Aku Memilih untuk Berhijrah. Semua Demi Kebaikanku Sendiri.

Awal mula aku berhijrah yaitu dari paksaan ayahku. Ayahku memaksa aku untuk berhijrah,namun ketika itu aku benar-benar belum siap karena dahulu aku adalah seorang perempuan yang sangat tomboy yang enggan untuk memaki jilbab. Setiap hari Ayahku mengomeliku untuk berhijrah segera mungkin sampai-sampai Ayahku mengancamku, dia akan menyita semua barang-barang milikku dan bahkan ia tidak segan-segan mencoret namaku dari daftar keluarga jika aku tidak berhijrah segera mungkin.

Advertisement

Ketika itu aku sangat merasa bimbang,karena hatiku benar-benar belum siap untuk menanggung rasa malu terhadap teman-temanku. Mereka pasti akan menertawakanku,membicarakan tentang diriku karena aku berubah dengan drastis. Saat itu aku hanya bisa menangis,karena cukup sulit bagiku untuk mengambil keputusan yang benar-benar tepat.

Hari demi hari Ayahku semakin mendesakku untuk berhijrah segera mungkin. Sampai akhirnya Ayahku menyita semua barang milikku. Aku pun kesal karena tidak terima barang-brangku disita olehmya. Dan akhirnya aku menjelaskan ke Ayahku bahwa "Aku belum siap dan bagiku untuk berhijrah tidak semudah membalikan telapak tangan,berhijrah harus dari ketulusan bukan dari pemaksaan dan keegoisan." Namun Ayahku tetap keras kepala untuk menyuruhku berhijrah dan dia malah berkata kepadaku bahwa "Untuk memakai jilbab bukan dari ketulusan melainkan dari ketaatan kamu ke Allah swt. Memakai jilbab itu adalah kewajiban dari Allah swt untuk seluruh umat muslimah. Jika kamu tidak berhijrah segera mungkin,kamu tidak akan msuk surga bahkan mencium surga pun kamu tidak bisa."

Ketika Ayahku bicara seperti itu aku hanya bisa berdiam dan melarikan diri ke kamar. Ketika sampai dikamarku,aku melihat ada jilbab dan baju dress polos berukuran panjang di tempat tidurku. Dikamar aku merenungkan diri sambil menatap jilbab dan baju itu. Setelah aku merenung beberapa saat,aku berfikir jika aku memakai jilbab itu dan pakaian itu barang-barang aku akan kembali,sehingga aku memakai jilbab itu karena terpaksa. Sebelum aku memakai jilbab,aku bercermin terlebih dahulu dan bertanya kepada diriku sendiri "Dengan aku memakai jilbab, apakah aku akan mendapatkan hidayah dari-Nya? Apakah aku pantas memakai jilbab? Apakah aku akan nyaman memakai jilbab?" perlahan-lahan aku air mataku membendung dikedua mataku,dan dengan mengucapkan Bismillah aku mulai memakai jilbabku perlahan-lahan,aku pun tidak bisa menahan air mataku lagi,aku menangis terisak-isak dan aku merasa hatiku tersayat-sayat untuk memberanikan diri untuk berhijrah

Advertisement

Setelah itu aku menghampiri Ayahku dengan memakai jilbab tersebut,Ayahku pun langsung memelukku dan dia berkata "MasyaAllah, Alhamdulillah.. semoga kamu termasuk orang-orang yang beruntung dan selalu di jauhkan dari marbahaya dan fitnah." mendengar perkataan itu aku tidak bisa menahan air mataku lagi,aku terus menangis dipelukan Ayahku dan aku hanya bisa membalas "Amin, InshaAllah"

Namun setelah aku memperlihatkan aku berhijrah ke teman-temanku,aku pikir mereka akan menertawakanku,tetapi aku salah. Mereka malah mendukungkur,ya walaupun awalnya mereka meledekiku. Terutama kedua sahabatku yang memang mereka berdua sudah berhijrah terlebih dahulu sebelum aku,mereka selalu mendukung untuk tetap menjaga auratku dengan cara berhijab.

Hari demi hari aku semakin nyaman memakai jilbab,dengan aku berjilbab aku semakin dihargai oleh para lelaki. Akhirnya aku benar-benar tulus untuk memakai jilbab tidak lagi merasa terpaksa. Memang awalnya sungguh berat,namun jika sudah dijalankan itu akan terasa ringan dan sekarang aku sangat bangga untuk memakai jilbab. Setelah aku berhijab,aku pun tidak menjadi perempuan tomboy lagi dan teman-teman aku yang sekarang adalah muslimah-muslimah yang baik dan cantik. Mungkin itu semua adalah hidayah dari-Nya. Aku sangat bersyukur karena perubahan aku ini membawa aku ke jalan yang benar.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE