Karena Kelak Kamu Akan Jadi Orangtua, Kebaikan-kebaikan Ini Perlu Ditunaikan Segera

Tidak ada yang bilang menjadi orang tua itu pekerjaan yang mudah. Awalnya memang terlihat menyenangkan; setiap hari bisa melihat anak yang lucu. Tapi saat mereka mulai tumbuh dan berkembang, pekerjaan dan tanggung jawabmu sebagai orang tua pun ikut bertambah.

Dengan tanggung jawab yang begitu banyak kelak, kamu perlu untuk memiliki bekal yang cukup supaya tidak kewalahan. Bukan hanya bekal dalam bentuk materi, tetapi juga kepribadian yang lebih baik juga dewasa. Apa saja kepribadian tersebut? Cek artikel berikut, yuk!

1. Belajarlah jadi pendengar yang baik. Buka telinga untuk berbagai macam kisah yang menggelitik

Kamulah teman pertamanya

Kamulah teman pertamanya via huffingtonpost.com

Saat anakmu tumbuh dan berkembang kelak, kamulah sebagai orang tua yang akan menjadi teman pertamanya. Di usia yang masih sebegitu kecil, anak-anak belum memiliki sahabat karib tempatnya berbagi. Jadi, keluarga dan orang tua lah satu-satunya teman baik yang ia miliki.

Selayaknya teman, kamu bermain bersamanya, pun juga bercanda dan berbagi tawa. Namun, yang terpenting adalah kamulah yang menjadi tempat mereka bercerita sehari-harinya; tentang kejadian seru di sekolah atau tentang teman-temannya yang baik dan nakal. Sama saja seperti kamu yang tidak pernah luput berbagi cerita kepada sahabat.

Maka dari itu, supaya bisa bersahabat dengan anakmu, kamu perlu menjadi sosok pendengar yang baik. Kamu bisa melatih kemampuan ini mulai dari hal kecil, seperti mendengarkan curhat temanmu tanpa menyelak atau mendengarkan nasihat orang tua tanpa membantah. Mereka, seperti anakmu kelak, yang sedang berkeluh kesah, terkadang tidak membutuhkan kata-kata balasan. Kehadiranmu dan kesediaan telingamu untuk mendengarkan sudah cukup membuat mereka lebih tenang.

2. Kelak anakmu akan punya pendapatnya sendiri. Belajarlah menghargai dan menghormati pendapat orang lain sejak dini

Dengarkan pendapatnya

Dengarkan pendapatnya via huffingtonpost.com

Saat kelak menjadi orang tua, kamu tidak lagi bisa jadi sosok yang keras kepala. Walaupun kamu adalah pihak yang mendidik dan menghidupi, anak-anakmu tetap memiliki pemikiran dan pendapatnya sendiri, apalagi untuk masa depannya. Dan untuk pendapatnya ini, kamu wajib untuk mendengarkan dan menghargainya.

Sebelum waktunya datang, mulailah mengurangi sifat keras kepalamu itu. Kamu hidup di dunia ini tidak sendirian, jadi jangan menjalani hidup hanya dengan caramu saja. Dengarkanlah pendapat-pendapat orang di sekitarmu; siapa saja, tidak perlu pilih-pilih. Memang, kamu sendirilah yang menjalani hidupmu. Tapi, siapa tahu pendapat mereka justru bisa lebih membuka pikiranmu dan melancarkan hidupmu kelak.

3. Belajarlah untuk berpikir terlebih dulu sebelum bertindak, supaya kelak anakmu bisa selalu merasa aman dan nyaman

Buatlah anakmu merasa aman dan nyaman

Buatlah anakmu merasa aman dan nyaman via www.everythingfordads.com

Memiliki anak artinya kamu memiliki tanggung jawab baru untuk diemban, yaitu membuat anakmu selalu merasa aman dan nyaman. Bukan hanya dari fasilitas saja, tetapi juga dari bagaimana caramu bertindak; apakah akan merugikan anakmu atau tidak. Misalnya, kamu ingin membeli baju dan tas baru. Di sisi lain, kebutuhan anakmu juga lagi banyak-banyaknya. Jika ingin anakmu merasa nyaman, penuhilah dulu kebutuhan pokoknya, baru setelah itu kamu bisa berbelanja.

