[CERPEN] Antara Rasa dan Waktu

Kata orang, ketika sepasang kekasih menjalin cinta, mereka tidak hanya berbagi rasa dan kisah tapi juga rahasia.

Aku menyandarkan punggungku di kursi pojok dekat jendela, tempat favoritku di kafe ini. Bahkan pelayan kafe dan pengunjung setia kafe ini pun sudah hafal dengan mukaku yang selalu berkerut di depan laptop. Aku menghela nafas, mataku jenuh memandangi garis dan bidang di depanku. Walaupun begitu mataku tak beranjak pergi dari monitor namun aku sadar pikiranku tak lagi disana.

Advertisement

- past -

“Hahaha! You’re so funny!” tawanya lepas. Dia yang biasanya pendiam terlihat begitu bahagia ketika bersamaku. Aku memang tertarik padanya dan aku ingin membuat dia tertarik padaku.


Kata orang, cara paling mudah untuk membuat gebetan jatuh cinta adalah membuatnya tertawa.


Advertisement

Saat itu aku tahu, aku melakukannya dengan baik.

- present -

Advertisement

“Eh, iya makasih ya!” aku menoleh kaget saat kudengar suara air dituang dari poci. Rupanya Mas Piki mengisi ulang cangkir teh hangatku yang sudah kosong. Yak, aku kembali dari lamunanku. Mataku otomatis menatap layar monitor.

“Pfft!” aku mendengus bosan. Kualihkan pandanganku keluar jendela.

‘Eh? Tanggal berapa hari ini?’—kulirik kalender di pojokan monitorku.

‘Right, 30’ Pantas saja bulannya begitu bulat sempurna. Cahaya kekuningannya memancar dengan indah walaupun terasa sendu.

- past -

“I’m looking at the moon up here.” 

-sent

Tanpa sadar aku tersenyum kecil. Aku tahu pesan itu akan dibaca kurang lebih 1 jam dari sekarang ketika dia bangun nanti. Aku hanya ingin dia tahu kalau aku sedang teringat akan dirinya setiap memandangi bulan di langit malam.


Kata orang, ketika sepasang kekasih menjalin cinta, mereka tidak hanya berbagi rasa dan kisah. Mereka juga berbagi rahasia kecil hanya untuk berdua.


Dan bulan ini lah yang menjadi rahasia kecil diantara kita. Aku berbagi bulan malamku dengan bulan pagimu. Sesayang itu aku padamu, setiap kulihat bulan di sini, kubisikkan sebuah doa agar kamu selalu diberkati di hari yang baru di sana. Aku, 12 jam lebih cepat daripada kamu.

- present -

Ding.

Sebuah pesan.

“Duh maaf ya, aku kayaknya terlambat deh, lagi kena macet nih”

Aku tak membalas pesannya. Aneh, biasanya aku akan merengut kesal karena aku benci harus menunggu, tapi kali ini aku sungguh tidak keberatan. Aku memalingkan muka, kembali memandangi bulan. Eh, sampai mana tadi aku melamun?

- past -

Aku tidak pernah sekalipun takut akan kehilangan kamu.

Sesayang itu kamu padaku, sesayang itu aku padamu. Tak jarang kita bertengkar, tapi kita selalu kembali. Tepatnya, kamu selalu kembali.

I’m sorry for everything I’ve done to you. Take care of yourself, okay? And please remember, I will always love you”—setidaknya aku pikir kamu akan selalu kembali. Tapi tidak kali ini.

Percakapan terakhir kita hari itu meyakinkan aku kalau kamu benar-benar pergi untuk selamanya.

You will always have that corner in my heart, you know that”—harusnya kalimat ini terlontar dari mulutku.

Aku hanya menelan ludah, tenggorokanku tercekat. Tak sepatah kata pun keluar dari mulut ini untuk membalas ucapannya. Pipiku mulai terasa panas, kutahan sekuat tenaga agar air mataku tidak jatuh di hadapannya. Dia pun terlihat begitu terluka dan kecewa mengakhiri hubungan ini. Walaupun ragu, aku mengangguk kecil. Setiap detik yang kulalui terasa sangat lama saat melihat siluetnya yang semakin menjauh.

Sesayang itu kamu padaku, sesayang itu aku padamu sehingga kita tidak menyadari perbedaan yang begitu besar diantara kita. Nyatanya, aku sadar dan aku yakin kamu pun merasakan hal yang sama. Kita berdua sadar namun memilih menutup mata, sesadar kita telah terjebak cinta di tempat dan waktu yang salah. Tidak seharusnya kita bersama sejak semula.

- present -

Aku memicingkan mataku. Ada perasaan yang berbeda dari biasanya ketika melihat bulan malam ini. Aku berusaha mengingat suatu rasa yang telah cukup lama mengganggu malam-malamku.

- past -

Rasa itu masih ada walaupun kisah telah usai dan yang paling menyakitkan, rahasia kecil diantara kita yang selalu membuatku tersenyum kini berbalik menyayat hati.

Aku ingat ada masanya aku masih membisikkan doa untukmu setiap aku melihat bulan. Rasanya tak lagi sama, hanya kelu karena menahan rindu yang menggebu-gebu.

Aku ingat betapa aku sangat bersemangat meraih ponselku untuk sekedar mengirim pesan singkat setiap aku melihat bulan. Aku ingat sulitnya menahan jemariku untuk tidak memencet tombol ‘send’ ketika aku terlalu rindu. Aku ingat kecewanya aku saat mengurungkan niat itu.

Aku ingat ada masanya aku hanya melengos kesal setiap aku mendapati bulan di langit malam dan lebih kesal lagi ketika langit hanya kelam tanpa cahaya bulan. Rasanya tak hanya kamu yang meninggalkanku, bulan pun seakan menghindariku.


Kata orang, putus cinta membuat hati hancur berkeping-keping dan serapi apapun kamu menata kembali hatimu, goresan itu akan tetap ada, tak akan menjadi utuh seperti sedia kala.


Aku terlambat menyadari bahwasanya ketika kamu pergi, kamu tak hanya meninggalkan kenangan tapi kamu juga membawa milikku yang berharga. Kepingan hatiku dan rahasia kecilku.

Karena kamu—hati ini tak lagi utuh, bulan pun tak lagi terasa sama. Aku tak bisa lagi menatap bulan tanpa melihat dirimu di sana, rasa gundah kian erat mendekap diriku.

- present -


Kata orang hanya waktu yang bisa menyembuhkan patah hati.


Damn, I just realized this!

‘rasa itu kemana kah?’

Tanganku terus mengetik, dahiku mengerut namun senyumku semakin lebar.

—Aku tak ingat sudah berapa lama aku menantikan saat ini.

Saat di mana rasa damai menyesap dalam hati seperti yang selalu aku rasakan sebelumnya.

Saat di mana sorot mataku menghangat dan bibirku mengulas senyum kecil setiap aku melihat bulan

Saat di mana aku melihat bulan dan—

Aku menoleh sekali lagi ke seberang jendela malam itu untuk memastikan rasa.

Damai itu kembali menghangatkan hati ini, mengembangkan senyum di bibirku.

—Dan bayanganmu tak lagi ada di sana.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

crafter | illustrator | writer

CLOSE