Inilah Caraku Mengubah Rasa Sakit Menjadi Sebuah Karya Hidup

Katanya, jangan sampai kita mudah percaya dengan kalimat yang berawalan: katanya. Tapi yang satu ini, aku memilih untuk tetap percaya dan mengimaninya: harus lebih bersabar jika ingin berhasil, berani untuk memiliki impian yang besar. Dan tidak ada yang sia-sia, aku melakukannya sampai saat ini.

Terbukti dengan tahun 2019 yang kan berakhir tinggal sebentar lagi. Menit ke jam, jam ke hari, hari ke bulan telah terlewati meskipun terkadang harus terseok-seok menjalani dan tak sabar menunggu hari berganti; berharap permasalahan cepat selesai.

Bersyukurnya aku, karena Tuhan membantuku mengubah rasa sakit ataupun kondisi hati lainnya menjadi sebuah karya yang bisa kutulis sampai saat ini.

1. Menulis dan diterbitkannya 3 Memoar

Memoar via http://www.facebook.com

Ketiga memoar yang kutulis bersama dengan penulis lainnya: Memoar Bahagia Bersama Ibu Tercinta, Memoar Patah Hati, dan Memoar Bahagia Bersama Bapak Tercinta, dan kini sudah diterbitkan.

Pengalaman hidup terlahir sebagai anak dari perceraian, hanya tinggal bersama ibuku saja samapi akhirnya ibu menikah dengan bapak tiriku sekarang ini. Juga pengalaman kepayahan diriku dalam percintaan. Seringnya mencintai seseorang dalam diam lalu harus berani melupakan.

2. Karya tulisan ada dalam pameran di salah satu universitas di Yogyakarta

Pameran Quotes via http://www.pexels.com

Suatu kesempatan yang tidak pernah kubayangkan, ketika tulisan atau quotes yang kubuat bisa menjadi salah satu pameran yang diadakan oleh salah satu universitas di Yogyakarta. Ketika pertama kali ditawari oleh teman penulis yang juga menuntut ilmu di sana. Kucoba saja meskipun pada akhirnya aku tidak menang. Tapi setidaknya aku tetap bersyukur karyaku bisa berada di sana, meskipun ragaku tidak.

3. Rekaman lagu dari tulisan sendiri

Recording via http://www.pexels.com

Sebuah lagu yang akhirnya menjadikanku patah hati, karena dia memilih wanita yang ia cintai. Sedangkan aku hanya berani sampai batas mengagumi dan menjadikannya inspirasi. Tapi setidaknya rasa sakit itu perlahan tercairkan dengan akhirnya tulisan itu bisa kujadikan single lagu ciptaanku sendiri. Terima kasih untuk teman-temanku yang sudah merespon, meskipun aku memang tidak jago dalam bernyanyi tapi melalui petikan dan melodi dari gitarku, setidaknya bisa menginspirasi.

4. Juara pertama kompetisi Hipwee #upgradedirimu

Kompetisi #upgradedirimu via http://www.facebook.com

Bukan sekali ini aku mengikuti kompetisi menulis di Hipwee. Bahkan aku juga pernah mengirimkan lebih dari 3 tulisan tapi tidak berhasil semua di kompetisi Hipwee dengan tema yang berbeda pula. Dan akhirnya di kompetisi #upgradedirimu ini, aku mendapatkan juara pertama. Suatu usaha yang akhirnya tidak pernah sia-sia pada waktunya. Inilah yang membuatku terus berkarya,meskipun sering menemui kegagalan. Terima kasih Hipwee.

5. Menjadi narasumber salah satu komunitas menulis fiksi di kota Kudus

Narasumber via http://www.pexels.com

Suatu hal yang tak pernah kubayangkan sebelumnya juga, ketika ditawari menjadi narasumber dengan tema artikel populer, oleh ketua dari salah satu komunitas menulis fiksi dari kota Kudus. Ini juga berkat dari Hipwee yang menjadi latar belakang aku bisa sharing dengan mereka; dari awal mulai menulis di Hipwee dan pengalamanku bersama Hipwee dari akhir Desember 2017 sampai sekarang ini. Awalnya aku sempat ingin menolak karena pengalamanku dalam menulis masih terbatas. Aku merasa minder karena narasumber yang sebelum-sebelumnya adalah penulis yang sudah menerbitkan buku tunggalnya sendiri dan berbagai pencapaian luar biasa lainnya. Tapi aku berusaha meyakinkan diriku bahwa ini adalah kesempatan untukku membuktikan bahwa aku juga memiliki kesempatan yang sama untuk meraih masa depan seperti mereka, tapi dengan caranya Tuhan yang luar biasa.

Untuk kalian yang masih berjuang meraih impian dan pencapaian lainnya, tetaplah fokus pada tujuan kalian, maka hal tak terduga yang telah Tuhan persiapkan tengah siap untuk kalian terima. Segera!!