#BeraniWujudkanMimpi–Impian Mengembangkan Usaha Orang Tua yang Hampir Hancur Karena Pandemi

Mencari Jalan Keluar Menghadapi Pandemi dan Menuju Mimpi

Saya punya sebuah impian. Ini tidak hanya menyangkut diri saya sendiri, tetapi juga menyangkut kedua orang tua yang saya cintai. Entahlah, apakah bisa terwujud atau tidak. Tetapi, dari banyak frasa dan kalimat motivasi yang  saya baca, jika punya impian, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah percaya kepada mimpi kita sendiri. Ya, kepercayaan pada mimpi kita sendiri merupakan modal awal buat mewujudkannya.

Advertisement

Saya cuma seorang karyawan swasta yang masih pada level staff. Dan untuk diketahui, hampir setiap bulan gaji saya hanya numpang lewat saja. Biaya hidup di Jabodetabek yang lumayan tinggi menjadi salah satu penyebabnya. Tapi tidak hanya itu, tagihan-tagihan bulanan yang berjalan, lumayan menguras penghasilan bulanan. Di samping itu, tentu saja saya sisihkan penghasilan untuk saya berikan ke orang tua dan adik-adik.

Sementara itu, kedua orang tua saya mencari nafkah dengan jalan berdagang. Bidang kuliner mereka pilih untuk usaha mereka, dengan menjajakan makanan tradisional legendaris, yaitu gado-gado. Ibu saya yang meracik bahan dan bumbunya, ayah saya yang mempersiapkan tempat dan alat-alat yang dibutuhkan. Mereka bekerja sama setiap hari untuk melayani pelanggan yang sangat menggemari rasa gado-gado racikan ibu.  

Saya dan adik-adik kadang membantu sebisanya ketika kedua orang tua saya hendak membuka warung gado-gadonya. Saya bersyukur karena warung gado-gado orang tua saya sering ramai pembeli, terutama pada akhir pekan. Saya rasa, omzet penjualan gado-gado mereka cukup bagus untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Advertisement

Rasa gado-gado yang enak, dan banyak pelanggan setia yang menggemarinya, membuat saya optimis jika usaha orang tua saya bisa berkembang lebih jauh. Saya kemudian berpikir untuk membantu turun tangan mengembangkan usaha ini. Mungkin bisa dimulai dari promosi secara digital melalui media sosial dan mendaftarkan warung ke aplikasi ojek online pengantaran makanan.

Maklum, orang tua saya bukan orang tua milenial yang banyak mengerti tentang teknologi informasi. Jadi apabila saya bantu untuk promosi dan pengembangan secara digital, mungkin bisa sangat membantu mengembangkan usaha mereka. Nah, jika sudah semakin luas diketahui banyak orang, mungkin warung gado-gado orang tua saya bisa membuka banyak cabang. Itulah impian liar saya dalam membantu mengembangkan usaha kedua orang tua.

Advertisement

Tapi saya kemudian seolah terbangun dan sekaligus terhenyak dari impian liar itu. Pandemi covid-19 yang mengganas berdampak pada penjualan gado-gado orang tua saya. Pun berdampak ke pekerjaan saya yang mengurangi penghasilan karena kebijakan perusahaan yang juga terdampak pandemi.

Kepusingan kami sekeluarga bertambah ketika terakhir  saya ketahui ternyata orang tua saya mulai terlilit utang bank keliling. Ya, bank keliling yang sebenarnya berbentuk koperasi simpan pinjam yang namanya entah apa, dan kantornya entah di mana, yang berkeliling meminjamkan sejumlah dana yang dimaksudkan untuk suntikan tambahan modal usaha kepada para pedagang kecil.

Sistem peminjaman dana yang mereka praktikkan yaitu mereka mencairkan sejumlah dana tunai kepada pedagang, lalu pengembaliannya dilakukan secara cicilan setiap hari. Ya, setiap hari. Dengan asumsi setiap pedagang mendapatkan penghasilan dari dagangan mereka setiap harinya. Tetapi, seringkali mereka tidak mau tahu ketika dagangan sedang sepi dan keuntungan kecil sekali, atau bahkan merugi pada satu hari. Koperasi keliling tetap menagih cicilan harian dari pedagang. Ya, seramai apa pun, setiap usaha dagang pasti ada waktu-waktu sepi dari pembeli.

Hal ini yang membuat pedagang kerap mencari bank keliling yang lain untuk meminjam dana kembali, untuk membayar bank keliling yang awal tadi. Jadilah lama-kelamaan harus jatuh kepada keadaan “gali lubang, tutup lubang”. Itulah yang terjadi pada orang tua saya. Memang, sebelum pandemi terjadi usaha orang tua saya sudah menggunakan jasa bank keliling ini. Ditambah lagi terjadi pandemi yang memaksa kondisi omzet sangat menurun drastis. Hal ini menjadikan usaha dagangan memiliki cicilan ke banyak bank keliling.

Penurunan omzet yang terjadi pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terjadi di seluruh negeri. Dikutip dari Bisnis.com, dalam sebuah survei yang dilakukan perusahaan ekspedisi ternama, sebanyak 64% Usaha Kecil Menengah (UKM) terpantau mengalami penurunan pendapatan. Dan yang lebih menyedihkan lagi, dikutip dari Kompas.com, menurut Kamar Dagang dan Industri (Kadin), pada bulan Juli 2020 saja sekitar 30 juta UMKM gulung tikar akibat dampak pandemi. Angka yang cukup gila menurut saya.

Dilihat dari fakta di atas, saya harus tetap bersyukur usaha orang tua saya tidak gulung tikar. Walaupun selama masa pandemi ini, kami cukup berjuang agar usaha ini tetap eksis. Dari mulai memutar utang kepada koperasi keliling, hingga seringkali saya suntikkan modal tambahan dari gaji saya sendiri. Boro-boro mewujudkan mimpi saya untuk mengembangkan usaha dan membuka cabang. Bisa tetap bertahan jualan saja sudah cukup sulit di masa pandemi ini.

Saya pun memutar otak untuk keluar dari semua permasalahan ini. Saya butuh modal tambahan untuk usaha orang tua saya, dan untuk melunasi cicilan kepada bank keliling yang sudah mulai menggunung. Saya pun punya ide, untuk mengajukan pinjaman Kredit Tanpa Agunan (KTA) di bank. Ya, ini adalah “jalan ninja” saya sebagai karyawan aktif untuk mendapatkan dana segar. Karena biasanya, syarat mengajukan KTA adalah memiliki gaji tetap di sebuah perusahaan.

Saya berpikir untuk mengajukan KTA, karena program KTA ini memiliki beberapa keunggulan. Pertama, KTA tidak membutuhkan jaminan apa pun. Biasanya jenis pinjaman lain membutuhkan jaminan seperti BPKB, sertifikat rumah, atau benda bergerak lainnya. Kedua, KTA lebih fleksibel untuk tujuan penggunaan. Kita tidak disyaratkan untuk menggunakan dana pinjaman untuk tujuan pembelian tertentu, seperti pembelian rumah, kendaraan bermotor, dan lain sebagainya. Ketiga, proses pengajuan KTA relatif lebih cepat dan mudah. Tidak membutuhkan survei yang berbelit-belit dan memakan waktu lama.

Dalam perjalanan pemilahan saya terhadap produk-produk KTA, saya menemukan produk KTA dari Bank BRI yang bertajuk #BRIGUNA. Briguna memiliki empat jenis pinjaman. Yang pertama yaitu Briguna Karya, yang khusus diperuntukkan untuk calon nasabah yang memiliki penghasilan tetap dari gaji. Kedua ada Briguna Purna, diperuntukkan untuk calon nasabah yang memiliki penghasilan tetap dari dana pensiun. Kemudian yang ketiga ada Briguna Umum, sebagai KTA yang peruntukkannya untuk calon nasabah yang memiliki penghasilan tetap yang dihitung sejak ia sebagai pegawai aktif sampai tiba masa pensiun. Lalu terakhir ada Briguna Pendidikan, yang dikhususkan untuk mahasiswa S2 atau S3 yang sudah memiliki penghasilan tetap.

Briguna bisa menjadi pilihan tepat bagi saya dan semua orang yang membutuhkan dana segar dengan berbagai macam keuntungan. Diantaranya proses yang mudah dan cepat, bunga dan biaya yang murah, dan cicilan tetap yang ringan. Tidak hanya itu, KTA yang biasanya menawarkan plafon yang terbatas, di Briguna ini limit kredit bisa tidak terbatas, tergantung kemampuan.

Kemudian keuntungan lainnya yaitu Briguna memiliki promo dan program menarik pada event tertentu. Yang lebih spektakuler, Briguna memiliki perlindungan asuransi jiwa tanpa medical check up sampai dengan 500 juta Rupiah. Terakhir, apabila debitur meninggal dunia, maka sisa pembayaran pinjaman akan di-cover oleh asuransi. Sungguh keuntungan yang sangat menarik.

Dengan pilihan Briguna ini, saya merasa ada harapan kembali untuk #BeraniWujudkanMimpi. Dengan adanya program ini, saya bisa membantu memulihkan usaha gado-gado orang tua saya. Setelah semuanya normal kembali, tentu saja impian saya untuk mengembangkan usaha, memasarkannya secara daring, hingga membuka cabang, bukan mustahil lagi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Karyawan swasta yang ingin mendapatkan kembali gairah menulis.

CLOSE