Punya Teman yang Udah Nikah Duluan Itu Bak Pisau Bermata Dua. Eh tapi Lebih Banyak Nyebelinnya!

Jangan jadi menyebalkan meski sudah menikah!

“ Hehe… Orang Indonesia emang deh umur duapuluhlima seakan –akan udah harus punya segalanya: suami, anak, rumah, investasi, asuransi, karir sukses, bahagiain orang tua (materiil), S2,S3 , Haji , omg berat banget culture dan pressure ini LOL”- @statusdilemma

Sebuah cuitan di salah satu akun di Twitter seperti suara hati banyak orang terutama wanita yang sudah memasuki usia seperempat abad. Seakan belum cukup tekanan yang didapat dalam lingkungan pergaulan, suasana yang hampir sama juga akan ditemukan ketika berkumpul dalam acara keluarga. Kapan lulus kuliah, kapan dapat kerja, kapan nikah, kapan punya anak dan nasihat-nasihat panjang tentang umur dan status yang masih sendiri akan didengar sepanjang acara berlangsung. Rasanya itu pengen teriak aku kudu piye?

Dan situasi ini makin memuakkan saat teman-teman yang sudah menikah menjadi barisan orang-orang paling ingin dihindari, baik dunia nyata atau sekedar didunia maya. Kenapa? Karena setelah menikah mereka yang memilih menikah muda ini ‘mendadak’ menjadikan pernikahan sebagai topik teratas dalam obrolan, menjodoh-jodohkankan teman yang single sebagai candaan, menekan teman yang  belum menikah untuk mengikuti jejak mereka seperti sebuah keharusan.

Dan yang makin greget saat buka instagram bertebarlah foto-foto kemesraan mereka, dari mata terpejam sampe tertutup nggak pernah lepas untuk masuk dalam IG-story  (hadeh jomblo kudu kuat).

1. Kami bukannya iri, tapi menurut kami menjaga privasi itu penting!

Kemesraan bukan untuk di umbar

Kemesraan bukan untuk di umbar via https://id.pinterest.com

Advertisement

Terima kasih atas ‘kepedulian’ yang kalian beri kepada kami (eh aku ding maksudnya) yang masih sendiri ini. Terimakasih wejangannya tentang menikah diusia yang tidak terlalu ‘tua’, biar katanya nanti kalo punya anak, anak sama ibunya keliatan seumuran (hmm… salut sama kalian yang mendahului kuasa-Nya, bukankah jodoh, rezeki, maut sudah diatur oleh pemilik kehidupan).

Biar tidur tak sendiri, ada yang ngurusin, siapin makan, minum dan pakaian? Menikah untuk melegalkan yang haram jadi halal, biar bebas berdua-duaan, duh miris jika sependek ituk tujuan kalian menikah.

Terkadang aku heran dengan teman-teman yang sudah menikah, kenapa begitu santainya ketika mengumbar kehidupan rumah tangga di sosial media? Kenapa begitu ringannya mengobral kebaikan pasangan pada banyak orang? Apa tujuannya? Maaf jika pikiran ku ini kolot. Tapi bagiku menikah adalah ibadah yang harus aku jaga layaknya amalan yang tak perlu aku pamer pada banyak orang.

Advertisement

2. Kami masih memilih sendiri sebab ingin menyiapkan diri

Memperbaiki Diri

Memperbaiki Diri via https://id.pinterest.com

Mencukupi ilmu dan bekal jika kelak nanti telah membangun rumah tangga. Sebab pernikahan yang aku tahu bukan hanya berisi yang manis-manis saja, tapi juga ada sisi pahit dan sulitnya. Bukan hanya tentang memperbaiki diri tapi juga berdamai dan selesai dengan diri sendiri.

Menikah itu sejatinya menambah masalah bukan? Bagaimana jika masalah dengan diri sendiri saja belum selesai  lalu harus menyelesaikan masalah pasangan, bagaimana jika nanti pondasinya tidak kuat seperti komitmen, mental dan faktor pendukung lainnya.

Tidak terbayang rumah tangga seperti apa yang akan dijalani. Pentingnya menyelesaikan masalah dengan diri sendiri sebelum menikah.

Advertisement

3. Bohong jika kami tidak khawatir dan takut belum berganti status layaknya kalian yang telah menikah

Manusiawi kok. Banyak sekali ketakutan itu. Kalo dipikirkan bisa berasap ini kepala. Bukannya kami tidak takut. Takut banget. Apalagi jika sudah membandingkan antara  diri sendiri dengan orang lain.

“Aku nggak secantik dia, karier? Apalagi hanya karyawan biasa, yang hilang pun tak dicari.”

Tak ada habisnya jika selalu membandingkan diri dengan orang lain bukan? Kekhawatiran dan ketakutan jika terus dipikirkan hanya menjadi tekanan yang membuat hidup tak nyaman. Aku sendiri mencoba melihat sisi lain di balik kesendirian yang masih Allah jaga ini, everything happens for a reason.

Lihat orang tua dirumah seperti sinyal dari Allah kenapa aku masih sendiri. Mungkin ya, mungkin saja Allah ingin memberitahuku, orang tua dirumah masih butuh aku. Itu kenapa aku belum diketemukan dengan seseorang  yang  tepat.

4. Hanya ingin mengatakan nikah bukan ajang lomba lari

Photo by dom seven from Pexels

Photo by dom seven from Pexels via https://www.pexels.com

Banyak kutemukan teman-teman yang memilih bertahan dengan hubungan terlarang (read: pacaran),  cuma karena ingin mengurangi tekanan yang diterima. Yang bertahan dengan laki-laki brengsek yang udah kelihatan buruk akhlak dan sopan santunnya sebelum menikah, cuma demi status. 

Ada juga kutemukan beberapa teman yang asal menikah, meski sudah tahu si pria tak baik lakunya cuma karena tuntunan dan tekanan. Miris. Memang nikah itu lomba lari ya?

5. Semua ada masanya termasuk kami yang masih sendiri

semua ada waktunya

semua ada waktunya via https://id.pinterest.com

Ada teman yang masih sendiri. Ada juga yang telah memiiki anak. Ada teman yang lulus kuliah diusia 22 tahun, namun butuh 5 tahun untuk memiliki pekerjaan, sedang dilain sisi ada yang lulus kuliah usia 27 tahun namun langsung bekerja.

Semua berjalan mengikuti zona waktunya masing-masing. Allah punya rencana yang berbeda pada masing-masing hamba-Nya.  Jadi berhentilah iri dan mengejek orang lain. Untuk yang masih sendiri  nikmati waktumu sebaik mungkin untuk melakukan kebaikan, berkarya dan memaafkan diri sendiri. Sehingga rencana-rencana baik dan indah yang telah dirancang atas kuasa-Nya dapat terjadi.

6. Berhentilah menjadi orang-orang yang menyebalkan

Dear married friends

Dear married friends via https://id.pinterest.com

Berhentilah mengurus hidup orang lain dengan selimut ‘kepedulian’. Coba kroscek diri kalian sendiri. Sudahkah pernikahan menjadikan ibadah kalian semakin baik? Sudahkah pernikahan yang kalian jalanin semakin membuat kalian dekat pada-Nya? Atau semakin membuat kalian lalai dari kewajiban sebagai  Hamba-Nya?

Hanya tulisan sederhana dari aku yang resah dengan culture di negeriku. Salam dari wanita yang akan segera memasuki usia seperempat abad.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penyuka Arunika - Penikmat Swastamita

CLOSE