Cemburu Pertamaku

Ternyata benar adanya apa yang diucapkan orang-orang kepadaku; cemburu itu merupakan siksa paling nyata bagi para pecinta. Sekuat apa pun dihindari tetap saja rasa itu menghampiri. Naasnya, cemburu pertamaku ialah pada seseorang yang ada di masa lalumu. Tanpa aku minta, rasa itu ada. Rasa takut kehilanganmu. Khawatir jika dia mengembalikan kenanganmu –dengannya. Membuatmu menoleh ke belakang, kembali padanya.

Maaf jika sikapku keterlaluan. Mungkin kamu kaget melihat perubahan itu. Sepanjang hari kita baik-baik saja. Bertukar senyum seperti biasanya. Sepersekian menit keadaan berubah. Aku marah dengan wajah yang tak ramah. Bibirku dilucuti emosi hingga tanpa sadar melukai (hatimu). Padahal aku punya waktu untuk mencerna kata yang keluar dari bibirmu. Sayangnya sebelum otakku memaknai, emosi sudah merajai.

Keliru. Aku benar-benar keliru. Rupanya akal sehatku diracuni oleh rasa takut itu. Sesuatu yang sebenarnya tidak pantas untuk ditakuti. Tidak sepantasnya aku khawatir kamu kembali lagi, saat kita sudah saling berjanji. Tidak selayaknya aku cemas kamu melanjutkan cerita lama, saat aku –bersamamu– bisa membuat cerita baru yang lebih indah dari sebelumnya. Aku terlalu sibuk merisaukan masa lalumu, lupa kalau aku bisa menjadi masa depanmu.

Kedepannya masih banyak cemburu yang menunggu. Karenanya kita sama-sama saling menjaga. Jika memang cemburu itu membakar diriku, sabarlah menghadapi sikapku yang –terkadang– kanak-kanakan. Tapi, aku pun tidak mau egois. Aku juga akan berusaha mengubah diri. Meredam emosi. Mengendalikan hati. Dan jika cemburu itu menderamu, jangan ragu untuk menegurku!