Saat ini, mungkin kamu masih bisa menjalani hidup dengan penuh spontanitas— ingin mendaki gunung, ya pergi saja; ingin belanja kosmetik dan sepatu, ya langsung beli saja. Wajar, belum ada yang menggantungkan hidupnya pada dirimu. Namun, cepat atau lambat, sosok itu akan segera lahir ke dunia. Kamu tidak lagi bisa seenaknya melakukan apa yang kamu mau dan suka. Berpikir sebelum bertindak akan menjadi wajib hukumnya.

4. Melaranglah dengan bijaksana. Gunakan kata “tidak” dan “jangan” seperlunya saja

Melarang dengan bijaksana

Melarang dengan bijaksana via huffingtonpost.com

“Kamu tidak boleh makan permen dan cokelat. Nanti giginya rusak”

“Di sekolah, jangan makan permen dan cokelat. Gigimu bisa rusak dan keropos”

Melarang memang paling mudah diekspresikan dengan kata “tidak” atau “jangan”. Tidak boleh ini dan jangan melakukan itu. Tanpa harus dicerna terlalu dalam, semua orang pasti paham maksudnya: larangan. Jelas mudah, tapi tidak selamanya bijaksana. Dan sayangnya, secara tidak sadar, kita hampir selalu melakukannya setiap hari.

Kebiasaan seperti perlu untuk kamu kurangi sejak dini. Bukan berarti tidak boleh melarang, hanya saja kamu harus tahu kapan saat yang tepat untuk berkata “jangan” dan “tidak”, karena tidak di setiap larangan kamu bisa menggunakannya. Berlatihlah untuk menggunakan kalimat larangan yang lebih bijak dan menggunakan kalimat yang juga positif. Anakmu kelak, pasti akan lebih bisa mendengarkan. Di sisi lain, terlalu banyak larangan dengan kata “jangan” dan “tidak” bisa membuat anakmu sungkan dan merenggangkan hubungan kalian, lho. Tidak mau, ‘kan?

“Kamu boleh kok makan permen dan cokelat. Tapi, sedikit-sedikit dulu saja. Setelah itu, kumur dan minum air putih, ya. Biar sisa permen dan cokelatnya nggak menempel dan merusak gigi.”

5. Jadikanlah membantu orang lain sebagai sebuah kebiasaan, agar nanti bisa menjadi contoh bagi anakmu

Membantu orang lain

Membantu orang lain via huffingtonpost.com

Anakmu kelak akan melihatmu sebagai sosok panutan. Apa yang kamu lakukan akan menjadi perhatian mereka dan memiliki kemungkinan besar untuk diikuti. Jika ingin anakmu memiliki sikap yang baik, maka penting bagimu untuk terus mencontohkan sikap-sikap yang terpuji, salah satunya adalah membantu orang lain.

Pada dasarnya, membantu orang lain adalah kewajiban setiap manusia. Tidak harus memulainya dalam hal yang besar; mulai saja dari yang sering kamu temui sehari-hari— membantu ibu membersihkan rumah atau sekadar membantu teman yang butuh pertolongan. Jadikan sikap ini sebagai kebiasaan, sehingga nantinya tidak lagi ada rasa terpaksa dalam melakukannya.

6. Perlakukanlah lingkungan sekitar dengan lebih baik, demi alam yang lebih nyaman untuk ditinggali oleh keluargamu

Pekalah terhadap lingkungan sekitar

Pekalah terhadap lingkungan sekitar via youtube.com

Berbuat baik sesungguhnya tidak hanya kepada sesama manusia saja. Lingkungan sekitar juga perlu kamu perlakukan dengan baik demi alam yang lebih nyaman untuk ditinggal kelak bersama keluarga kecilmu.

Membiasakan diri untuk peduli dengan alam ini juga akan memberikan dampak positif bagi hidupmu ke depannya, terutama saat sudah memiliki anak. Misalnya, kamu terbiasa berjalan kaki atau bersepeda untuk mengurangi polusi, kelak kamu tidak akan memanjakan anakmu dengan kendaraan bermotor, apalagi untuk jarak yang terbilang dekat. Kamu akan membiasakan anakmu untuk juga rajin berjalan kaki atau bersepeda. Selain itu, sebagai panutan nomor 1, anakmu pasti akan mengikuti segala gerak-gerikmu. Kalau kamu membuang sampah pada tempatnya, ia juga pasti akan mengikutinya. Sifat yang baik untuk dimiliki, bukan?

7. Menjadi orang tua kelak tidak perlu terlalu kaku. Kamu harus tetap memelihara sifat yang ekspresif dan seru

Berlatihlah untuk lebih ekspresif

Berlatihlah untuk lebih ekspresif via wheretoget.it

Banyak yang bilang bahwa jadi orang tua, nantinya, tidak boleh terlalu kaku. Harus tetap memiliki sifat yang seru dan ekspresif, supaya anakmu kelak lebih dekat, menghormati, dan menghargaimu. Kalau terlalu kaku, nanti anakmu bisa segan dan bahkan takut lho sama kamu. Jangan sampai begitu, ya.

Jika saat ini kamu masih merasa kepribadianmu terlalu kaku, kamu bisa kok melatihnya. Caranya, saat datang ke acara keluarga, coba deh mendekatkan diri dan mengajak bermain sepupu-sepupumu yang masih kecil atau lebih muda. Cara lainnya, seringlah “bermain” di media sosial. Ekspresikan pemikiranmu, selera humormu, atau sekadar cerita kehidupan sehari-harimu. Kalau sudah terbiasa berinteraksi sosial dengan orang-orang, pribadi kakumu itu pasti sedikit demi sedikit melonggar.

8. Belajarlah mengendalikan amarah secara lebih dewasa dan bijaksana

Kendalikan amarahmu

Kendalikan amarahmu via www.emmagem.com

Tidak ada satupun orang yang ingin mendengarmu marah-marah. Makanan yang datang tidak sesuai pesanan, marah; ada teman yang terlambat datang berkumpul, juga marah. Kalau amarahmu mudah tersulut seperti ini, siapapun juga malas berurusan denganmu, termasuk anakmu nanti. Kejadian itu memang mengecewakan, tapi tidak harus kamu hadapi dengan kemarahan.

Rasa marah sebaiknya bisa kamu kendalikan, apalagi untuk hal-hal kecil semacam itu yang seharusnya tidak menguras tenagamu. Tariklah napasmu dan tenangkan dirimu sejenak, baru kemudian ungkapkan kekecewaan dengan cara yang lebih tegas, tanpa harus meninggikan suara. Ungkapkan dengan tenang; dengan begitu orang lain akan lebih paham kalau kamu kecewa, bukan hanya takut, sungkan, dan malas saja.

9. Supaya nantinya bisa membantu anakmu melewati rasa kecewanya, belajarlah untuk selalu melihat sisi positif dari berbagai hal dan kejadian

Lihatlah sisi positif

Lihatlah sisi positif via huffingtonpost.com

Terus-terusan mencari kesalahan dan menyesalinya hanya akan membuatmu lelah. Hidupmu akan berjalan di tempat karena sibuk memikirkan “apa salahku?” dan “mengapa hal buruk ini terjadi padaku?”. Padahal, kalau bisa melihat sisi positif dari kejadian-kejadian di hidupmu, kamu bisa lebih merasa bahagia dan berkecukupan, lho.

Kebiasaan untuk melihat sisi positif ini sebaiknya kamu mulai sejak masih muda. Banyak kejadian yang akan membuat hidupmu naik dan turun, kamu pun bisa belajar mengasah kebiasaan ini dari kejadian tersebut. Selain itu, kebiasaan ini juga penting untuk dimiliki saat kamu punya anak nanti. Jadi, saat anakmu mengalami kesulitan atau kekecewaan, kamu bisa selalu ada di sampingnya dan mengajaknya untuk melihat berbagai sisi positif dari setiap kejadian buruk di hidupnya.

Pada dasarnya, bagaimana kelak kamu bersikap sebagai orang tua akan kembali kepada dirimu sendiri. Kesembilan sifat di atas hanyalah sebuah refleksi yang bisa membantumu menjadi pribadi yang lebih baik saat ini dan di kemudian hari.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

I just love everything about food