#CatatanAkhirTahun-Untuk 2021, Terima Kasih Wahai Diri dengan Pencapaian Istimewa

Waktu berlalu begitu cepat. Napas kadang tersengal-sengal. Sejenak kita memadahkan syukur tak ada salahnya. Jalan panjang penuh aral melintang di tahun ini setidaknya dapat kita taklukkan. Tahun ke duapuluh satu di milenium kedua ini sebentar lagi purna. Perjalanan panjang sebentar lagi tuntas. Ia berhasil didustai oleh kata kerja, perjuangan.

Advertisement

Di tahun 2021, tahun yang setiap harinya dihantui oleh pandemi ini, bagi saya masih memberikan sedikit harapan. Walau bagi sebagaian orang, barangkali tahun ini menjadi pukulan terberat di dalam perjalanan hidup yang sedang digeluti. Misalnya dikeluarkan dari tempat bekerja. Atau malah gagal dalam merintis usaha. Kita punya alasan masing-masing untuk berpendapat berdasarkan keadaan yang memberatkan langkah kaki di tiap harinya. Bagi saya, tahun ini membawa titik baru dalam sejarah panjang hidup saya, titik yang satu di antaranya mengubah jalan hidup saya.

Dulu sewaktu mengenyam pendidikan dasar, cita-cita saya ingin menjadi Pastor, sebutan untuk pemimpin agama di lingkungan Gereja Katolik. Motivasinya kelampau nyeleneh, tak serius bak cita-cita dari orang-orang pada umumnya. Hal ini dipicu oleh suguhan akan makanan dan minuman dari Ketua Dewan Stasi, setingkat pengurus Gereja Katolik tetapi bukan dari kaum klerus di tingkat paling bawah dalam struktur Gereja Katolik, saat Pastor berkunjung ke tengah umat.

Saat itu Ayah kami menjabat sebagai Ketua Dewan Stasi. Tugas yang diembannya membuat ia amat sibuk dalam kehidupan Gereja. Hari Minggu ia selalu tampil di depan Gereja untuk memberikan pengumuman. Ia biasanya membantu Pastor dalam melancarkan urusan pelayanan di Gereja saat Pastor berkunjung ke Gereja kami untuk memberikan pelayanan rohani.

Advertisement

Seusai pelayanan di Gereja, rumah kami dijadikan tempat ramah tamah. Makanan yang dihidangkan oleh Ibu biasanya yang paling istimewa. Di dalam budaya orang Flores, Nusa Tenggara Timur, lazimnya makanan untuk Pastor selalu yang istimewa. Makanya di atas meja saat hendak makan siang bersama Pastor selalu ada mie ayam, ayam goreng, kerupuk dan jus. Seperti sedang ketiban rezeki nomplok, kunjungan Pastor menjadi hal yang selalu kami damba-dambakan di masa itu.

Buah dari keinginan untuk menjadi Pastor, saya ikut seleksi Seminari, semacam sekolah khusus untuk menjadi Pastor. Beruntung saya diterima. Setahun sempat berproses di dalamnya. Lalu dicedok. Saya pindah ke sekolah negeri di ibukota kabupaten. Melanjutkan pendidikan menengah atas di kota yang sama. Kemudian sempat memiliki keinginan lebih jauh untuk menjadi Pastor dengan mengikuti seleksi dari salah satu Ordo dalam Gereja Katolik, semacam tempat pendidikan untuk menjadi Pastor. Nahas, saya tidak diterima.

Advertisement

Setahun hidup di kampung. Menjadi pekerja serabutan. Terkadang menjadi buruh harian. Terkadang menjadi kondektur. Terkadang menjadi tukang ojek. Asalkan menghasilkan duit, seluruh pekerjaan diembat. Hidup memang sekeras itu.

Suatu waktu saat sudah tiba di titik jenuhnya tinggal di kampung, tibalah pada pilihan untuk melangkah ke tangga hidup selanjutnya. Bersama dengan Ayah, saya pergi ke salah satu kampus swasta di barat Pulau Flores. Tujuannya untuk mengikuti kursus komputer. Niatnya untuk melek teknologi agar makhluk lemah seperti kami dengan tulisan tangan kaya cakar ayam dapat diselamatkan.

Untung tak dapat ditolak, saat menginjakkan kaki di kampus itu, nuansa perkuliahan membius saya. Hiruk pikuk dunia perkuliahan menyadarkan saya untuk lekas berlabuh dalam dunia kampus. Saya memberitahukan pada Ayah agar di tahun ajaran berikutnya didaftarkan pada salah satu jurusan di kampus tersebut. Ayah tentu menyetujuinya. Ibu juga demikian. Saya lalu mendaftar. Masuk di jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Bermaksud menjadi Guru SD, sama seperti profesi dari Ayah.

Waktu terus melaju dengan proses perkuliahan yang terus bergerak maju. Awal perkuliahan kelampau santuy, terasa memberatkan di semester akhir. Namanya kuliah. Prosesnya tidak main-main, kita harus bekerja ekstra untuk menuntaskan seluruh proses yang ada di dalamnya.

Beruntung diselesaikan tepat waktu. Baik sekali kerja dari alam semesta. Kuliah selesai. Tantangan baru selalu hadir di dalam perjalanan hidup. Seusai kuliah tentu tidak baik kalau hanya rebahan setiap hari. Mencari kerja menjadi salah satu target yang diambil saat sudah menuntaskan perkuliahan.

Dua tahun saya sempat menjadi Guru di Pulau Andalas. Lalu pulang dengan segudang niat baik. Membangun kampung agar tidak dicap sebagai anak tanah yang durhaka. Saya pulang dengan terus merawat mimpi tanpa henti.

Sekarang kembali menjadi guru. Dengan status yang berbeda. Menjadi abdi negara. Awal tahun ini resmi menerima surat keputusan dari pemerintah daerah untuk mengabdi di salah satu sekolah. Status yang didapat melewati perjuangan yang panjang. Saban waktu saat hendak mewujudkannya dilumuri dengan suka dan luka.

Tahun ini, 2021 dengan penuh kejutan, dengan sejuta mimpi yang membawa berkah, terima kasih seribu. Tetap terbang tinggi wahai diri dengan mimpi-mimpi di tahun-tahun yang akan datang. Jangan mudah lelah, apalagi kalah. Semangat!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pecinta Kopi Colol dan Sopi Kobok. Tinggal di Manggarai Timur, Flores. Amat mencintai tenunan Mama-mama di Bumi Flobamora.

Editor

CLOSE