The Perks of Nyemangatin Orang Paling Bisa, Padahal Hidup Sendiri (Masih) Porak Poranda~

Nyemangatin orang tapi hidup berantakan

Seseorang tidak selalu membutuhkan nasihat saat tengah ada masalah.

Kadang mereka hanya butuh pelukan, telinga untuk didengarkan, dan

hati untuk memahami mereka.

-anonim –

Advertisement

Mungkin saat ini kamu tengah mengalaminya. Menyemangati teman yang tengah gamang dengan hidupnya, sementara pada saat yang sama kamu pun tengah butuh bahu untuk bersandar. Dengan kalimat bijak nan klise yang entah begitu saja mengalir dari mulutmu, kamu berusaha menguatkan temanmu. Meski tak begitu saja mereka terlepas dari kesedihan, setidaknya mereka merasa lebih lega dengan bercerita. Lantas apa kabarnya hidupmu sendiri yang kenyataannya tak berjalan baik-baik saja?

1. Kamu tak keberatan mendengarkan teman bercerita, kadang itu menjadi hiburan sederhana

Kamu tak pernah keberatan mendengarkan curhat mereka.

Kamu tak pernah keberatan mendengarkan cerita mereka. via www.huffingtonpost.com

Mendengarkan cerita teman sama sekali bukan beban bagimu. Tidak ada yang memaksa, apalagi menuntutmu. Itu terjadi dengan alamiah. Entah diawali dengan tanya atau sapa, kamu pun mulai tenggelam dalam percakapan yang melibatkan emosi mendalam. Menyediakan telingamu sejenak untuk teman atau sahabatmu, justru menjadi kebahagiaan tersendiri buatmu. Bukan karena cerita mereka patut untuk ditertawakan. Namun, semata karena kamu senang mereka masih mempercayaimu untuk berbagi beban.

2. Kamu percaya bahwa selalu ada makna di setiap cerita mereka. Dari cerita yang mengharu-biru, hingga yang diselingi tatap mata bahagia

Hingga mereka yang tengah jatuh cinta..

Hingga mereka yang diselingi tatap mata bahagia.. via elitedaily.com

Pantang bagimu menganggap cerita orang lain adalah sampah. Terkadang kamu justru menemukan pelajaran hidup dari masalah orang lain. Kamu berusaha untuk memahami bagaimana rasanya berada di posisi mereka. Kadang kamu menghadapi teman yang terisak lantaran baru saja dicampakkan oleh pacarnya, tak jarang pula kamu menemukan wajah sumringah sahabat yang tengah jatuh cinta. Kadang kamu merasakan juga warna merah jambu dari lawan bicaramu, namun tak jarang kamu ikut terlarut dalam kesedihan mereka.

Advertisement

3. Saat lawan bicaramu tengah terpuruk, kamu berusaha semampumu untuk menguatkan mereka. Padahal… kamu sama rapuhnya

Kamu berusaha menguatkan

Kamu berusaha menguatkan mereka. via elitedaily.com

Bukan untuk menampakkan dirimu seolah peduli. Tapi hati nurani yang membuatmu berusaha untuk menyemangati mereka. Bahwa hidup harus berjalan, pasti ada jalan keluar, hingga ungkapan klise lainnya, jadi ungkapan andalanmu saat menyemangati. Yang sebenarnya ungkapan itu ditujukan buat kamu juga. Karena kamu sama rapuhnya dengan mereka. Entah saat ini kamu tengah berpura tidak merasa ada masalah atau sebenarnya sengaja kamu tutupi dari orang lain.

4. Beruntung, kamu selalu pandai menyembunyikan masalah. Bukannya tak butuh bantuan, tapi kamu merasa nyaman menyimpan ini sendirian.

Kamu lebih nyaman memendam masalahmu sendirian.

Kamu lebih nyaman memendam masalahmu sendirian. via favim.com

Entah kenapa selama ini kamu selalu merasa bahwa lebih baik tak menunjukkan kamu sedang dalam masalah. Karenanya kamu selalu memastikan bahwa dirimu terlihat baik-baik saja. Kamu tidak menutupinya dengan tawa lepas, melainkan air muka yang biasa saja. Bahkan cenderung santai. Padahal kamu tengah memendam masalah keluarga yang tidak ringan. Masalah perkuliahan yang bisa berujung DO, atau bahkan terancam dipecat dari perusahaan. Yang sayangnya selalu berhasil kamu tutupi dari mereka.

5. Tapi pada akhirnya bebanmu menjadi tak terasa ketika mendapati masalah mereka jauh lebih rumit dari yang kamu punya

Advertisement
Ketika sedang menguatkan mereka, secara bersamaan kamu pun tengah menguatkan dirimu sendiri.

Ketika sedang menguatkan mereka, secara bersamaan kamu pun tengah menguatkan dirimu sendiri. via elitedaily.com

Yakin, loe bisa nyemangatin teman loe?

Hidup loe aja berantakan?

Yang terjadi justru sebaliknya. Kamu menjadi pribadi yang lebih bersyukur sebab masalahmu ternyata hanya remeh-temeh jika dibandingkan dengan problematika mereka. Seketika beban hidupmu berkurang setengahnya. Karena ngepuk-puk mereka sama saja dengan ngepuk-ngepuk dirimu sendiri.

6. Menjadi cheerleader orang-orang memang nggak mudah, apalagi di tengah kehidupanmu yang tengah porak-poranda. Tapi selalu ada alasan untukmu kembali mendengar keluh-kesah mereka

Semangaaaaat!

Semangaaaaat! via memegenerator.net

Kamu percaya bahwa jika berusaha membahagiakan orang lain, maka Tuhan pun akan membahagiakan dirimu. Karenanya kamu tak pernah bosan menyediakan telinga untuk teman-temanmu. Menyemangati teman walau hanya dengan ungkapan klise semangat ya… Atau hanya sekadar memberikan becandaan garing, sekecil apa pun kamu berusaha membuat mereka tertawa.

Kamu nggak perlu menjadi orang yang paling bahagia di dunia untuk bisa menyemangati mereka. Seberat apa pun beban hidupmu saat ini. Sekecil apa pun kamu berusaha untuk membuat mereka tertawa…

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Belum bisa move on dari Firasat-nya Dewi Dee.

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE