Aku Harus Memantaskan Diri Karena-Nya. Dan Maaf, Aku Sudahi Memantaskan Diri Untukmu

5 tahun bukan waktu yang sebentar dalam menjalani sebuah hubungan. Aku dan kamu seharusnya sudah saling mengerti satu sama lain mengenai apapun itu. Entah keburukan ataupun kebaikan. Dan tentu itu bukan selama itu tidak bisa disebut sebagai hubungan yang “main-main”, di sisi lain kamu pun sudah mengenalkan diri dengan keluargaku dan diterima dengan baik oleh mereka.

Advertisement

Semakin tinggi pohon, semakin besar pula angin yang menerpanya. Benar tentang pepatah tersebut. Semakin aku percaya dengan keseriusanmu dan memperjuangkan hubungan kita, semakin besar ujiannya. Mulai dari melebarnya jarak antara kita karena kamu yang bekerja di luar kota, waktu luang kita yang semakin susah disatukan, dan bukan hanya itu; adanya pihak ketiga yang ada diantara kita yang cenderung mengusik hatimu.

Dia bukanlah orang baru dalam hidupmu. Dia sudah telah lama kau izinkan masuk dalam hidupmu, bahkan menjadi tempat curhat ternyamanmu saat kita didera masalah.

Curhat dengan lawan jenis adalah awal pindahnya hati. Itu yang selalu aku peringatkan padamu, tapi zona nyaman yang dia ciptakan untukmu membuatmu terlena.

Advertisement

Kita semakin sering berselisih tentang apapun, sekalipun itu hal yang begitu sepele. Berulang kali hatiku terbakar cemburu karena perlakuannya padamu, begitupun caramu menanggapinya. Dan berulang kali kamu menegaskan diantara kalian tidak pernah ada perasaan istimewa. Apapun ujian yang tengah melanda kita, aku selalu berharap kita akan selalu baik-baik saja.

Ketulusan dan kesetiaan adalah hal yang beriringan, bukan? Seperti itu aku terhadapmu. Untuk bahagiamu dan kenyamananmu, aku menjadi yang kamu mau. Merubah penampilanku, mengurangi rewelanku, manjaku dan apapun yang kamu mau. Karena kamu bilang, pekerjaan sudah terlalu membebani pikiranmu, dan tak ingin aku menambahnya.

Advertisement

Perkara mengekang dan posesif, tentu aku tidak pernah bersikap seperti itu padamu. Aku menyerahkan hatiku, begitupun aku menyerahkan kepercayaanku padamu.

Sikap egoismu, ya dari dulu kamu begitu egois dan keras kepala. Lantas aku bisa apa? Bukankah tulusnya cinta itu menerima apa adanya dari hal yang baik sampi hal terburuk sekalipun?

Aku memang tidak akan pernah bisa berlama-lama marah denganmu, tapi kesabaranku juga bukan langit yang sebegitu luas, bukan seperti lautan yang tak pernah mengering. Aku juga punya batas kesabaran, seperti manusia yang lain.

Aku juga bisa lelah saat semua omonganku tak pernah kau hiraukan, saat semua sikapku tak lagi kau indahkan. Dan sebetapa lelahnya aku, tak pernah sedikitpun telintas pemikiran untuk meninggalkanmu. Tidak sekalipun aku berkeinginan mengakhiri hubungan kita

Lamanya sebuah hubungan membuatku semakin berjuang untuk tetap mempertahankan apa yang telah aku pilih. Berjuang untuk mengarah pada ikatan yang menghalalkan aku dan kamu. Tapi ternyata pemikiran kita tak lagi sama.

Lamanya sebuah hubungan membuatmu semakin bosan, kamu sering menghilang tanpa kabar walau sebelumnya tidak terjadi perselisihan antara kita. Sungguh aku tidak menyangka hatimu berubah setelah sekian lamanya kebersamaan kita dan kamu lupakan semua janji yang pernah kamu sampaikan kepadaku juga orangtuaku yang mempercayakan aku padamu.

***

Aku tak lagi merasakan sayangmu seperti dulu, itu seperti sudah lenyap atau justru sudah berpindah pada hati wanita yang lain. Dan benar saja semua yang aku khawatirkan telah terjadi.

