Cerita Nostalgia, Ketika Aku Rela Bolos Sekolah Agar Bisa Berada di Samping Kedua Orang Tuaku

Teman-teman di sini ada yang orang tuanya tinggal di perkebunan? Entah itu kebun teh, sawit, karet, dan lainnya? Atau malah teman-teman sendiri yang bekerja di perusahaan perkebunan? Kalau begitu, pasti teman-teman bisa relate dengan ceritaku kali ini.

Advertisement

Ayahku adalah seorang pensiunan dari salah satu perusahaan perkebunan yang berstatus BUMN. Semasa mengabdi pada perusahaan, terhitung sudah lebih dari 10 kebun yang ayahku tempati sebagai tempat dinas. Bekerja di perusahaan perkebunan memang membuat kami sekeluarga harus pindah-pindah tempat tinggal. Dari tempat yang awalnya dingin seperti puncak, hingga ke tempat yang panas. Tapi, meskipun sering berpindah-pindah tempat, aku yang waktu itu masih kecil sangat menikmati momen-momen saat itu. Bertemu orang baru, menjelajahi tempat baru, dan tentunya daerah baru yang jauh dari rumah membuat aku bisa bolos dari sekolah dengan alasan mengunjungi orang tua hehe. Yang terakhir itu tidak patut ditiru, ya.

Lanjut cerita, biasanya rumah dinas yang disediakan perkebunan adalah rumah peninggalan zaman dahulu yang setidaknya lebih tua dari usia kakek-nenekku. Meskipun nggak semua kebun begitu, dan beberapa adalah rumah yang sudah diperbaharui, tapi tetap saja aura rumah zaman dulunya masih terasa. Perjalanan menuju perkebunan pun tidak kalah mencengangkan.

Beberapa kebun, seperti perkebunan karet berada di dalam area perkebunan yang dikelilingi hutan karet. Biasanya Ibu dan Ayahku berangkat malam hari dari rumah tinggal pribadi kami untuk menuju perkebunan dan sampai sekitar pukul 03.00 pagi. Jika aku ikut, maka aku akan duduk sendirian di kursi belakang. Bisa terbayang bagaimana rasanya? hihi. Anyway, aku sih biasa saja, hanya minta ibuku untuk memundurkan kursinya agar bisa bersebelahan denganku hehe.

Advertisement

Selain sisi yang cukup dirasa menyeramkan, kami pun memiliki kenangan-kenangan indah yang terkadang membuat kami merindukan masa-masa itu, khususnya untuk aku pribadi. Di perkebunan, pagiku dimulai dengan suara mesin pemotong rumput yang dijalankan oleh pekerja kebersihan, lalu disambut dengan bibi yang datang untuk membersihkan dan merapikan rumah. Ayahku tentunya sudah berada di kantor dan ibuku sudah pergi untuk mengurusi urusan organisasi ibu-ibu di perkebunan. Apa yang aku lakukan setelah bangun tidur? Ya makan. Setelah makan aku menyalakan tv, memindah-mindahkan saluran tv, lalu berjalan ke kulkas, mengambil cemilan, akhirnya karena tidak ada yang rame, akupun kembali tertidur sampai ibuku pulang. Mungkin itulah mengapa aku jarang merasakan ketakutan dan kesepian yang berlebih karena aku menghabiskan lebih banyak waktu di dunia mimpi daripada dunia asli.

Di perkebunan, letak rumah dan letak kantor tidak berjauhan, sehingga ayahku akan pulang ke rumah untuk makan siang dan istirahat. Sore menjelang malam sepulang ayahku bekerja, aku akan diajak untuk sekedar jalan-jalan dan membeli cemilan untuk menemani malamku. Sebagai anak bungsu yang kala itu menjadi anak satu-satunya di rumah, tentu aku mendapat perhatian lebih, bukan? hehe.

Advertisement

Oh iya, terkadang aku juga suka bermain sepeda mengelilingi area rumah. Ada satu jalan menanjak yang ingin aku taklukan, tapi karena tidak mampu akhirnya aku terjatuh. Tapi tenang, aku tidak malu, karena benar-benar tidak ada orang di daerah itu. Itulah enaknya tinggal di kebun, sepiii. Oh! Aku juga suka memetik buah rambutan di depan rumahku, buahnya lebat sampai kami bisa mengirimkannya ke keluarga hingga berkarung-karung.

Tinggal di perkebunan dengan kedua orang tuaku adalah hal yang menyenangkan. Tapi, aku tidak selalu bisa ikut orang tuaku karena aku masih harus bersekolah. Hal yang paling berat? tentunya ketika aku harus melihat orang tuaku pergi meninggalkan rumah. Rasa khawatir, rindu, ingin ikut, sedih, bercampur aduk. Itulah kenapa aku sering bolos sekolah, memang tidak baik, tapi pikiranku saat itu adalah aku merasa bahwa momen-momen dengan kedua orang tuaku tidak bisa terulang kembali dan jika aku tidak memanfaatkannya dengan baik, aku rasa itu akan menjadi penyesalan terbaikku di masa depan.

Saat ini, kedua orang tuaku sedang menikmati masa pensiunnya. Meski banyak kesalahan dan hal yang tidak sepatutnya aku lakukan dulu seperti bolos sekolah sampai dimarahi guru, tapi aku tidak menyesal karena aku bisa menghabiskan banyak waktu dengan orang tuaku. Tapi tetap, ya, apa yang aku lakukan tidak patut untuk ditiru!

Teman, doakan kedua orang tuaku ya agar bisa selalu sehat dan bahagia. Juga doakan agar aku dan kakak-kakakku bisa membahagikan mereka. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Just a jurnal of Dina's ordinary days. Stay be yourself, love yourself, and be kind to everyone!

CLOSE