FIFA Membatalkan Indonesia sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U-20 2023

Jangan saling menyalahkan! Berikut alasan yang mungkin jadi faktor penyebabnya

Melansir laman resmi FIFA, Indonesia tidak lagi menjadi tuan rumah U-20 FIFA WORLD CUP 2023 dan akan segera menunjuk tuan rumah baru. FIFA pun menjelaskan bahwa Indonesia berpotensi mendapatkan sanksi. FIFA menghargai adanya hubungan baik dengan Presiden Joko Widodo dan akan berkomitmen aktif membantu PSSI, mengingat tragedi yang terjadi pada Oktober 2022.  Namun, FIFA tidak menyebutkan secara spesifik terkait alasan utama mengapa Indonesia dibatalkan sebagai tuan rumah U-20 FIFA WORLD CUP 2023. Hal ini menjadi polemik dan area perdebatan baru. Sebelumnya, berbagai kontroversi terjadi alasannya karena tim Israel berhasil masuk babak kualifikasi. Status Indonesia sebagai negara yang demokratis tentu memberikan suara lantang tentang hal ini. Bahkan sejumlah pejabat pemerintahan pun ikut menanggapi permasalahan yang terjadi salah satunya karena penolakan terhadap Israel yang justru dilakukan baru baru ini. Keputusan akhir dari FIFA tentu mengecewakan sebagian besar masarayakat Indonesia.

Tidak hanya merugikan banyak pihak penyelenggara, tapi juga memutus jalan prestasi anak bangsa serta memunculkan argumen standar ganda FIFA. Lalu, apa sih yang sebenarnya mendasari keputusan tersebut? Berikut 5 alasan yang mungkin jadi penyebab FIFA membatalkan keputusannya.

Advertisement

1. Status Indonesia sebagai negara yang menjunjung Konstitusi Keadilan

Foto oleh Eye On Palestine @eye.on.palestine Via Instagram

Foto oleh Eye On Palestine @eye.on.palestine Via Instagram via https://www.instagram.com

Indonesia yang memiliki sejarah panjang tentang penjajahan menjungjung tinggi adanya keadilan serta kesetaraan hak hidup dan kemanusiaan. Berdasarkan UUD 1945 telah dituliskan bahwa penjajahan diatas dunia harus dihapuskan. Atas dasar ini Indonesia menuntut hak kesetaraan dan menolak adanya tindak kekerasan serta sistem kolonialisasi yang terjadi dimanapun termasuk Palestina. Indonesia menjadi negara yang mengecam keras tindakan kekejaman Israel atas rakyat Palestina. Alasan inilah yang menjadikan Indonesia tidak mengakui Israel.

Indonesia sebagai negara demokratis tentu lantang dalam menyuarakan hal ini. Namun demikian, polemik tentang Indonesia sebagai tuan rumah mengharuskan penerimaan terhadap tim Israel. Inilah yang kemudian menjadi kontroversi. Status penerimaan dan penolakan memecah belah dan semakin menjadi kontroversi. Status Indonesia sebagai negara yang menjungjung demokrasi menjadi hal yang tidak dapat dihindari. Tentu saja FIFA melihat akan hal itu. Jika kita melihat dari sudut pandang FIFA, keputusannya justru menjadi pilihan yang hanya bisa diambil meskipun menimbulkan berbagai kekecewaan. FIFA juga menghargai Indonesia sebagai negara berlandaskan konstitusi keadilan, meskipun FIFA tetap tidak menunjukan sikap tegas terhadap Israel.

Advertisement

2. Munculnya argumen standar ganda

Foto oleh Fifa @fifa Via Instagram

Foto oleh Fifa @fifa Via Instagram via https://www.instagram.com

Adanya catatan terkait penindakan sanksi FIFA terhadap negara peserta lainnya mendorong argumen publik terkait adanya standar ganda dalam keputusan FIFA. Sebelumnya, tim nasional Rusia menjadi salah satu peserta yang dicoret untuk mengikuti semua kompetisi FIFA dan UEFA. FIFA dan UEFA mengeluarkan sanksi tegas terhadap Rusia karena solidaritasnya terhadap Ukraina, seperti yang dilansir pada laman resmi FIFA. Dalam video Narasi Tv via Youtube, Najwa Syihab menyebutkan

Israel kerap kali melarang atlet Palestina untuk bertanding di luar negeri terjadi pada tahun 2016, tahun 2017, tahun 2019. Israel secara spesifik mengeluarkan travel advisory melarang pesepak bola Palestina untuk melintasi perbatasan untuk ikut pertandingan.

Kemudian melansir artikel CNN Indonesia yang terbit pada tanggal 23 Desember 2022, di publikasikan terkait Pesepak bola Palestina di tembak tentara Israel di Tepi Barat. Sejumlah tindakan Israel terhadap Palestina dalam ranah Sepak bola dinilai tidak manusiawi. Israel justru bebas mengikuti ajang pertandingan. Adanya tindakan tersebut tidak menjadikan FIFA memberikan sanksi terhadap Israel. Hal ini yang kemudian memunculkan argumen standar ganda dalam keputusan sanksi FIFA. Apa yang sebenarnya mendasari keputusan sanksi FIFA? Kita tidak tahu dan tentu kita hanya ingin adanya keadilan untuk semua peserta.

Advertisement

3. Kesiapan Indonesia sebagai tuan rumah

Foto oleh The King dari Pexels

Foto oleh The King dari Pexels via https://www.pexels.com

Adanya kontroversi yang terjadi di Indonesia tidak menutup kemungkinan menjadi hal yang sangat beresiko untuk penyelenggaraan FIFA WORLD CUP U-20 tahun 2023. Indonesia sudah komitmen menjadi tuan rumah U-20 FIFA World Cup 2023 sejak tahun 2019. Saat itu Indonesia belum mengetahui bahwa Israel lolos babak kualifikasi. Barulah pada bulan Juni tahun lau 2022, Israel resmi menjadi peserta U-20 FIFA WORLD CUP 2033. Hal ini kemudian menjadi kontroversi yang sama sama tidak berujung. Baik pihak yang menerima ataupun menolak sama sama memiliki landasan yang jelas.

Kita pun jangan mengabaikan fakta mengenai kesiapan Indonesia sebagai tuan rumah. Banyak yang harus dibenahi dan direnovasi dan tentunya pemerintah sudah mengeluarkan dana tidak sedikit. Mengingat hal ini, tidak menutup kemungkinan adanya potensi kesiapan bisa menghambat terselenggaranya kompetisi U-20 FIFA WORLD CUP 2023.

4. Tragedi Kanjuruhan menjadi catatan buruk

Foto oleh Beyza Kaplan dari Pexels

Foto oleh Beyza Kaplan dari Pexels via https://www.pexels.com

Alasan lain yang sangat mungkin adalah adanya tragedi kelam menyakitkan Oktober 2022 menjadi sejarah buruk untuk nama Indonesia di ranah sepak bola Internasional. Tragedi besar sepanjang sejarah ini tentu menjadi pertimbangan besar bagi berbagai pihak Internasional khususnya FIFA. Kita tidak boleh menutup kemungkinan bahwa mungkin saja sejarah ini menjadi salah satu faktor penyebab, mengingat begitu banyaknya nyawa yang hilang. PSSI masih memulihkan kondisi sepak bola di Indonesia. FIFA pun menambahkan dalam laman resminya akan berkomitmen membantu PSSI untuk memulihkan sepak bola di Indonesia.

5. Bagaimana jika Israel main di Indonesia?

Foto oleh Febry Arya dari Pexels

Foto oleh Febry Arya dari Pexels via https://www.pexels.com

Apa yang akan terjadi bila FIFA tetap mengizinkan Indonesia sebagai tuan rumah dengan kontroversi penolakan Israel serta berbagai tragedi sepak bola Indonesia? Apa yang akan dilakukan FIFA untuk menjaga kompetisi tetap berjalan dengan baik? Jika kita mencoba lihat dari sudut pandang FIFA sebagai pihak penanggung jawab, akan berat jika Israel bermain di Indonesia. Mengapa? Akan ada banyak sistem keamanan yang sangat merepotkan mengingat kontroversi penolakan dan kecaman Indonesia terhadap Israel. Kita juga tidak boleh menutup kemungkinan akan adanya kekacauan besar yang akan terjadi. Mengingat banyak sekali bentrok di antara klub nasional sepak bola di Indonesia. Belum lagi tragedi Oktober tahun lalu.

PSSI masih harus terus memperbaiki sistemnya dan mengedukasi pendukung maupun pemain agar menghindari hal yang tidak diinginkan. Melihat sudut pandang FIFA, keputusan pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah justru menjadi pilihan yang hanya bisa diambil oleh berbagai pihak. FIFA tidak bisa mengeluarkan Israel di sisi lain melihat status Indonesia dengan berbagai faktor. Terakhir, sikap FIFA terhadap Israel dan sanksi pun tidak bisa kita tuntut. FIFA memiliki sistem independen dan aturan tersendiri yang mau tidak mau harus kita hormati dan pula tidak bisa kita abaikan, mengingat Indonesia sebagai negara yang taat aturan di mata Internasional.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Shot the moments on frame (Photograph), Edit with heart and Share it on content (Writing).

CLOSE