Aku, Cintaku dan Mahar Buku Seharga Sepuluh Ribu

Ketulusan dan tanggung jawab paling penting dalam sebuah hubungan

Setiap pasangan kekasih pasti mendambakan kisah percintaan mereka berakhir di pelaminan. Namun ternyata banyak juga pasangan kekasih yang putus di tengah jalan karena ‘mahar’. Ya, mahar. Kelihatannya sepele, tetapi bisa menjadi masalah serius jika  kedua pasangan tidak menemukan kesepakatan soal besaran mahar.  

Advertisement

Bahkan, besaran mahar sering menjadi topik pembicaraan di dunia selebriti. Salah satunya kabar terbaru dari seorang selebritis Irma Darmawangsa yang mengajukan mahar lima miliar kepada kekasihnya sebagai syarat jika ingin pernikahan terlaksana. Berita ini memenuhi media mainstream dan linimasa. Bukan hanya Irma, sebelumnya juga banyak seleb yang digosipkan terkait  ini.

Lalu bagaimana dengan kalian? Apakah setelah melihat besaran mahar yang diajukan para seleb itu membuat nyali kalian menciut untuk meminang sang kekasih. Jangan khawatir, tidak semua wanita mematok mahar besar, kok. Tunjukkan saja pesona maksimal yang bahkan tidak bisa dinilai dengan rupiah. Hati wanita akan dibuat meleleh karena itu. Tidak percaya? Ini ceritaku.

Harganya tidak lebih dari sepuluh ribu. Lebih murah dari sendal jepit. Kertas print 40 lembar ini berisi kumpulan hasil liputan calon suami saat masih menjadi wartawan, yang dijilid lakban hitam dengan cover mika. Mungkin belum bisa disebut buku juga, sih. Kesannya maksa, ya. Hi hi hi.

Advertisement

Bukan nilai rupiah yang saya lihat, tetapi maknanya. Buku itu ibarat kehidupan. Sampul depan adalah awal kehidupan. Setelah sampul ada lembaran-lembaran kertas, diibaratkan cerita kita. Lembaran sebelumnya kita jadikan pelajaran. Lembaran baru yang masih putih untuk hari ini dan esok menjadi tugas kita untuk mengisinya dengan hal-hal positif. Sedangkan sampul belakang adalah akhir kehidupan. Mau happy ending atau sad ending, kita yang menentukan. Filosofinya dalam sekali, kan. Makanya, mahar buku itu saya terima dengan anggukan dan senyuman termanis.

Setelah menikah saya baru mengetahui kalau sang suami terinspirasi dari Bung Hatta. Wakil presiden pertama itu menjadikan buku filsafat karyanya yang berjudul Alam Pikiran Yunani sebagai mas kawin saat menikahi Rahmi. Pilihan mas kawin ala Bung Hatta tidak terlepas dari kecintaannya terhadap buku dan pengetahuan. Ia menganggap mas kawin berupa buku hasil pemikirannya sendiri lebih berharga sebagai bukti cinta kepada istrinya dibandingkan harta benda lainnya. So, sweet.

Jadi, buat kalian para jomblo jangan takut menikah karena mahar. Karena ketulusan, komunikasi positif,  dan rasa tanggungjawablah yang paling penting dalam sebuah hubungan. Sekarang ini, banyak, kok, pasangan yang menikah dengan mahar yang unik-unik, tetapi memiliki filosofi dan pesan mendalam, sebagai salah satu pilar untuk memperkokoh rumah tangga yang akan dibangun nantinya. Setuju? (*)

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Young mom yang hobi merangkai kata. Meskipun waktu tercurah untuk keluarga tidak menyurutkan semangat untuk terus berkarya.

CLOSE