Berawal dari Ukiran Aksara, Kita Berikrar Menjadi Sepasang Kekasih

Advertisement

Aku masih ingat senyum gagah itu. Senyum pertama kali yang dilemparkan padaku didepan SD yang biasa ku lewati. Ya,,itulah senyum yang membuat mataku amnesia karena pancarannya. Dadaku berdetak, hingga punggungnya menghilang, Rasa itu masih terasa. Di penghujung jalan berliku, bayangan wajah dan kostum yang dipakainya masih terekam jelas dilingkar memori. Dan aku menyimpulkan, senyum pertama memanglah menggoda, dan cerebrum pun tak bisa berdusta jika aku mulai mengaguminya.

MRC For School adalah sebuah acara yang menemukan Aku dengannya. Saat itu dia kelihatan sengit , seriusan, bahkan Aku tak mengenalnya. Dia hanyalah benda pathogen yang merasuk kedalam tubuhku. Hingga tubuhku tak mampu lagi menangkal radikal bebas yang dipancarkannya.

Kita bertemu dalam situasi yang cukup sacral, tak ada karangan yang memperindahan penghayatan, tak ada tawa yang mampu memecah heningnya pagi, meski bukti ilmiah dan referensi akurat menyatukan kita. Kita tak pernah berucap, namun hanya manatap dalam keterbatasan. Kita saling memaling seolah tak tau dengan hawa sekitar.

Advertisement

Dikompetisi yang kita lakoni, kita masuk semifinal bersama, walau tak memegang prediket, namun kita masih bersyukur bisa berdiri ditengah orang-orang hebat menyampaikan karya tulis yang telah terlukis. Bersyukur dengan paparan radiasi yang berwujud pengalaman itu. Bersyukur bertemu wajah berseri penuh keseriusan. Bersyukur telah mampu mempertahankan pendapat dihadapan para mahajuri. Dan bersyukur karena Aku telah mengenalnya. Dan itu semua berawal dari ukiran aksara ilmiah yang telah diatur tatacara penulisannya

Beberapa bulan berlalu, kita tak lagi seperti strangers, ada magnet yang menginduksi kita untuk menyatu. Ada ion negative dan ion positif yang mulai bereaksi. Dan kini interaksinya semakin kuat, hingga Akupun tersadar bahwa Aku telah falling in love dengannya.

Advertisement

Aku memang insan yang tak bisa mengungkapkan rasa, entah mengapa, saat dia berdiri dibelakangku, nilai EKG detak jantungku meningkat pesat, ada sinyal elektromagnetik yang merembes masuk kedalam pori kulitku, hingga laju adrenalin pun meningkat, seiring dengan rasa yang tenggelam dalam sanubari.

Dimoment yang penuh candaan dan situasi yang tak disangka, dia memberanikan diri mengungkapkan rasa. “Mau kah kau menjadi pacarku?” Ya, hanya sebatas itu. kembali, jantungku geger mendengar lisannya. Dengan beberapa etiologi yang dikemukakan, akupun dengan senang hati menerima “Expression of Love” yang diungkapkannya. Dan lagi, kali ini semua rongga tubuhku benar-benar diguncangnya. Denyut nadiku melompat-lompat saking bahagianya, hingga Aku pun lupa bahwa suatu saat dia pasti tersedak.

Kini, hari-hari kita lewati bersama. Kita tak lagi berwujud air dan minyak, namun kita adalah ‘emulsi’ yang sewaktu-waktu bisa saja mengendap karena kejenuhan

Banyak momen terselip yang kita lewati di celah nikmatnya fatamorgana. Kita pernah bercerita tentang malam, dan tentang angkuhnya pagi yang merenggut nikmatnya subuh. Kita menyiangi hamparan belukar untuk menanam sebuah kebun nirwana yang abadi. Kita pernah menempati qalbu untuk saling bertukar fikiran, meski kadang terselip tangis diantaranya. Kita juga pernah menaungi rumpun jalanan yang beku meski hanya di desa tercinta, ya itulah kita kala berperan sebagai sepasang sendal.

Namun, yang terpenting dari semua itu adalah kesederhanaan, yang mampu menjadikan kita saling introspeksi dan merajai cinta yang telah mengglobal dalam batin.

Kini.. kita tak lagi saling menatap, ada jarak pembatas diantara kita. orang-orang menamainya dengan “Long Distance Relationship”, tapi bersyukurlah, jarak telah menumbuhkan kerinduan diantara kita, jarak telah menuntun kita untuk saling memotivasi dari kejauhan dan berkembang sesuai dengan potensi. Meski banyak pertanyaan mengguncang, namun bersyukurlah, kita masih melebur dalam kegenapan.

Walau hati tak bisa berdusta bahwa ada kebimbangan yang merasuk sukma, namun percayalah, dengan cinta kita akan mampu meraih dunia mengalahkan jarak dan waktu. Berdoalah, semoga esok, hari-hari kita lebih cerah, dan kita mampu tertawa diatas nikmatnya ciptaan Tuhan. Dan berjanjilah kita akan selalu bersama. Dan sekali lagi, berjanjilah untuk itu…

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Aku adalah apa yang Aku tulis... Jika sekarang Aku menulis ini, berarti inilah yang Aku rasakan saat ini.

CLOSE