Kamu menghilang tanpa kata apapun, bahkan sebelum kamu menghilang kita sempat bertemu dan semua seakan baik-baik saja. Tapi setelah itu kamu menghilang entah kemana, kenapa, tidak pernah kamu hiraukan pesan dan teleponku.

Entah berapa bulan tanpa kabar, semua usahaku tak membuahkan hasil. Hingga akhirnya kamu kembali dengan menegaskan bahwa hubungan kita masih baik-baik saja. Setelah sekian lama kamu gantung status hubungan kita. Kau siram lagi tanaman cinta di hatiku hingga ia bersemi kembali. Doaku: semoga kamu tidak akan pernah menghilang lagi, semoga kelak kamu akan benar-benar berjuang untuk hubungan kita.

Tapi ternyata, harapanku ternyata jauh dari kata benar. Kamu kembali hanya sekadar untuk rindu yang bersifat sesaat. Tidak lagi dengan rasa sayang yang sama, rasa sayangmu telah menjadi milik wanita lain. Wanita yang kamu datangi setiap kita ada masalah. Walaupun kamu sempat mengelak, tapi aku telah mendapat bukti foto mesra kalian dan dari mulut wanitamu itu.

Wanitamu itu sungguh bahagia karena memilikimu dan menyalahkan kebodohanku yang telah memutuskan hubungan kita sehingga kamu berstatus single. Entah cerita apa yang kamu bagikan padanya. Aku pikir dia mengerti bagaimana besarnya rasa sayangku untukmu, semua perjuanganku untuk mempertahankan hubungan kita. Tapi ternyata tidak, sungguh dia tidak pernah mengerti tentang ketulusan dan semua rasa yang ada untukmu. Dia tidak pernah mengerti bagaimana aku berkorban dan memberi semuanya untukmu, seluruh cinta dan kepercayaanku.

Dan kamu, di manakah letak hatimu saat kamu memutuskan untuk meninggalkanku dan memilihnya? Tidak berartikah hubungan kita selama ini? Dan kamu ke manakan semua janji manismu itu? Janji bahwa kamu akan tetap bertahan meski ada tempat lain yang membuatmu nyaman. Janji bahwa kamu akan terus berjuang apapun yang terjadi dan bagaimanapun keadaan kita. Kamu buang ke mana semua itu?

Apa yang aku bicarakan kepadamu, tidak ada satupun yang kamu indahkan. Bahkan dengan mudah kamu acuhkan, karena dia. Wanitamu itu, yang sedari dulu selalu saja mencari celah saat kita ada masalah. Dan sekarang tidak akan lagi kata kita, hanya diri sendiri dari aku dan kamu.

***

Terima kasih, untuk semua rasa terindah yang pernah ada.

Dan terima kasih untuk semua luka lara yang bisa jadi akan membekas selamanya. Aku berhenti memantaskan diri untukmu sebab aku tak lagi berharga untukmu. Kepada Sang Pencipta, ya seharusnya hanya kepada-Nya aku memantaskan diri.

Aku akan belajar untuk mengikhlaskanmu, merelakan semua yang telah menjadi sia-sia.

Aku percaya ini adalah yang terbaik dari-Nya. Mungkin Tuhan inginkan aku menjenguk diri sendiri, membahagiakan diri sendiri bukan hanya sekadar memikirkan kebahagiaanmu. Aku haruslah mulai peduli dengan diriku sendiri dan berhenti peduli denganmu.

Semoga mulai sekarang dan selamanya aku hanya akan jatuh cinta pada-Nya, menjadi pribadi yang lebih baik. Semoga segera sirna rasa sayangku untukmu. Semoga bertambah besar rasa cinta pada Rabb-ku. Dan semoga kelak dipilihkan untukku yang jauh lebih baik darimu, yang mengerti apa itu sayang dan ketulusan, yang bisa menjaga kepercayaan, yang bisa menerimaku apa adanya, setia, serta yang bersedia membimbing dan mengajakku mendekatkan diri pada-Nya.

Aku percaya ini adalah rencana-Nya. Dan dari-Nya adalah seindah-indahnya cerita, sebaik-baik rencana.

Semua akan indah pada waktunya. Waktu yang telah dijanjikan oleh-Nya, ditentukan oleh-Nya, tanpa kita tahu kapan waktu itu datang.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

jangan takut untuk terbang meski kau jatuh berulang

CLOSE