Catatan Perjalanan Pendakian Atap Jawa Tengah

Menikmati perjuangan mencapai puncak megah Gunung Slamet

Mendaki gunung kini menjadi aktivitas yang mulai digemari berbagai kalangan. Pada kesempatan kali ini penulis ingin menceritakan pengalaman mendaki Gunung Slamet via Bambangan. Gunung Slamet merupakan gunung tertinggi di provinsi Jawa Tengah yang memiliki ketinggian 3448 MDPL. Gunung ini dapat didaki melalui 7 jalur yang berbeda-beda diantaranya adalah via Bambangan, Kabupaten Purbalingga. 

Advertisement

Penulis mendaki Gunung Slamet ditemani dua orang sahabat penulis. Kami berkumpul di rumah salah satu teman di Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang pada hari Selasa, 31 Januari 2023. Kami mempersiapkan barang-barang pendakian serta membeli beberapa logistik. Kemudian kami membagi barang-barang bawaan kami ke 3 carrier yang akan kami bawa. Waktu menunjukkan pukul 22.00 WIB dan kami memutuskan untuk beristirahat untuk menjaga agar tubuh tetap fit selama pendakian besok. Keesokan harinya kami berangkat dari Comal pukul 06.00 WIB. Perjalanan menuju Bambangan ditempuh selama 2 jam menaiki mobil. Sampai disana kami segera melakukan registrasi di posko pendakian. Untuk biaya SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi) Gunung Slamet adalah sebesar Rp25.000,00 per orang termasuk biaya asuransi. Kami juga mendapat peta perjalanan dan himbauan tentang aturan-aturan pendakian Gunung Slamet dari penjaga posko. Ternyata asuransi untuk pendakian hanya berlaku sampai Pos 9. Apabila ingin melanjutkan sampai puncak maka asuransi hangus, walaupun 90% pendaki tetap melanjutkan perjalanan sampai ke puncak. Waktu berada di puncak pun dibatasi hanya sampai pukul 10.00 WIB saja untuk menghindari risiko badai dan asap belerang karena Gunung Slamet masih merupakan gunung yang aktif.

Basecamp – Pos 1 Pondok Gembirung. Basecamp Bambangan terletak di ketinggian sekitar 1500 MDPL. Kami memulai pendakian pada pukul 08.30 WIB. Dari basecamp kami memutuskan untuk naik ojek gunung menuju posko ojek selama 15 menit dengan biaya Rp30.000,00. Dengan menaiki ojek, kami menghemat waktu perjalanan sekitar satu jam apabila berjalan kaki. Kemudian kami melanjutkan perjalanan kami dengan berjalan kaki sampai Pos 1. Trek perjalanan menuju pos 1 tidak terlalu terjal dan masih diselingi jalan yang landai. Jalur menuju Pos 1 masih dikelilingi pohon-pohon pinus besar dan terdapat bekas jalur kendaraan motor yang digunakan untuk ojek. Kami sampai di Pos 1 pada pukul 09.45 WIB. Terdapat beberapa warung di Pos 1 yang menyediakan minuman, cemilan, serta semangka segar. Pos 1 juga memiliki shelter untuk berjaga-jaga apabila cuaca memburuk.

Pos 1 Pondok Gembirung – Pos 2 Pondok Walang. Setelah beristirahat selama 30 menit, kami memulai kembali perjalanan kami. Perjalanan menuju Pos 2 lebih menanjak daripada sebelumnya. Vegetasi masih didominasi semak belukar dan pohon-pohon tropis besar. Kami sampai di Pos 2 pada pukul 11.30 WIB. Pos 2 sendiri hanya sebuah area kecil yang ditandai oleh plat logam. Kami beristirahat sejenak di pos 2 sebelum kembali memulai perjalanan kami.

Advertisement

Pos 2 Pondok Walang –  Pos 3 Pondok Cemara. 10 menit perjalanan dari Pos 2 terdapat pos bayangan yang merupakan persimpangan dengan Jalur Dipajaya, Pemalang. Trek pendakian menuju pos 3 semakin menanjak. Pohon-pohon tropis besar masih menemani perjalanan kami. Kami sampai di Pos 3 pada pukul 13.05 WIB. Terdapat beberapa warung di Pos 3 yang menjual berbagai macam makanan dan minuman. Sampai di Pos 3 kami langsung membuka nasi bungkusan yang kami bawa dari Comal untuk santap siang dan dilanjutkan dengan shalat dhuhur dan ashar. Kami berisitrahat cukup lama sekitar 1 jam di Pos 3 ini. Setelah beres-beres, kami pun melanjutkan perjalanan kami menuju Pos 4.

Pos 3 Pondok Cemara – Pos 4 Samaranthu. Perjalanan dari Pos 3 menuju Pos 4 melewati tanjakan yang sangat menyiksa otot paha kami. Seringkali kami break sejenak untuk beristirahatVegetasi masih didominasi pohon-pohon tropis besar. Pohon-pohon ini membuat suasana pendakian menjadi tidak terasa panas dan cenderung sejuk. Kami sampai di Pos 4 pukul 15.00, lebih cepat dari estimasi semula. Pos 4 merupakan area kecil dengan plat logam penanda. Terdapat anjuran untuk tidak mendirikan camp di Pos 4. Setelah berisitirahat sejenak, kami langsung berangkat menuju Pos 5.

Advertisement

Pos 4 Samaranthu – Pos 5 Samhyang Rangkah. Perjalanan ke Pos 5 masih melewati tanjakan-tanjakan berat. Kami bertemu beberapa monyet daun yang merupakan satwa dilindungi di sepanjang perjalanan. Kami sampai di Pos 5 pukul 15.37. Pos 5 merupakan area lapang yang memang seringkali dijadikan tujuan untuk camp dan mendirikan tenda. Terdapat bangunan bekas warung dan shelter dari seng di Pos 5. Terdapat mata air di dekat Pos 5 walaupun perlu turun sekitar 50 meter. Kami pun bergegas mendirikan tenda karena gerimis mulai berdatangan. Kami memutuskan untuk segera memasak makan malam dan makan agar bisa beristirahat dan mengisi tenaga untuk summit attack di keesokan harinya.

Pos 5 Samhyang Rangkah – Pos 6 Samhyang Ketebonan. Kami bangun pagi pukul 04.00 WIB. Setelah mengumpulkan nyawa, kami memutuskan untuk sarapan dengan roti tawar dan susu untuk mempersingkat waktu sarapan. Setelah sholat subuh, kami keluar dari tenda dan bersiap untuk summit attack. Kami hanya membawa carrier kecil berisi air dan snack serta headlamp. Kami berangkat berbarengan dengan rombongan lain dari Purbalingga berjumlah 5 orang. Perjalanan menuju Pos 6 masih berupa tanjakan-tanjakan setinggi lutut. Kami berjalan dengan perlahan karena langit masih belum diterangi cahaya matahari. Kami pun sampai di Pos 6 pukul 05.30 WIB. Pos 6 hanya berupa area kecil dengan plat logam penanda. 

Pos 6 Samhyang Ketebonan – Pos 7 Samhyang Kendit. Perjalanan menuju Pos 7 sudah mulai ditemani oleh pohon-pohon edelweiss. Vegetasi pun sudah mulai terbuka. Kami bisa melihat pemandangan kota yang dihalangi awan yang berarak. Kami sampai di Pos 7 pukul 05.50 WIB. Pos 7 sendiri memiliki shelter untuk keadaan darurat.

Pos 7 Samhyang Kendit – Pos 8 Samhyang Jampang. Perjalanan menuju Pos 8 masih sama seperti sebelumnya. Kali ini kami juga melewati terowongan yang dibentuk oleh erosi tanah. Kami sampai pukul 06.10 WIB

Pos 8 Samhyang Jampang – Pos 9 Pelawangan. Perjalanan menuju Pos 9 masih ditemani terowongan serta pohon-pohon edelweiss. Kami sampai pukul 06.35 WIB. Pos 9 sendiri merupakan batas akhir vegetasi. perjalanan ke puncak berupa batu-batuan yang cukup terjal. Sayangnya cuaca tak mendukung kami untuk menggapai puncak. Angin kencang yang berputar serta kabut yang tak kunjung hilang mengurungkan niat kami untuk sampai di atap tertinggi Jawa Tengah. Pemandangan di Pos 9 sudah cukup memuaskan mata kami. 

Pada akhirnya, benar apa kata orang. Puncak hanyalah bonus, tujuan utama adalah pulang ke rumah.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE