#BeraniWujudkanMimpi-Gagal Menjadi Mahasiswa Kedoteran Tetapi Justru Bisa S2 di Kampus Impian

Bukan calon dokter, tetapi calon dosen :)

Setelah lulus SMA, aku bercita-cita melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Gadjah Mada dan mengambil program studi pendidikan dokter. Namun kenyataannya aku lebih dulu lolos SNMPTN di Universitas Negeri Yogyakarta pada program studi Fisika. Selama menjalani kuliah S1 aku masih tetap bermimpi untuk bisa kuliah di UGM, yaitu mengambil studi magister Fisika supaya linier dengan S1 aku.

Advertisement

Tahun 2019 aku berhasil menyelesaikan studi S1 tetapi aku merasa seperti di persimpangan jalan mau mencari pekerjaan atau melanjutkan studi. Akhirnya aku memilih untuk mencari pekerjaan baru setelah bekerja aku melanjutkan studi. Selama enam bulan aku menjadi pejuang amplop coklat dan tak satupun yang membuahkan hasil. Kecewa dan ingin menyerah menjadi temanku saat itu.

Sampai akhirnya, aku coba buka website penerimaan mahasiswa baru pascasarjana UGM. Tetapi saat itu aku masih ragu, akan melanjutkan studi atau tidak. Aku berdiskusi dengan Mama, dan Mama mendukung aku untuk melanjutkan studi di UGM toh dulu aku juga ingin kuliah di sana. Ternyata, aku menemui keraguan berikutnya “Bisa nggak ya aku diterima S2 di UGM?”, kalau nggak diterima aku jadi pengangguran lagi dong?”.

Aku mencoba mengalahkan keraguan itu dengan memberi afirmasi positif untuk diri sendiri bahwa aku harus #BeraniWujudkanMimpi demi masa depanku. Aku persiapkan semua persyaratan untuk mendaftar S2 Fisika, tetapi ada satu syarat yang aku belum punya yaitu sertifikat TPA. Aku terpaksa menunda untuk mendaftar dan mencari sertifikat TPA telebih dahulu.

Advertisement

Saat itu aku membuka website PAPs UGM dan kebetulan ada tes TPA via daring. Aku buru-buru mendaftar dan membayar biaya tes ke bank karena kuota persertanya terbatas. Ketika di bank, ternyata antriannya lumayan banyak dan banyak juga yang akan membayar tes PAPs. Aku di situ panik, takut nggak kebagian tempat karena waktu pendaftaran S2 juga sudah mepet. Setelah selesai membayar, aku langsung buru-buru pulang sampai rumah langsung buka web PAPs. Alhamdulillah…aku masih kebagian tempat padahal pas aku buka tinggal sisa lima tempat aja jadi udah nggak bisa pilih waktu ujian. Jadi aku dapat waktu ujian di hari Jumat pukul 07.30 WIB.

Aku hanya punya waktu satu minggu untuk belajar. Sebagai bahan belajar aku membeli buku kumpulan soal TPA yang tebalnya muantepjiwaa. Aku bertekad harus bisa menyelesaikan semua soal sebelum hari ujian tiba. Pas satu hari sebelum ujian semua soal di buku selesai, bersyukur banget saat itu. Ya meskipun otak kerasa keriting, tapi nggakpapa.

Advertisement

Oh iya jadi ujian PAPs daring ini kita harus install sendiri aplikasi yang dipakai ujian, yang dikirimkan panitia ke e-mail kita. Singkat cerita, hari ujian tiba. Kita diberi waktu dua jam untuk mengerjakan semua soal. Soal-soal yang diberikan lumayan menguras energi, dan Alhamdulillah aku bisa menyelesaikan semua soal entah bener atau salah (hehe). Panitia menginformasikan bahwa hasil ujian ini akan diumumkan dalam dua minggu setelah ujian melalui e-mail.

Tanggal 1 Juli 2020, aku mendapat e-mail tentang hasil PAPs. Takut banget untuk membukanya karena kalau score aku kurang pupus sudah harapan untuk lanjut S2 di tahun ini. Dan tadaaaa….. score aku di atas yang dipersyaratkan. Seneng banget rasanya, berarti aku punya peluang untuk S2 di tahun ini. Oke, score TPA beres! Jadi aku bisa mendaftar. Kemudian aku mendaftarkan diri di program studi magister Fisika via online pastinya, di situ aku mengisi formulir, biodata, dan upload dokumen. Hasil seleksi diumumkan pada tanggal 19 Agustus 2020 melalui website, dan aku diterima. Seneng banget, akhirnya bisa diterima di kampus yang aku impikan sejak lama.

Menunggu pengumuman cukup membuat aku gelisah sampai maag kambuh. Jadi, aku buka pengumuman ini sambil nahan nyeri lambung yang luar biasa. Aku merasa ini harapanku satu-satunya, jadi kalau ini gagal aku nggak tahu harus ngapain lagi. Tetapi Alhamdulillah Allah Maha Baik.

Hal yang ingin aku sampaikan lewat tulisan ini adalah saat kita memiliki mimpi tidak semua orang mendukung, mungkin akan lebih banyak yang meremehkan daripada yang mendukung. Saat kita sudah #BeraniWujudkanMimpi dan mengambil langkah pertama juga pasti ada saja hal yang membuat kita ragu seperti tidak percaya diri dengan kemampuan kita, omongan orang yang menganggap remeh kita, dan sebagainya. Semua itu wajar, karena dalam dalam menggapai sebuah impian pasti ada up and down-nya. Tetapi kita harus bisa memotivasi diri kita sendiri bahwa masa depan kita, kita sendiri yang tentukan. Yang bisa mewujudkan mimpi kita ya kita sendiri. Buang jauh-jauh omongan orang yang meremehkan kita dan mimpi kita. Terus melagkah, lakukan yang terbaik tunjukkan kepada mereka bahwa mereka itu salah.

Seperti saat aku diterima di S2 Fisika ini, banyak teman-teman dan yang memberi respon kurang menyenangkan. Seperti, “Kok bisa diterima di UGM?”, “Halah..ngapain S2 toh nanti belum tentu pekerjaannya sesuai sama kuliahnya”, dan masih banyak lagi. Sakit sih tapi semua itu aku jadikan motivasi untuk lebih semangat, lebih fokus kuliah supaya tujuanku segera tercapai.

“Mari #BeraniWujudkanMimpi, jangan dengarkan mereka yang meremehkan, lakukan yang terbaik dan tetap fokus pada tujuan.”

 Semangat!!!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pemimpi yang sedang belajar mengubah rasa menjadi kata~

CLOSE