Pengalaman Pertama Kali Merantau Menyeberangi Pulau. Semua Hal Sudah Kurasakan~

Berkesan dan berharga untuk kehidupan

Memutuskan merantau, jauh dari orang tua untuk menggenggam masa depan bukanlah hal yang mudah. Selain dibayang-bayangi pikiran harus sukses, perasaan waswas dan cemas mengenai tempat tinggal yang sungguh asing tidak kalah seriusnya.

Terlebih, ini adalah kali pertama merantau dan mengenal daerah yang sebelumnya bahkan tidak pernah terbesit untuk didatangi bahkan ditinggali dalam waktu cukup lama. Awal mula menjejakkan kaki, aku dibuat percaya diri. Tanpa bekal apapun, yang terpenting terus maju. Dan pada satu kesempatan mengalami hal-hal yang bertentangan dan pura-pura paham.

Padahal dalam hati bertanya-tanya tapi sungkan mengutarakannya. Akhirnya terus melanjutkan hari dan pemahaman datang kemudian. Sungguh, jika masa-masa itu diulang banyak sekali hal yang terkenang. Berikut enam pengalaman yang tidak terlupakan saat pertama kali merantau ke kota orang. 

Advertisement

1. Alih-alih cepat beradaptasi, setiap hari aku merasakan culture shock

Foto oleh SHVETS production dari Pexels

Foto oleh SHVETS production dari Pexels via https://www.pexels.com

Berpindah dari suatu daerah ke daerah lain pastinya akan membuat seseorang menemui perbedaan budaya yang cukup signifikan atau disebut culture shock. Boleh jadi dari segi tingkah laku, watak atau kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan di daerah asal.

Tapi bukan masalah besar selama bisa diikuti dan diterima. Sejatinya, culture shock akan membuat diri semakin menghormati perbedaan-perbedaan yang sesungguhnya menambah warna kehidupan.

Advertisement

2. Menyoal bahasa, aku dibuat pusing bukan kepalang

Foto oleh Tim Douglas dari Pexels

Foto oleh Tim Douglas dari Pexels via https://www.pexels.com

Benar kata orang, jika berkunjung ke daerah lain minimal kita menguasai sedikit bahasanya sebagai penghormatan dan ‘aset’ untuk mendekatkan diri pada masyarakat setempat. Atau, istilahnya SKSD (sok kenal sok dekat) supaya lebih cepat berbaur dengan masyarakat.

Jangan sampai benar-benar buta, tidak tahu bahasa yang diucapkan masyarakat lokal yang ujungnya membuat kita pusing bukan kepalang. Selalu ingat, bahasa adalah alat yang paling penting dalam suatu komunikasi.

3. Biasa makan makanan bercita rasa pedas, kini harus toleransi dengan sambal cabai rasa manis

Advertisement
Foto oleh Naim Benjelloun dari Pexels

Foto oleh Naim Benjelloun dari Pexels via https://www.pexels.com

Dari Sabang hingga Merauke, memiliki ciri khas tersendiri menyoal kuliner yang disajikan. Ada yang pedas, manis, gurih atau ada pula yang menyukai cita rasa asam cenderung kecut. Ini adalah kekayaan tiada tara, yang mungkin tidak ditemukan di daerah atau negara lain.

Begitu pun saat memilih tinggal di sebuah daerah yang ternyata masakannya kurang cocok di lidah, karena cenderung manis atau sebaliknya terlalu pedas. Cara menyiasatinya cukup mudah. Cari tahu tempat makan mana yang sesuai dengan seleramu. Sehingga membuat diri makin betah untuk mengukir hari-hari di perantauan.

4. Biasa berpakaian minimalis, kini harus terbiasa mengenakan pakaian serba tebal dan tertutup

Foto oleh Elijah O\'Donnell dari Pexels

Foto oleh Elijah O\’Donnell dari Pexels via https://www.pexels.com

Terbiasa mengenakan pakaian minimalis alias tipis karena daerah asal yang begitu panas, begitu tiba di daerah tujuan justru pakaian minimalis menjadi malapetaka karena perbedaan suhu yang drastis. Daerah asal sangat panas, sementara di perantauan dinginnya menusuk tulang.

Maka, sedikit catatan untuk kamu yang hendak pergi merantau, ada baiknya sebelum memutuskan merantau, cari tahu terlebih dahulu seluk-beluk daerah yang hendak dikunjungi. Jangan sampai, salah kostum di perantauan.

5. Cara memberhentikan angkutan umum saat telah sampai ditujuan

Foto oleh Nout Gons dari Pexels

Foto oleh Nout Gons dari Pexels via https://www.pexels.com

Angkutan umum merupakan moda transportasi yang paling dicari saat berada di perantauan. Selain murah, angkutan umum juga tidak sulit ditemui. Nah, pernahkah membandingkan bahwa setiap daerah memiliki cara berbeda dalam menghentikan angkutan umum saat sudah sampai di tujuan?

Ada stop, kiri dan minggir merupakan tiga kata yang paling sering diucapkan saat seseorang hendak turun dari angkot. Dari perbedaan ini saja membuat kita memahami bahwa Indonesia sangat kaya akan cara dan bahasa.

Catatan, jika kalian saat ini baru saja merantau dan kebetulan sedang menumpang angkot lantas bingung bagaimana cara memberhentikannya saat sudah sampai tujuan, maka cobalah memerhatikan sekitar atau penumpang lainnya saat hendak turun. Dengarkan apa yang diucapkannya. Kemudian kamu bisa menirunya.

6. Bukannya malas membalas pamrih, tapi memang ada budaya setiap kebaikan harus dibalas kebaikan saat itu juga

Foto oleh Nicole Michalou dari Pexels

Foto oleh Nicole Michalou dari Pexels via https://www.pexels.com

Dibesarkan di keluarga yang tidak mengenal pamrih, sekalinya keluar rumah bertemu dengan seseorang yang menerapkan prinsip kebaikan harus dibalas kebaikan dalam waktu instan. Terkejut? Tentu saja.  Langka, tapi orang-orang seperti itu benar nyata adanya.

Jika sudah demikian, maka, mau tidakmau mengikuti prinsip yang seperti itu. Atau, skenario terburuknya adalah menghindar. Bukannya tidak mau membalas kebaikan, bukan pula tidak ingin berbagi, tapi bila dirasa tidak sanggup membalas mengapa harus dipaksa untuk diada-adakan. Jadi, lebih baik menghindar, kan?

Itulah sekelumit pengalaman ketika pertama kali merantau di daerah orang. Shock dan cemas wajar terjadi. Tapi, lama-kelamaan pasti bisa memahami dan lekas beradaptasi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

selalu ingin belajar menulis

CLOSE