Sering Dianggap Sama, Ternyata Inilah Perbedaan Antara Stres dan Depresi yang Wajib Kamu Pahami!

Setiap orang tentu pernah terjerembab dalam suatu masalah. Karena pada hakikatnya, manusia itu hidup dalam sebuah ujian, baik ujian kesenangan maupun dalam bentuk masalah. Terlebih dalam sebuah masalah, yang terkadang membuat seseorang menjadi lelah psikis yang akhirnya memicu stres. Akibat dari stres ini mampu memunculkan rasa takut, waswas, dan kecemasan yang berlebih. Perasaan seperti ini membuat seseorang yang mengalaminya merasa tidak tenang dan terganggu. Hingga muncul dalam benak, bahwa mereka sebenarnya tengah depresi. 

Padahal, antara depresi dan stres itu adalah dua hal yang memiliki perbedaan mendasar, walaupun keduanya memiliki gejala dan efek yang hampir sama. Namun, sebagian besar orang menganggap bahwa keduanya hanyalah sinonim yang menggambarkan satu keadaan yang sama. Hingga pada akhirnya, orang-orang sering menyamakan istilah stres dan depresi yang sebenarnya ada berbagai pebedaan di antara keduanya. Lalu, sebenarnya apa saja perbedaan antara stres dan depresi?

Advertisement

1. Stres belum tentu depresi, pun depresi yang tak hanya sekadar stres

Photo by Kat Smith from Pexels

Photo by Kat Smith from Pexels via https://www.pexels.com

Sering dipahami sebagai hal yang sama, stres dan depresi ternyata memiliki sisi yang sangat berbeda. Stres biasanya ditandai dengan rasa kewalahan akibat masalah yang sedang dihadapi. Tekanan yang datang dari luar maupun dalam tubuh cenderung menjadi suatu ancaman yang menyebabkan tubuh akan merespons hal itu. 

Dengan hal itu, saat seseorang sedang stres biasanya tubuh akan memproduksi berbagai hormon. Terlebih saat tubuh sedang tidak siap menerima kemungkinan-kemungkinan gejala stres, maka akan membuat tubuh dipenuhi dengan hormon adenalin, kortisol, dan norepinefin. Dimana hormon itu membuat seseorang terus menerus dilanda rasa takut dan gelisah. Adanya hal ini, ternyata mampu menurunkan fungsi kerja otak, sehingga seseorang akan kesulitan berpikir jernih saat sedang stres.

Advertisement

Lain dari stres, depresi dapat dikategorikan secara medis sebagai suatu penyakit. Depresi merupakan suatu penyakit yang menyerang mental seseorang, yang membawa dampak buruk pada perasaan, semangat hidup, pola makan, porsi tidur, dan juga kinerja otak yang tidak beraturan. 

Depresi ini bukanlah hanya sekedar kondisi yang wajar seperti stres atau panik, melainan lebih serius dari itu. Karena seseorang yang depresi akan terus berada dalam keadaan murung dalam jangka waktu yang lama. Seorang yang mengalami depresi cenderung menjadi antisosial dan kehilangan motivasi hidup. Maka dari itu, banyak korban depresi ini lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya.

2. Dalam hal medis, stres lebih bervariasi sehingga sulit untuk didefinisikan

Advertisement
Photo by Alex Green from Pexels

Photo by Alex Green from Pexels via https://www.pexels.com

Depresi merupakan penyakit mental yang umum, namun dapat menimbulkan  tindakan-tindakan negatif seperti mengakhiri hidup. Pun juga stres yang merupakan kondisi normal bagi setiap orang, namun jika dibiarkan terlalu lama juga tidak baik. Karena jika sudah masuk pada kondisi stres berat, maka akan memicu masalah yang lebih berat lagi seperti depresi. 

Menurut seorang psikiater, yaitu dr. Dimitrios Paschos mengatakan bahwa depresi adalah suatu kondisi klinis yang memiliki tanda-tanda yang jelas. Oleh karena itu depresi masuk dalam kategori penyakit, dan depresi juga menjadi salah satu penyakit yang banyak menyerang orang-orang di seluruh dunia. Sedangkan stres bersifat subjektif, karena muncul dalam berbagai macam bentuk. Karena sumber stres bagi seseorang belum tentu menjadi sumber stres juga bagi yang lainnya.

Maka dari itu, kondisi stres menjadi sesuatu yang susah untuk terdefinisi, karena definisi mutlak dari stres itu tidaklah ada. Stres bukan sesuatu yang dirujuk dalam istilah medis, karena banyak orang yang  mengatakan sedang stres, padahal sebenarnya itu hanya masalah pada ranah kecemasan biasa.

3. Healing untuk depresi lebih lama dibanding dengan stres

Photo by Kat Smith from Pexels

Photo by Kat Smith from Pexels via https://www.pexels.com

Seperti pada penjelasan sebelumnya, bahwa depresi merupakan salah satu penyakit mental yang dapat mempengaruhi seluruh aspek dalam kehidupan seseorang. 

Seseorang yang mengalami depresi akan selalu murung, menjadi anti sosial, kehilangan kepercayaan pada diri, dan yang paling fatalnya adalah kehilangan alasan untuk hidup. Mereka selalu dirundung dalam kesedihan terus menerus dalam jangka waktu yang lama. 

Oleh karena itu, seseorang yang mengidap depresi membutuhkan perawatan khusus untuk memulihkan mentalnya. Sementara keadaan stres terjadi karena berbagai tekanan atau kecemasan emosional dan juga mental.

Namun tidak sampai pada dampak psikis seperti depresi, hanya saja tubuh akan merespons kondisi stres ini dengan memproduksi hormon stres. Dalam hal ini, stres tidak dikategorikan sebagai suatu penyakit mental.

4. Gejala stres dan depresi yang patut juga untuk diwaspadai

Photo by cottonbro from Pexels

Photo by cottonbro from Pexels via https://www.pexels.com

Stres dapat terjadi oleh siapa saja, baik anak sekolah maupun seorang yang telah dewasa. Semua terjad karena adanya tekanan ataupun tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun beberapa gejala yang muncul saat sedang stres yaitu :
1. Sulit tidur
2. Kurang fokus
3. Tidak bisa berpikir jernih
4. Cemas dan gelisah
5. Mudah marah atau tersinggung

Jauh dari kata stres, gejala depresi memiliki bentuk yang lebih rumit dan berisiko. Gejala depresi juga muncul secara bertahap, sehingga sulit untuk menyadari kapan depresi menyerang untuk pertamakalinya. Berikut adalah gejala yang ditimbulkan dari 
depresi yaitu :
1. Menjadi antisosial
2. Hilang semangat dan motivasi hidup
3. Hidup dalam kemurungan
4. Pola makan dan tidur yang berubah
5. Sulit berkonsentrasi
6. Negative thinking
7. Negative self talk
8. Selalu terselip pikiran untuk mengakhiri hidup
9. Kurang menikmati hal-hal yang biasanya disukai

5. Cara menangani stres dan depresi

Photo by SHVETS production from Pexels

Photo by SHVETS production from Pexels via https://www.pexels.com

Saat seseorang hanya mengalami kondisi stres ringan, cara mengatasinya yaitu hanya perlu mengistirahatkan tubuh sejenak. Jauhkanlah dari beban-beban pikiran yang berat.

Adakalanya melakukan self healing untuk menemukan ketenangan jiwa dan batin, seperti dengan beribadah, melakukan hobi, berolahraga, liburan, tidur, menulis, dan lain-lain.

Sedangkan untuk seorang yang mengalami depresi, pemulihan tidak dapat dilakukan sendiri, harus ada penanganan khusus seperti misalnya dengan terapi. Bisa juga dengan menjalani konsultasi ke psikiater. Dan juga, untuk menghilangkan rasa sedih dan khawatir yang berlarut, resep rujukan yang akan diberikan biasanya yaitu obat antidepresan dan pil penenang.

Meskipun stres dan depresi itu berbeda, tapi jika stres berat tidak segera mendapat penanganan, bisa jadi stres itu akan berkembang menjadi gangguan psikis seperti depresi ini. Maka semua orang wajib paham akan gejala-gejala stres biasa, berat, dan bahkan depresi agar tidak salah persepsi. Dan juga, demi meningkatkan kesadaran dalam penanganan kasus kelainan mental agar tidak salah bertindak.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Hanya seorang Hamba yang selalu ingin menebarkan manfaat.

CLOSE