Berjalan-jalan Sembari Memahami Makna Konfusianisme di Istana Gyeongbokgung

Istana Gyeongbokgung hanyalah salah satu bangunan bersejarah yang terdapat di Seoul.

Korea Selatan adalah negara yang kaya akan sejarah. Ibu kotanya, Seoul, mempunyai banyak tempat bersejarah. Tidak jarang menemukan gedung-gedung bersejarah saat berjalan-jalan di sekitar Seoul. Bangunan-bangunan bersejarah ini didirikan pada masa kerajaan-kerajaan lama Korea.

Advertisement

Pada Januari 2019, saya mengunjungi Korea Selatan. Saya mengunjungi kota Seoul dan Busan. Saat sedang jalan-jalan di Korea Selatan, saya mengunjungi beberapa tempat bersejarah yang ada di sekitar kota. Saya mengunjungi istana-istana yang didirikan pada masa kerajaan-kerajaan lama Korea, daerah yang mengkonservasi bangunan tradisional Korea, dan patung-patung pahlawan Korea.

Salah satu bangunan bersejarah yang terletak di Seoul adalah Istana Gyeongbokgung. Istana ini selesai tiga tahun setelah pendirian Kerajaan Joseon, kerajaan Korea terakhir yang didirikan pada 1392. Istana ini adalah prestasi arsitektur yang mengumumkan kelahiran dinasti baru. Istana ini mencerminkan filosofi yang mendirikan Joseon, yaitu Konfusianisme.

Jeong Do-jeon, seorang sarjana Konfusianisme terkemuka, merancang dan mengawasi pembangunan ibukota pada masa itu. Jeong Do-jeon ingin tujuan dinasti baru untuk mengikuti nilai-nilai Konfusianisme yaitu seseorang perlu melatih pikiran dan tubuhnya sebelum dapat mengajar orang lain dan menguasai dunia. Oleh karena itu, istana bukanlah simbol kekuasaan tapi tempat untuk raja mengembangkan pikirannya dan memerintah masyarakat dengan bantuan pejabat pemerintah. Istana ini dibuat bukan untuk terlihat megah dan mengesankan tapi sederhana dan elegan. Nama istana ini didapat dari kata “gyeongbok” dari salah satu tulisan suci Konfusianisme yang mempunyai arti menikmati keberuntungan dan kemakmuran.

Advertisement

Istana Gyeongbokgung terletak di 161 Sajik-ro, Sejongno, Jongno-gu, Seoul. Saya melewati Alun-alun Gwanghwamun yang menampilkan patung dari Laksamana Yi Sun-sin dari Dinasti Joseon serta Raja Sejong yang Agung dari Joseon. Di belakang kedua patung tersebut terdapat Istana Gyeongbokgung. Saya melewati gerbang istana untuk bisa masuk dan membeli tiket. Tiket untuk anak berusia tujuh sampai delapan belas tahun berharga 1.500 won dan tiket dewasa berharga 3.000 won.

Gerbang istana yang harus dilewati bernama Gerbang Gwanghwamun. Gerbang ini menghadapi arah selatan. Dalam Konfusianisme, seorang raja harus duduk menghadapi arah selatan. Oleh karena itu, Gerbang Gwanghwamun adalah gerbang utama. Gerbang ini terdiri atas tiga pintu. Pintu yang terletak di timur adalah pintu untuk pejabat sarjana. Pintu yang terletak di barat adalah pintu untuk pejabat militer dan pintu yang terletak di tengah adalah pintu untuk raja.

Advertisement

Di gerbang ini terdapat patung makhluk mitos bernama haechi, binatang yang dapat menilai baik dan buruk dengan matanya yang besar. Patung ini didirikan untuk mengingatkan pejabat-pejabat yang datang ke istana bahwa mereka harus memiliki hati nurani dan adil dalam kegiatan politik mereka. Gerbang ini telah dihancurkan karena api dan perang pada masa penjajahan Jepang di Korea, dan terkena bom saat Perang Korea. Gerbang ini kemudian dibangunkan kembali pada tahun 1990.

Saat masuk ke area istana saya melewati gerbang lagi. Gerbang ini bernama Gerbang Heungnyemun. Gerbang ini dulunya dijaga oleh penjaga gerbang sepanjang waktu. Upacara mengubah penjaga kerajaan masih diadakan hari ini untuk menunjukkan kepada pengunjung bagaimana hal itu dilakukan di masa lalu. Gerbang ini dan gedung-gedung di sekitarnya dihancurkan pada tahun 1926 pada masa penjajahan Jepang di Korea untuk membuat gedung pemerintahan Jepang. Pada tahun 1995, pemerintah Korea Selatan menghancurkan gedung pemerintahan Jepang dan membangun kembali gerbang ini.

Setelah melewati Gerbang Heungnyemun saya melewati Jembatan Yeongjegyeo dan Gerbang Geunjeongmun. Jembatan Yeongjegyeo ini terbuat dari batu dan melewati aliran air yang bernama Geumchon yang berarti aliran terlarang. Sepanjang jembatan ini terdapat patung-patung hewan yang didirikan untuk menjaga istana dari ruh-ruh jahat. Gerbang Geunjeongmun adalah gerbang yang harus dilewati untuk masuk ke Aula Geunjeongjeon. Di Gerbang ini terdapat patung hewan bernama bonghwang, sebuah makhluk mitos yang digunakan sebagai lambang untuk raja.

Aula Geunjeongjeon adalah pusat istana. Aula Geungjeongjeon mempunyai nama yang berarti rajin dalam tugas resmi. Nama ini diberikan oleh arkitek istana untuk mengingatkan raja bahwa ia harus rajin dalam melayani rakyatnya. Gedung ini dinamakan untuk menunjukkan peran dan tugas raja bukan kekuasaannya. Di aula ini saya bisa melihat Gunung Bukaksan. Aula ini digunakan untuk acara-acara pemerintah yang penting seperti penobatan raja, penunjukan putra mahkota, pertemuan pagi dan sambutan diplomat asing.

Di sekitar aula terdapat lorong-lorong terbuka. Lorong-lorong ini dulunya terdiri atas ruangan-ruangan yang mempunyai fungsi sendiri tapi ruangan-ruangan tersebut dihancurkan sehingga hanya ada lorong-lorong terbuka yang bisa dilihat sekarang. Aula ini dijaga oleh 36 patung makhluk mitos untuk mengusir ruh-ruh jahat. Terdapat kursi untuk raja yang terletak di tengah gedung aula. Terdapat lukisan dua naga emas di langit-langit gedung aula. Lukisan ini melambangkan raja.

Setelah melihat Aula Geunjeongjeon, saya pergi melihat Aula Sajeongjeon. Aula ini adalah kantor raja. Aula ini digunakan untuk rapat kabinet setiap pagi. Raja juga mempelajari tulisan suci Konfusianisme dengan para pejabat, dan mengadakan diskusi dengan mereka untuk mencapai kesepakatan dalam politik. Para penulis sejarah mencatat semua yang terjadi sini, dan tulisan mereka dinamakan sacho. Mereka bahkan mengikuti raja ke mana pun dia pergi, dan menuliskan setiap kata dan gerakan raja.

Selain itu, Sekretariat Kerajaan menyimpan buku harian raja. Mereka menulis bagaimana raja menghabiskan harinya, apa perintahnya, apa yang dilaporkan ke setiap divisi pemerintah, dan setiap kata diucapkan atau gerakan yang dibuat oleh Raja setiap hari sepanjang tahun. Kumpulan catatan berjudul ini Seungjeongwon ilgi yang berarti buku harian Seungjeongwon.

Istana Gyeongbokgung hanyalah salah satu bangunan bersejarah yang terdapat di Seoul. Saat berjalan-jalan ke Korea Selatan, Anda harus pergi mengunjungi istana-istananya, alun-alun, dan bangunan-bangunan lain. Seoul kaya akan sejarah dan di setiap sudut pasti ada tempat yang mempunyai sejarah yang menarik. Jadi saat berjalan-jalan ke Seoul jangan lupa untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah ini.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE