Orang yang Narsis dan Percaya Diri Itu Beda Jauh! Jangan Salah Kira Kamu Pede, Ternyata Cuma Narsis!

Selama ini, sosok yang punya sifat-sifat narsis mudah kita identikkan dengan orang yang percaya diri. Dia tidak ragu menunjukkan kemampuannya dan kelebihannya di depan umum, menunjukkan bahwa dia mencintai dirinya sendiri. Sementara syarat pertama orang untuk percaya diri adalah mampu menerima dirinya sendiri.

Tapi apa iya dia yang narsis itu adalah orang yang betul-betul percaya diri?
Orang narsis itu yang seperti apa sih?
Apa iya dia yang suka selfie sudah pasti orang yang narsis?

Meski sekilas sama, narsis dan percaya diri tidaklah sama. Secara sederhana, orang yang percaya diri menerima dirinya sendiri dengan segala kekurangan dan kelebihannya, sementara dia yang narsis selalu diliputi oleh hasrat untuk terlihat paling hebat dan mengalahkan orang lain. Namun dia yang narsis tidak betul-betul percaya diri, dan dia yang benar-benar percaya diri tidak narsis.

Mau tahu kamu termasuk yang mana? Yuk cus!

1. Meski sama-sama berani bicara, orang narsis menginterupsi orang lain untuk sekadar hobi. Sementara orang percaya diri selalu mendengarkan dengan hati-hati

Bagi orang narsis, menjatuhkan orang lain adalah hobi

Bagi orang narsis, menjatuhkan orang lain adalah hobi via www.playbuzz.com

“Interupsi!”

Persamaan orang yang narsis dan percaya diri ada satu: mereka sama-sama tak ragu bicara untuk menyuarakan pendapatnya. Namun motif dan caranya berbeda. Orang yang percaya diri tidak asal bicara. Dia akan mendengarkan baik-baik, menelaah dengan saksama, dan membuat argumen yang logis untuk menyampaikan pendapatnya. Karena didukung oleh argumen yang kuat, rasa percaya diri itu muncul sendiri. Sementara orang yang narsis menginterupsi dan menyanggah pendapat orang sekadar untuk memuaskan hobi. Tujuannya hanyalah untuk menunjukkan dia yang paling benar, sekaligus menjatuhkan orang lain.

2. Seorang yang percaya diri sudah nyaman dengan dirinya sendiri, sementara kamu yang narsis saja, membutuhkan pengakuan dari orang lain untuk bahagia

Selalu butuh kacamata orang lain sebagai pengakuan

Selalu butuh kacamata orang lain sebagai pengakuan via unsplash.com

Rasa percaya diri muncul ketika kamu sudah bisa menerima dirimu sendiri. Dia tidak malu mengakui kekurangannya, sebagaimana dia mensyukuri kelebihannya. Karena itu, dia punya gaya sendiri dan tidak pernah berusaha menjadi orang lain. Kamu yang percaya diri, tidak pernah peduli dengan apa kata orang lain. Sebaliknya, bagi kamu yang narsis, omongan orang adalah hal paling penting sedunia. Dari luar, kamu terlihat mencintai dan mengagumi dirimu sendiri, namun sebenarnya, kamu sangat membutuhkan pengakuan dari orang lain. Tanpa itu, kamu tidak akan nyaman dengan dirimu sendiri.

3. Sementara yang narsis sibuk mencari pembelaan diri, orang yang benar-benar percaya diri tak ragu mengakui kesalahan dan bertanggung jawab atasnya

Siap

Siap mengakui dan bertanggungjawab atas kesalahan diri via unsplash.com

Sebab orang yang percaya diri tak segan mengakui kekurangannya, ketika melakukan kesalahan, dia juga tidak sibuk mencari kambing hitam. Dengan gentleman dia mengakui bahwa dia salah, dan siap bertanggung jawab atas itu. Dia tahu dengan begitu, dirinya juga akan akan belajar untuk menghindari kesalahan yang sama. Namun orang yang narsis ketakutan dengan kelemahannya sendiri. Mengakui kesalahan sama dengan mengakui kekurangan, dan itu ‘big No’. Untuk menutupinya, dia akan sibuk mencari orang atau keadaan untuk disalahkan. Karena si narsis tidak mau mengakui kesalahan, dia juga sulit belajar memperbaiki diri setiap harinya.

4. Orang yang percaya diri akan lebih fokus untuk mengembangkan potensi diri, sementara yang narsis hanya akan sibuk mempercantik diri

Orang narsis hanya memperdulikan penampilan

Orang narsis hanya memperdulikan penampilan via makeup.nowblogg.com

Bukan berarti dia yang memperhatikan penampilan pasti narsis dan tidak percaya diri, namun orang yang percaya diri memahami bahwa selain penampilan yang enak dipandang ada hal lain yang tak kalah penting, yaitu mengembangkan potensi dirinya. Mereka percaya bahwa apa yang di dalam juga akan memancarkan pesona. Sementara dia yang narsis akan sibuk memperbaiki penampilan, tanpa memperdulikan apa yang di dalam. Apa yang kasat mata lah yang menjadi konsen utama, karena itu lah yang terlihat dan dinilai orang lain.

5. Dari pola pikirnya saja sudah berbeda. Orang narsis menganggap semua orang lebih jelek darinya, sementara orang percaya diri yakin dia bisa sebaik orang-orang lainnya

Yang percaya diri justru tak pernah memandang rendah orang lain

Yang percaya diri justru tak pernah memandang rendah orang lain via unsplash.com

Bukan hanya sifatnya yang berbeda, namun landasan berpikirnya pun sudah tidak sama. Orang yang narsis berpikir bahwa dirinya lebih baik dari orang lain. Apapun dia lakukan untuk membuat dirinya terlihat lebih keren sementara orang lain tak ada apa-apanya. Sementara orang yang percaya diri, meyakini bahwa dirinya tidak lebih buruk dari orang lain. Dia bisa berkarya dan sukses, seperti orang lain. Sementara orang narsis ketakutan orang lain mengetahui kekurangannya, orang yang percaya diri tahu bahwa setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dan itu manusiawi.

6. Sementara orang narsis ketakutan bila tersaingi, si percaya diri tak segan berbagi ilmu. Sebab dia tahu dengan begitu dirinya juga lebih berkembang lagi

Selalu terbuka untuk

Selalu terbuka untuk berbagi dan mengembangkan diri

Dalam situasi kerja atau situasi kuliah, orang yang narsis enggan berbagi. Setiap sanggahan yang dia berikan dalam diskusi bukan dilandasi rasa ingin berbagi pengetahuan, melainkan untuk membuktikan bahwa orang lain salah. Orang yang narsis menganggap persaingan adalah hal mutlak, dan kalah dalam persaingan adalah hal yang paling mengerikan.

Sementara orang yang percaya diri tak segan untuk berbagi pengetahuan, atau bahkan mendukung dan membantu orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Ketika teman mendapat kesuksesan, si narsis akan berusaha menjatuhkan, sementara si percaya diri akan turut berbahagia dengan tulus. Kamu yang percaya diri, percaya bahwa keberhasilan orang lain atau berbagi dengan orang lain akan bermanfaat untuk dirimu juga.

7. Seorang yang benar-benar percaya diri selalu terbuka pikirannya, sementara yang narsis sibuk mempertahankan argumennya, entah benar atau salah tak terlalu peduli

Si percaya diri selalu open minded

Si percaya diri selalu open minded via unsplash.com

Perbedaan yang mencolok antara narsis dan percaya diri adalah pola pikirnya. Si narsis adalah orang yang pikirannya tertutup, menganggap dirinya paling benar, dan tidak menerima masukan dari orang lain. Di sisi lain, dia juga sangat membutuhkan pengakuan dari orang lain atas ke-kerenannya. Sementara si percaya diri adalah dia yang berpikiran terbuka, dan tidak takut menghadapi kritik serta masukan dari orang lain. Orang yang percaya diri tidak menutup diri atas pendapat atau pandangan yang berlainan dengannya. Kamu yang percaya diri juga sangat terbuka terhadap perbedaan.

Kita sering mengatai ‘narsis lo!’ kepada orang yang suka foto-foto dan selfie. Namun sebenarnya narsis adalah sebuah sifat jauh lebih serius dari itu. Yang suka selfie dan memuji diri sendiri belum tentu orang yang narsis. Meskipun sekilas terlihat sama, namun narsis dan percaya diri juga snagat berbeda. Sementara percaya diri adalah sifat postitif yang harus dipunyai, orang yang punya sifat narsistik justru harus kamu hindari. Percaya diri yang sesungguhnya muncul dari penerimaan terhadap diri sendiri, sementara orang dengan sifat narsistik, mendapatkan rasa nyamannya dengan menjatuhkan atau memanipulasi orang lain.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi