#BelajarDiNegeriOrang-Nggak Selamanya Menyenangkan, Ini 7 ‘Rahasia’ yang Harus Diperhatikan Sebelum Kuliah di Eropa

Kuliah di luar negeri juga butuh strategi, lho!

Beberapa dari kita begitu tertarik untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di luar negeri. Bermacam angan-angan mengasyikkan semakin memotivasi kita untuk melamar kuliah di luar negeri. Ada yang mempertimbangkan menempuh jalur beasiswa sebelum berangkat studi, dan bahkan ada yang nekat menempuh jalur mandiri demi cita-cita bersekolah di negeri orang.

Namun, tentu saja dibalik kesenangan dan kebanggaan bersekolah di luar negeri tetap ada cerita kurang menyenangkan di balik layar publik. Tidak bisa diabaikan, beberapa dari ‘rahasia’ berkuliah di luar negeri ini justru harus dipertimbangkan oleh calon mahasiswa agar tidak terlalu kaget ketika mengalaminya langsung. Seorang mahasiswi Indonesia bernama Putri Dwiwinarmi yang pernah bersekolah di Inggris membagikan hal-hal yang harus diwaspadai ketika berkuliah di benua Eropa lewat platform Qoura.

Advertisement

1. Minuman Keras

Photo by Inga Seliverstova on Pexels

Photo by Inga Seliverstova on Pexels via https://www.pexels.com

‘Sebagian besar mahasiswa Indonesia minum lebih banyak di sana, terlepas dari agama dan kepercayaan yang dianut.

Harga minuman keras di sana sangat murah jika dibandingkan di sini, belum lagi jenisnya yang sangat beragam.’

Menurut penuturannya, mahasiswa Indonesia cenderung salah menafsirkan kebebasan di Eropa. Berbeda dengan Indonesia yang melarang minuman keras karena bertentangan dengan hukum Islam. Namun, bukan berarti ketika berkuliah di luar negeri harus memuaskan diri dengan kebebasan minum minuman keras, ya.

Advertisement

2. Pergaulan Bebas

Photo by Marcelo Chagas on Pexels

Photo by Marcelo Chagas on Pexels via https://www.pexels.com

‘Di Eropa, apa pun yang kita lakukan, asalkan tidak mengganggu orang lain, dianggap lumrah. Menjadi mahasiswa di negara asing dengan beban mental yang tinggi kadang membuat lupa diri.’

Putri menjelaskan bahwa kehidupan bebas di Eropa acap kali membutakan mahasiswa dari kewajibannya. Kurangnya pengawasan dari keluarga dan kerabat menjadi faktor pendukung maraknya pergaulan bebas di kalangan mahasiswa Eropa.

3. SAD (Seasonal Affective Disorder)

Advertisement
Photo by Andrew Neel on Pexels

Photo by Andrew Neel on Pexels via https://www.pexels.com

‘Ini adalah salah satu gangguan kesehatan mental yang terjadi akibat kurangnya paparan sinar matahari di musim dingin. Sebagai penduduk negara tropis, kita sangat rawan terserang gangguan SAD tersebut.’

Mungkin, beberapa dari calon mahasiswa kurang mengenal istilah tersebut. Namun, berdasarkan keterangan yang ditulis oleh Putri, gejala SAD ini hampir mirip dengan depresi akut sehingga memerlukan perhatian yang lebih.

4. Depresi

Photo by Engin Akyurt on Pexels

Photo by Engin Akyurt on Pexels via https://www.pexels.com

‘Berada di tempat yang asing, jauh dari keluarga dan teman dekat, dengan budaya yang juga terasa asing, ditambah lagi dengan persaingan antar pelajar yang sengit. Semua itu bisa memicu depresi.’

Putri menggambarkan kondisi depresi yang umunya berasal dari tekanan dari kehidupan kampus dan kehidupan sosial di sana berbeda dari SAD. Bahkan dikatakan ada beberapa kasus usaha percobaan mengakhiri hidup oleh mahasiswa di sana.

5. Diskriminasi Ras dan Agama

Photo by Keira Burton on Pexels

Photo by Keira Burton on Pexels via https://www.pexels.com

‘Belakangan ini, xenophobia di negara-negara barat semakin tajam. Ketika saya berkuliah dulu, ada beberapa insiden antimuslim/antiimigran. Seorang perempuan berjilbab didorong ke arah kereta bawah tanah yang sedang melaju. Ada pula yang dilempari telur. Beberapa teman saya pun ada yang mengalami langsung dicaci maki oleh warga kulit putih di jalanan.’

Pengalaman yang dialami langsung oleh Putri ini bisa kita jadikan topik penting untuk dipertimbangkan jika memilih negara-negara barat sebagai tujuan kuliah. Dengan begitu, kita sudah siap dengan segala kemungkinan terburuknya.

6. Susah Move On

Photo by Carl Larson on Pexels

Photo by Carl Larson on Pexels via https://www.pexels.com

Eits, bukan move on sembarang move on. Yang ini berbeda jauh dari perspektif orang-orang di Indonesia yang tidak jarang mengaitkannya dengan mantan kekasih.

‘Hidup di Eropa menjanjikan ketenangan, ketertiban, dan keteraturan yang tidak bisa ditemukan di Indonesia yang ingar bingar dan berantakan. Akibatnya, banyak yang gagal move on ketika pulang ke Indonesia.’ Adalah susah move on versi Putri, sebagai mahasiswa Indonesia di luar negeri. Persiapkan mental kita untuk rindu Eropa setelah selesai studi, ya.

7. Universitas yang Komersil

Photo by RODNAE Productions on Pexels

Photo by RODNAE Productions on Pexels via https://www.pexels.com

Setelah mengetahui enam ‘rahasia’ di atas, masih ada satu ‘rahasia’ yang sering dilewatkan oleh calon mahasiswa. Kali ini, orang Indonesia yang pernah bersekolah di Skotlandia—yang menolak menuliskan namanya—membagikan ‘sisi gelap’ berkuliah di Eropa yang jarang terekspos.

‘Mahasiswa internasional dikenakan tuition fee sebesar £20,900, 4 (empat) kali lipat uang kuliah yang dibebankan bagi mahasiswa asal Inggris dan Uni Eropa. Bukan rahasia lagi, peluang ini dimanfaatkan oleh banyak universitas, agar mendapatkan untung yang banyak. Keberadaan mahasiswa internasional juga merupakan faktor penentu ‘kredibilitas’ universitas. Jadi, universitas pasti berlomba-lomba menjaring mahasiswa internasional.’

Melalui penjelasannya, mahasiswa Indonesia ini berbagi keresahannya mengenai beberapa mahasiswa ‘bandel’ yang berasal dari benua Afrika dalam project group-nya. Tiga mahasiswa dari Afrika tersebut dikatakan ‘Tidak tahu cara mengoperasikan Ms. Excel dengan benar. Tidak hanya itu, mereka juga tidak paham cara membuat presentasi yang baik dengan Power Point maupun Prezy serta gagap mengoperasikan Ms. Word.’ Wah, tentu ini menjadi perhatian untuk calon mahasiswa agar segera memantaskan diri sebelum berangkat studi di luar negeri.

Itulah 7 ‘rahasia’ gelap yang perlu diperhatikan sebelum merencanakan studi di Eropa.

Namun, jangan terlalu cemas. Kemungkinan-kemungkinan terburuk itu akan jadi pengalaman menarik yang akan menemani selama studi di luar negeri. Selain itu, kini ada Qatar Airways Student Club yang juga akan menemani jalan berproses ketika belajar di negeri orang. Fasilitas yang disediakan sangat sesuai dengan kebutuhan mahasiswa di luar negeri seperti, harga spesial tiket penerbangan, kelonggaran kelebihan bagasi dan fleksibilitas perubahan jadwal.

Yuk, sukseskan cita-cita belajar di luar negeri karena tiap-tiap mimpi punya nyawa yang harus dihidupkan lewat kerja keras dan persiapan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE