5 Hal yang Buat Seseorang Tak Mau Cepat-cepat Nikah. Selow Aja Dulu daripada Berakhir Gegabah

Tak mau cepat-cepat menikah

Menikah adalah mungkin menjadi tujuan orang-orang di dunia ini. Tuhan telah menciptakan setiap manusia untuk hidup saling berpasangan, tanpa terkecuali. Mungkin bagi sebagian orang yang merasa dirinya telah siap untuk menikah akan berlomba-lomba mencari pasangan hidup dan mempersiapkan pernikahanya sebaik dan secepat mungkin. Namun bagi sebagian orang lain, tetap menunggu saat yang tepat adalah pilihan terbaik. Tanpa menghindari takdir Tuhan sedikitpun.

Karena pada dasarnya, menikah bukanlah soal kata “sah” dan pesta satu malam saja. Lebih dari itu, ada masa depan dan tanggung jawab yang harus dirangkai dan dijalani.

Advertisement

1. Ingin memantaskan diri sendiri. Toh jodoh adalah cerminan diri

“Apakah saya sudah pantas?” via http://herworld.co.id

Suatu hal yang mendasari seseorang untuk menunda menikah adalah dirinya sendiri. Sudah seberapa siapkah dia untuk memulai sebuah lembaran baru dengan cerminan dirinya sendiri. Walaupun ada beberapa faktor eksternal lain yang mempengaruhinya, namun memantaskan diri demi penilaian Tuhan adalah alasan terbaik untuk menunda pernikahan.

Mungkin sebagian orang sering berkata di dalam hatinya “seberapa baik kah diri saya?”, “Seberapa pantas kah saya untuk mendapatkan pasangan hidup yang baik?”. Terus lah bilang itu di dalam hati, Ingatlah bahwa yang baik hanya untuk yang baik-baik, begitu pula sebaliknya, karena jodoh adalah cerminan diri sendiri. 

Advertisement

2. Membahagiakan orang tua. Bahagiakanlah mereka sebelum membahagiakan jodohmu

Membuat mereka bahagia adalah awal untuk membahagiakan jodoh mu kelak.

Membuat mereka bahagia adalah awal untuk membahagiakan jodoh mu kelak. via http://familyadvices.com

Orang tua adalah sumber dari semua restu untuk diri kita. Tanpa mereka, kita hanyalah manusia tanpa arah tujuan. Alasan mendasar lain bagi sebagian orang untuk menunda menikah adalah karena ingin membahagiakan dan membanggakan kedua orang tuanya dahulu. Seolah tidak adil apabila membahagiakan orang lain atau pasangan sendiri namun masih belum mampu membahagiakan orang tua sendiri.

Banyak yang sudah membuktikan bahwa restu dan doa dari orang tua telah membuat banyak anak menjadi sukses. Maka bahagiakanlah selagi masih ada.

3. Mengejar pendidikan yang tinggi. Karena cantik dan tampan saja tidak cukup tanpa didukung ilmu

Advertisement
Karena pendidikan adalah bukti dari kualitas diri.

Karena pendidikan adalah bukti dari kualitas diri. via http://antifeixista.net

Kalau sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi dan tiba-tiba ada yang bertanya “kapan nikah?”, jawaban paling mudah dan rasional adalah “nanti setelah lulus”. Simple dan masuk akal sih.

Pendidikan adalah bukti bahwa kita adalah orang yang berwawasan luas dan beradab baik. Terlebih lagi jika kita menempuh pendidikan yang tinggi dan menyandang beberapa gelar akademis. Banyak orang-orang yang telah berhasil lulus dari perguruan tinggi terbukti punya cara berfikir yang lebih luas dan mental yang kuat. Terbukti bermental kuat kok, karena ngerjain skripsi itu ngga mudah loh. Apalagi dimata calon mertua, itu akan jadi nilai plus.

Dan jika dihubungkan kepada pernikahan adalah karena kehidupan setelah menikah itu juga perlu didukung dengan kecerdasan berfikir secara rasional dan terencana.

4. Fokus meniti karir, karena kesejahteraan ekonomi keluarga adalah prioritas

Mengejar karir demi kesejahteraan keluarga kelak

Mengejar karir demi kesejahteraan keluarga kelak via http://beritasatu.com

Ketika sedang sibuknya bekerja dan mengejar jabatan yang terpandang, kita dituntut untuk fokus dan bekerja lebih keras lagi. Hasilnya adalah terkadang kita mengesampingkan urusan untuk mencari calon pengantin. Memang sah-sah saja apabila alasan ini adalah jawaban atas keraguan untuk menikah. Bahkan alasan ini sering dijadikan jawaban atas tertunda keputusan seseorang untuk menikah.

Pekerjaan adalah identitas dari diri sendiri. Seberapa bagus kualitas diri bisa dilihat dari apa profesi yang dijalani. Apalagi bekerja di perusahaan besar, sudah karyawan tetap dan gaji yang besar (cukup untuk menikah dan membangun rumah tangga) adalah sebuah nilai yang tinggi dimata calon mertua kelak.

5. Masih ingin menikmati bebasnya masa lajang sebelum dikekang oleh rumah tangga

Ekspresikan diri semasa muda.

Ekspresikan diri semasa muda. via http://christianitytoday.com

Usia muda adalah usia dimana kita bebas mengekspresikan diri. Melakukan berbagai hal menyenangkan bersama teman. Traveling, party, laughing  apapun itu adalah hal yang boleh saja dilakukan seseorang sebelum memasuki fase dimana Ia akan bertanggung jawab atas rumah tangganya sendiri.

Melakukan banyak hal yang ingin dicapai bersama teman, Traveling ke banyak tempat tanpa terhalang oleh rasa cemas akan pernikahan walau usia hampir tidak muda lagi. Tenang saja, kamu bukan satu-satunya orang yang seperti itu. Masih banyak orang-orang diluar sana yang usianya sudah menginjak diatas 25 tahun namun masih sibuk memikirkan hangout ditempat-tempat hits dan beberapa hal konyol lainya.

Dengan penuh keyakinan pasti ini adalah alasan yang terlihat simple dan aneh bagi orang yang mendengarnya. Namun, masih banyak saja orang yang berstatus lajang melakukan ini karena mereka yakin apabila sudah menikah, semua kebebasan di masa lajang akan hilang. Mulai dari waktu dan ruang yang semakin sempit karena telah diisi oleh tanggung jawab dan keluarga yang harus diurus.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Saya adalah seorang yang tertarik dengan dunia sastra, otomotif dan fiksi. Saya menulis untuk pengalaman dan kepuasan batin.

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE