3 Rekomendasi Tempat untuk Karyawan Bu Risma yang Tidak Cekatan, Daripada Harus ke Papua.

No 3 paling menguji nyali~

Beberapa waktu lalu kita menyaksikan bahwa pemerintah lagi lucu-lucunya. Dari tuntutan terhadap Jaksa Pinangki yang malah diperingan, perbedaan pernyataan Wakil Presiden Kyai Ma’ruf Amin dengan Pak Luhut Binsar Panjaitan, sampai beberapa tindakan represif PPKM yang dilakukan oknum Satpol PP kepada para pedagang. Namun, dari sekian banyak hal yang mengganjal untuk dibahas, hal yang menarik perhatian saya adalah Buk Risma yang memarahi para petugas Dapur Umum yang disiapkan untuk memasak guna dibagikan kepada masyarakat selama masa PPKM.

Advertisement

Sebenarnya tidak ada masalah pada alasan mengapa Buk Risma marah-marah karena jujur saya suka melihat ibuk Risma marah-marah di YouTube (sepurane sing kathah ngge bu). Dari memarahi proses pembuatan E-KTP yang berbelit, memarahi tempat pelayanan masyarakat yang kotor, dan yang menjadi favorit saya adalah saat ibu memarahi pegawai negeri sipil yang cengengesan saat apel pagi. Namun untuk kali ini maaf buk, saya minggir dulu. Saya kurang suka dengan ibu karena nadanya bernada rasialis.

Namun karena saya seorang netizen yang tidak terjebak untuk meluapkan emosi ataupun capek-capek membuat somasi, saya cuman menyarankan 3 tempat untuk para pegawai ibu yang lelet kerjanya. 

#1 Gulag Uni Soviet

Advertisement

Entah ini kebetulan atau tidak, atau saya bisa berkata “Untung kebetulan” bahwa pegawai ibu hidup di zaman ini. Seandainya pegawai ibu hidup di tahun 1931, maka ibu bisa mengirimkan pegawainya ke Kamp Konsentrasi Gulag. Di sana ia akan dipaksa kerja paksa membangun Kanal Laut Putih-Baltik sepanjang 227 kilometer yang menghubungkan laut putih ke Danau Onega.

Tidak cukup sampai disitu, mereka akan tidur atau istirahat sebanyak 3 atau 4 kali dan bekerja selama 10 jam full. Saya yakin itu melatih pegawai ibu agar lebih cekatan.

Advertisement

#2 Kamp Amersfoort

Kamp konsentrasi Nazi yang berada di dekat kota Amersfoort, Belanda ini menjadi kamp tersadis untuk para napi. Kamp yang diceritakan oleh Parlindoengan Lubis ini menjadi salah satu kamp dengan penyiksaan paling tidak manusiawi dalam sejarah. Dari membuat kawat berduri, mengangkut batubara, mengangkut semen, dan sebagainya.

Makanan di sana juga tidak diberikan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. Mereka memakan roti basi dan kol busuk untuk bertahan hidup. Dan beberapa sumber menyebutkan mereka mencuri makanan dari para pengupas kentang dan dikirim melalui kloset penjara. Kentang dimasukkan kedalam kloset lalu diterima oleh tahanan yang menunggu pada saluran pembuangan untuk menangkap kentang tersebut lalu dimakan.

#3 Rewangan Acara Kampung

Nah dua saran di atas memang kurang realistis untuk zaman sekarang, saya memberikan saran yang realistis untuk mereka yang malas dan kurang cekatan dalam bekerja. Sebagai anak yang berasal dari kampung, saya sudah terbiasa ikut dalam rewang atau gotong-royong (bukan vaksin) dalam menyiapkan masakan untuk acara entah itu sunatan, pernikahan, acara syukuran, hari keagamaan, orang meninggal, dan semacamnya.

Kalau kita melihat memang pekerjaannya santai namun bersiaplah jika sudah mendekati jam-jam genting di mana makanan harus dihidangkan ke hadirin. Siap-siap anda kelabakan untuk memastikan semua orang mendapatkan makanan. Dan ketika anda malas dan berleha-leha apalagi kalian punya anak yang hadir bantu rewang namun makannya banyak ataupun pulang sebelum acaranya selesai, siap-siaplah menjadi obyek ghibah netijen perkampungan anda. Tidak ada yang lebih sadis dari social judgement dan sanksi sosial, bung.

Pada dasarnya semua kembali kepada statement ibu yang berkata bahwa pegawai yang malas akan dideportasi ke Papua. Maaf buk, Papua bukan tempat untuk pegawai malas. Justru dengan minimnya SDM dan sulitnya medan yang dihadapi di Papua harusnya ibu mengirimkan pegawai terbaik ibu ke sana. Jangan seakan Papua (maaf) tempat buangan bagi pegawai yang malas bekerja. Bahkan sekolah yang selalu kita anggap  buangan ada guru-guru tangguh yang kuat mentalnya mendidik mereka yang belum tentu guru-guru sekolah favorit mampu melakukan itu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Microbiology enthusiast, writer, and part-time blogger

CLOSE