Mahasiswa Undip Ajak Warga Jadi Masyarakat Anti Hoaks

Menghadapi masalah penyebaran hoaks memang tidak mudah, terutama jika berhadapan dengan kalangan yang minim kemampuan literasi digitalnya. Sebagian justru kurang paham, hoaks itu apa ya?

Hoaks menurut KBBI berarti berita bohong. Tapi pada dasarnya, hoaks tidak melulu soal berita. Ada banyak bentuknya, misalnya tulisan di broadcast WhatsApp mungkin, gambar, bahkan video.

Ditengah pandemi ini, Kominfo mencatat ada peningkatan kasus hoaks yang cukup signifikan, apalagi menyangkut isu-isu pandemi Covid-19 yang salah satunya tentang vaksin. Keberadaan hoaks ini tentu menimbulkan kebingungan, bahkan kecemasan.

Berangkat dari hal itu, Hayu Pratiwi salah satu mahasiswa Ilmu Komunikasi Undip mengusung 'Program Sosialisasi Masyarakat Anti HOAX' dalam program KKN Tematiknya. Bersama puluhan teman lainnya, ia melakukan sosialisasi ke masyarakat Sekaran, Semarang, Sabtu (29/05).

Advertisement

1. Banyaknya HOAX Beredar

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels via https://www.pexels.com

Pembatasan sosial akibat Pandemi Covid-19 membuat masyarakat banyak menghabiskan waktu dirumah saja dengan mengakses gadget. Hal tersebut menyebabkan terpaan informasi yang diterima masyarakat secara digital juga mengalami peningkatan.

Keberadaan informasi yang begitu melimpah ini juga di iringi dengan fenomena semakin banyaknya hoaks yang beredar. Hal ini didorong dengan kebebasan yang ditawarkan oleh media digital dalam penyebaran informasi, termasuk kesempatan untuk menjadi anonim. Anonimitas ini menyebabkan banyak orang berani menyebarkan hal-hal yang tidak bertanggung jawab, termasuk hoaks. 

Advertisement

Pencerdasan terkait hoaks ini sangat penting untuk mencegah adanya isu-isu yang justru merugikan, seperti contohnya masyarakat menjadi enggan di vaksin, atau bahkan coba-coba dengan obat yang belum tentu kebenarannya? Yang ada justru menimbulkan efek negatif kan!

Pada faktanya, masih ada masyarakat yang “latah” akan informasi yang mereka terima dengan langsung menyebarkan pesan tersebut melalui broadcast ke teman atau keluarga, tanpa mengecek kebenarannya terlebih dahulu. Hal tersebut juga menjadikan keberadaan hoaks semakin sulit dibedakan dengan berita yang asli.

2. Pengetahuan Warga Mengenai Hoaks Masih Minim

Advertisement
Dokumen Pribadi

Dokumen Pribadi via https://instagram.com

Kata hoaks memang masih asing di sebagian kalangan. Meskipun sebagian warga telah memiliki gadget dan mengakses internet, pencerdasan mengenai hoaks rupanya belum menyasar masyarakat secara luas. Hal ini juga di alami Hayu ketika hendak melakukan sosialisasi di Sekaran.

“Sebagian besar warga disini tidak tau apa itu hoaks. Tapi sebenarnya setelah dijelaskan pengertiannya mereka paham, bahkan katanya sering menemukan kabar simpang siur seperti itu”, ujar Hayu

Sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi, Hayu melihat hal tersebut sebagai suatu tantangan terutama untuk seluruh anak muda agar bisa membantu menghentikan penyebaran hoaks. Se minimal mungkin, generasi penerus bangsa ini harus dapat melakukan pencerdasan ke orang-orang terdekatnya yang minim literasi digitalnya.
 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE