Membalas Curhatmu: Overthinking tentang Perasaan Insecure Hingga Quarter Life Crisis

overthinking masa depan

Semenjak pandemi datang menyerang rasanya waktu luang lebih sering diisi dengan bengong dengan pikiran-pikiran yang tiba-tiba muncul entah dari mana. Begitupun jam tidur yang tanpa terasa kian mundur karena bayangan sesuatu yang belum terjadi kian mengganggu belakangan ini. Penyebab gagal tidur ternyata bukan melulu karena besok study tour, tapi kebanyakan tentang besoknya lagi, apa ya yang akan dilakukan? Kenapa aku tak kunjung mencapai apa yang sudah dicapai teman-temanku? Serta pertanyaan-pertanyaan sejenisnya.

Pikiran-pikiran yang muncul merupakan hal yang wajar namun mungkin sesekali butuh pendengar. Untuk itu Miscur edisi 9 Juli 2020 membahas mengenai hal ini. Simak yuk cerita yang berhasil dirangkum dari obrolan tersebut!

1. Masuk ke lingkungan baru selalu penuh dengan tanda tanya dengan ujung apakah nanti keberadaanku diterima ya di sana?

Diterima nggak ya/ Credit: Freepik via www.freepik.com

Saat masuk ke lingkungan baru, entah tempat menimba ilmu, kerja, atau bahkan sebuah komunitas, maka akan ada perasaan-perasaan yang mengganggu di benak sebagian orang. Mulai dari bagaimana orang-orangnya, apakah bisa nyambung, hingga apakah keberadaan kita akan diterima di sana. Pemikiran itu biasanya akan muncul karena rasa kurang percaya diri yang dimiliki. Padahal kalau dipikir-pikir lagi ketakutan yang kita pikirkan belum tentu benar akan terjadi. Makanya menjadi penting untuk mengetahui lingkungan seperti apa yang akan kita masuki sehingga alih-alih waktunya terbuang untuk overthinking, kita justru bisa memikirkan strategi untuk bisa beradaptasi.

2. Quarter life crisis dimulai dari adanya hasrat untuk membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain, ujungnya ya jadi overthinking

Qurter life crisis/ Credit: Freepik via www.freepik.com

Memasuki usia seperempat abad maka berbagai pikiran seputar karier hingga jodoh akan muncul. Hal ini diperparah dengan pencapaian teman-teman seangkatan seperti si A yang sudah promosi di perusahaannya, B yang setiap hari bepergian ke sana-ke mari, atau si C yang mengunggah perkembangan anaknya. Belum lagi jika orang tua atau tetangga mulai ikut menanyakan seputar takdir yang kamu sendiri juga tak bisa menjawabnya. Akan tetapi, disadari atau tidak kebanyakan hal yang memantik rasa iri yang membuat insecure itu sesungguhnya sedikit banyak karena kiriman di media sosial teman-teman tersebut. Mengurangi intensitas untuk membuka atau melakukan reshuffle terhadap following bisa lo kamu lakukan demi kesehatan mentalmu sendiri.

3. Masa depan selalu menjadi misteri yang sulit untuk ditebak, tapi tetap saja banyak yang penasaran

Penasaran/ Credit: Freepik via www.freepik.com

Masa depan menjadi salah satu hal yang paling banyak menyebabkan penonton Miscur kepikiran melulu dan makin sulit untuk tidur. Pasalnya, kadang ada banyak hal tak terduga yang akan muncul begitu saja di depan mata. Belum lagi jika sekarang yang dilakukan begini-begini saja, akhirnya pikiran untuk mencari cara mengubah nasib agar memiliki masa depan yang lebih cerah sering menghantui di malam hari. Kesempatan tersebut boleh kok kamu nikmati tapi sekalian sambil mengenal diri sendiri. Potensi apa yang dimiliki hingga bisa dimanfaatkan untuk bisa sedikit mendapatkan ‘bocoran’ masa depan.

4. Jadi mahasiswa baru rasanya campur aduk, bagaimana teman-temannya hingga seperti apa proses belajarnya

Gimana ya?/ Credit: Freepik via www.freepik.com

Biasanya bertemu langsung tapi kini ospek dan kuliah harus dilaksanakan secara daring. Penyesuaian kembali harus dilakukan oleh angkatan 2020 karena info yang mungkin di beberapa tempat masih simpang siur. Perkenalan dengan kawan-kawan baru pun hanya bisa dilakukan melalui grup kelas yang dibuat. Ketakutan akan salah paham  hingga ketinggalan informasi rasanya mengganggu pikiran sekali. Akan tetapi, setiap awal memasuki lingkungan baru adalah sebuah proses adaptasi, bedanya kali ini menggunakan sebuah media saja. Makanya, jika ada yang kurang jelas, tak masalah untuk bertanya.

Agar tak terus mengganggu jam tidurmu, pikiran-pikiran tersebut bisa kok kamu ceritakan ke teman terdekatmu. Menuliskannya ke sebuah jurnal harian barangkali juga bisa membantu. Akan tetapi, kalau pikiran ini sudah di tahap mengganggu aktivitasmu hingga membuat kondisi mentalmu memburuk, taka ada salahnya menemui profesional.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

Penikmat jatuh cinta, penyuka anime dan fans Liverpool asal Jombang yang terkadang menulis karena hobi.