Kamu Memang Bilang Cinta, tapi Hatimu Diam-diam Masih Terjebak Kisah Nostalgia

Bilang cinta tapi terjebak masa lalu

Hei, sedang apa? Masih suka nongkrong di cafe tempat biasa? Masih ditemani secangkir kopi hitam tanpa gula? Hmmm sudah selesai baca novel sampai halaman berapa? Atau sudah nyaman dengan bacaan Wattpad mungkin atau Webtoon yang ada di aplikasi ponselmu? Ini adalah percakapan beberapa bulan yang lalu sebelum akhirnya percakapan dan pertanyaan tersebut berubah seputar aktivitas, jadwal makan, agenda kemana, lagi apa dan bersama siapa menghiasi ruang obrolan ini.

Advertisement

Ya dulu begitu santai bukan? Tak ada yang membuat jarak dan perasaan yang harus dijaga. Tapi beberapa waktu lalu setelah kamu membuat pengakuan dan aku menerima pengakuan tersebut. kita malah menjadi canggung, ingin terlihat baik tapi mengabaikan hal yang seharusnya dilakukan. Aku pikir seharusnya kita tak harus begini, rasa pun cukup hanya sebatas saling mengagumi bukan untuk saling memiliki.

Kamu benar aku menerima pengakuanmu dan berusaha membalas pengakuan tersebut, lantas kamu bagaimana? Apakah cukup dengan mengatakan suka segala sesuatu dapat berjalan sesuai yang kamu inginkan. Tapi nyatanya di belakang kamu masih larut dalam memori lamamu.

Ah…aku tidak sepolos yang kamu pikir. Meski diam aku tau diam-diam kamu masih sulit beranjak dari masa lalumu. Tak usah salah tingkah begitu. Aku hanya menunggu kamu benar-benar siap dan bisa melangkah tanpa berbalik mengingat dia. Percayalah aku mungkin tak seperti dia yang bisa beri rasa suka yang sangat besar padamu, tapi aku tidak akan meninggalkan kamu seperti dia mencampakkanmu. Tapi jika begini pun masih buatmu ragu aku bisa apa?

Advertisement

Selama ini aku sudah terbiasa menikmati perbedaan antara kita. Ibarat secangkir kopi hitam yang membuatmu candu untuk menyeruputnya dan aku setiap kali menikmati warna hitam pekat kopi tanpa pernah mau mencicipinya, karena bagiku hitam pekat itu penuh misteri seperti dirimu. Sangat naif jika ku katakan aku menerima kamu dan semua masalalumu, jujur itu berat.

Ditambah lagi kamu bilang suka tapi kamu terus larut membaca novel Teenlit kesukaannya, karena katamu dengan begitu dapat sedikit mengobati lukamu. Apa iya? Awalnya mungkin aku mengerti, tapi lama-lama aku merasa ragu.

Advertisement

Harus sampai kapan seperti itu? Apakah dia di sana juga masih mengingat kamu setiap kali membaca novel yang sama dengan yang saat ini kamu baca? Jikapun seandainya iya, lantas aku kamu anggap apa!

Kini semakin lama aku sadar, aku hanyalah salah satu jalan yang kebetulan kamu temui disebuah persimpangan. Sekarang perjalanan kamu sudah sampai mana? Menyesal selama ini mengarungi jalan yang ternyata buntu? Sama aku juga demikian. Bagaimana jika semua kita akhiri sampai disini sebelum semua terlanjur jauh dan sebelum harapku semakin besar padamu. Bahkan katamu dia juga sempat menghubungimu lagi, eum..pastilah itu sebuah pertanda bahwa kamu bukan untukku.

Sudahlah, tidak perlu berucap maaf. aku tau sedari awal kamu tidak berniat denganku hanya saja saat itu kamu kesepian dan hanya ada aku disisimu. Suka? Saat ini pun kamu masih beralaskan suka, baiklah tidak mengapa meski tidak bisa memiliki tapi kita masih bisa saling mengagumi.

"Mana mungkin bisa bersatu jika aku ataupun kamu masih sama-sama ragu?"

Akhir perjalanan ini kamu adalah candu yang teramat memilukan rasa sedang aku seperti penikmat hitam pekat tapi tak sukai kopi. Ya aku menikmati kebersamaan denganmu tapi tak sukai kamu saat kamu masih mengiginkan dia. Kamu benar, sekarang kamu mengerti kamu ibarat secangkir kopi.

Sampai bertemu di cafe biasa, lengkap dengan secangkir kopi hitam tanpa gula dan ditemani dia. Aku pikir novel teenlit sudah sampai diakhir ceritanya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Berawal dari rasa merangkai kata berakhir cerita.

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE