Salahkah Jika Aku Lebih Memilih Cinta Dibandingkan Melanjutkan Persahabatan yang Ada?

Cinta dalam persahabatan

Dulu aku dan kamu bukanlah apa-apa dan juga bukan siapa-siapa. Hanya sekedar tahu nama masing-masing. Apalagi mencoba membayangkan diri ini dan dirimu menjadi sesuatu yang lebih dari pertemanan. Entah itu sahabat ataukah cinta?

Advertisement

Seiring berjalannya waktu, rentetan kejadian membuatku mengenal dirimu lebih jauh bahkan dari beberapa peristiwa penting telah mengubah status kamu dan aku menjadi seorang “sahabat." Kehidupan yang kujalani menjadi berbeda sejak kehadiran dirimu, berawal dari nothing menjadi something bahkan sekarang aku merasa tanpa kehadiranmu dunia yang kutinggali terasa ada hal penting yang kurang, yaitu kehadiran dirimu.

Persahabatan dengan dirimu layaknya dua dunia di mana kamu dan aku memerankan peran utama pada dunia masing-masing namun kamu dan aku juga menjadi pemeran pembantu di dunia lain. Terkadang menjadi sosok protagonis bahkan menjadi sang bijak. Seiring berjalannya waktu, hal kecil yang kulakukan bersamamu menjadi sangat indah, seakan semesta memberikan sebuah hadiah kepadaku melalui dirimu.

Diriku bahkan merasa menjadi orang paling berharga di dalam hidupmu. Banyak hal yang bahkan orang terdekat kamu dan aku tidak banyak tahu lebih dari kamu dan aku. Bertarung bersama, mencoba bangkit bersama, bahkan terkadang memiliki kisah permasalahan yang sama. Diriku sangat bahagia menjadi bagian dari hidupmu dan begitu sebaliknya. Namun, akankah ini menjadi selamanya?

Advertisement


"Ketika kamu punya cerita keluh kesah atau masalah jangan lupa katakan kepadaku,"


Kamu dan aku pernah menitipkan sebuah pesan itu. Kata-kata itu membuat kamu dan aku sering berbagi kisah dari suka, duka, senang, sedih, bahkan hal memalukan dari kisah kecil sampai masalah besar. Namun seiring berjalannya waktu, sekarang aku mulai berpikir kata-kata yang pernah kita ucapkan. Akankah bisa sama seperti dulu?

Advertisement


“Aku dan hanya aku yang menjadi tempat pemberhentianmu untuk berkeluh kesah dan bersenda gurau," 


Semakin bertambahnya usiaku semakinku memikirkan bahwa kata-kata itu suatu masa yang nanti akan berakhir. Kamu akan menemukan seseorang yang dapat menggantikan diriku menjadi tempat keluh kesahmu bahkan meninggalkan diriku untuk selamanya, dan sekarang harapanku sudah pupus bahkan satu persen pun ku merasa tidak bisa mengharapkannya. Itu semua karena batasan ini.

Diriku mengetahui dengan baik batasan ini. Ya, itu adalah “persahabatan”, tembok besar dengan label persahabatan ini membuatku benar-benar putus asa. Kamu tahu alasannya? Satu persen harapan agar kata-kata yang telah kita ucap menjadi kenyataan adalah menghacurkan batasan ini, dan kamu tahu caranya? Sepertinya tidak, karena aku tahu bahwa kamu sudah nyaman dengan rasa ini, tapi bagiku tidak.

Sebab sebuah tembok batasan yang bahkan kulompati saja tidak berani apalagi menghancurkan batasan ini. Rasa sahabat ini perlahan berubah menjadi perasaan cinta. Ku berharap kamulah menjadi tempat pelayaran ini terhenti. Mengapa? Karena kamu dan aku pernah mengenal terlalu dalam, aku benar-benar bimbang ketika mendengar dirimu telah menemukan tempat berlabuh terakhir.

Seolah-olah rasa senang bercampur sedih datang bersamaan, tapi percayalah pada hari itu, perasaanku benar-benar hancur kamu buat. Namun apalah dayaku, batasan ini membelenggu perasaanku agar tidak pernah tersampaikan kepadamu.


Apakah diriku harus merelakan dan berhenti berharap kamu bisa bersamaku selamanya? 

-nightmare teller-


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

hanya seorang manusia biasa yang sedang mencoba memberitahukan apa itu yang dinamakan " Realita Kehidupan "

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE