. Masih ada harapan, kelak kamipun akan menjadi PNS hanya waktu saja yang membentuk semua itu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Full-time Japanese Language Teacher And Postgraduate Student.