#CerpenHipwee Perjuangan Untuk Keinginanku

Mereka seolah merendahkan dan tidak mendukungku

Namaku Ridho umurku sekarang 30 tahun aku terlahir dari keluarga yang sederhana.

Dulu aku memiliki suatu keinginan yang besar dalam cita-citaku yaitu ingin menjadi Arsitek. Namun, aku tahu bahwa ke adaan orang tuaku sangat sulit dalam keungan sehingga membuatku bimbang dalam mewujudkan mimpiku. Ayahku telah tiada waktu umur ku 7 tahun.

Advertisement

Masih ku ingat setiap hari selalu mengingatkanku bahwa kita tidak boleh meninggalkan kewajiban yaitu beribadah kepada Tuhan. Kemudian aku memasuki Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tepatnya pada umur 14 tahun saat itulah ibu ku menikah lagi dengan teman yang dulu menyukainya kebetulan ia adalah seorang duda yang istrinya juga meninggal karena sakit. Di suatu hari ketika aku sekolah pada jam istirahat tepatnya jam 9 pagi ada gerombolan teman yang mendekatiku salah satu dari mereka bernama Firman dia satu kelas denganku. Kemudian mereka menyuruhku untuk mengasih uang kepadanya. Aku yang melawan karena tidak mau Firman ramai-ramai mengajak teman-temannya untuk memukul ku dan akhirnya aku babak belur karena baku hantam dengan mereka. Esok harinya aku dipanggil guru BK untuk ke ruangannya.


"Apa yang kamu lakukan kemarin Dho?" tanya Bu Ningsih (Guru BK).

"Saya dipukul ramai-ramai bu" ucapku.

"Apa masalahnya?" tanya Bu Ningsih.

"Mereka meminta uang kepada saya namun saya menolak untuk mengasihnya" ucapku.

"Yasudah, sekarang kamu kembali ke kelas" kata Bu Ningsih.

"Baik bu" ucapku.


Advertisement



Kemudian aku kembali ke kelas dan hidupku kembali normal seperti dulu lagi tidak ada konflik antar teman. Satu tahun kemudian aku lulus SMP aku memutuskan untuk melanjutkan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan Jurusan Teknik Gambar Bangunan yang dekat di daerah tempat tinggalku. Saat itu aku mulai mengenal banyak teman baru, dan banyak mendapatkan pengalaman baru yang belum aku ketahui sebelumnya, teman akrabku bernama Fajar dia teman yang baik, asyik dan peduli sesama. Tiga tahun kemudian kami lulus dengan nilai diatas rata-rata dan akhir nya kami pun terpisah kan. Saat itulah aku mulai berpikir bagaimana aku mampu mewujud kan cita-citaku untuk masa depan. Aku memutuskan untuk melanjut kan kuliah dengan mengambil Jurusan Arsitek.

Namun, di sisi lain orang tuaku tidak percaya dan yakin kepadaku dengan keputusan yang aku ambil saat itu. Mereka seolah merendahkan dan tidak mendukungku. Pikiran ku sangat kacau aku ragu dan ikut dalam ucapannya. Namun aku selalu berdoa kepada Tuhan dan yakin pertolongannya akan selalu ada dalam situasi apapun, akupun tetap kokoh dengan semangatku untuk melanjutkan kedepannya. Tidak hanya orang tua ku tetapi juga tetanggaku tidak percaya aku mampu masuk ke jurusan itu. Hanya teman baikku yaitu Fajar satu-satunya teman yang mendukungku. Hal itu yang membuat diriku berambisi besar dan mempunyai semangat yang lebih untuk membuktikan kepada mereka semua bahwa aku mampu. 

Advertisement

Hari demi hari berganti, aku pun mencoba mencari universitas terbaik pilihanku, akhirnya akupun menemukan namun, aku tidak lolos dalam seleksi masuk ke universitas tersebut. Kemudian aku mencoba mencari universitas lain. Setelah beberapa kali mencoba dan akhirnya aku diterima di salah satu universitas. Kemudian aku memberi kabar kepada orang tuaku dan mereka hanya mengucapkan selamat saja dengan wajah yang biasa sepertinya ragu padaku.


" Kita ini bukan orang kaya, bagaimana kamu mampu dan yakin kalau kamu bisa kuliah?" kata ibu.

"Ada Tuhan bu, Ridho kuliah juga akan sambil kerja" ucapku.




Tekad dan semangat ku tidak akan pernah patah, aku akan membuktikan kepada mereka bahwa aku bisa menjalaninya sendiri. Beberapa bulan kemudian aku mulai masuk perkuliahan. Aku kuliah sambil berjualan makanan ringan. Di kampus aku bertemu lagi dengan teman SMP yang dulu pernah memukulku sampai di panggil ke ruang BK yaitu Firman. Dia lewat di depanku dan menyapaku.


"Kamu kuliah disini juga?" tanya Firman.

"Iya nih" ucapku dengan nada cuek.

"Jurusan apa?" tanya Firman.

"Arsitek " uacpku.

"Arsitek ? hahaha hebat bener apa bisa kamu paling nanti juga keluar karena susah bayar kuliah inget kamu orang miskin! " akupun hanya terdiam dengan rasa kesal di dalam hati, namun aku berpikir mungkin ini adalah tantangan bagiku.


Firman pun pergi berjalan keluar kampus.

Waktu berjalan, tiba saat nya aku lulus kuliah dengan mendapatkan nilai terbaik. 

Ibu dan ayahku akhirnya bangga dengan perjuanganku yang selama ini berjuang sendiri dengan cacian dari orang sekitar yang tak pernah percaya bahwa aku mampu. Kini akupun membuktikan itu semua dengan keberhasilanku. Suatu hari setelah lulus, aku mencari pekerjaan dengan datang langsung ke perusahaan yang sedang butuh karyawan. Dalam perjalanan aku mengalami kecelakaan karena rem motorku rusak hingga menyebabkan aku jatuh dan tanganku mengalami patah tulang sehingga akupun dirawat di rumah sakit. Ada perusahaan yang menerimaku namun, aku menolaknya karena keadaanku belum sembuh. Hari demi hari pun berlalu  6 bulan sudah aku sakit tanganku tidak bisa memikul benda yang berat. . Tiba-tiba teleponku berdering kulihat nomor telepon tidak dikenal.


"Halo Ridho bagaimana keadaanmu? Ini aku Fajar, aku dengar kamu kecelakaan" ternyata Fajar.

"Iya aku kecelakaan udah lama. Ini sudah mendingan tapi belum sembuh total, eh ada apa tumben?" ucapku.

"Aku ingin ngasih kabar kalau temanku sedang membutuhkan lulusan Arsitek yang siap kerja, ku rasa ini adalah kesempatanmu" ucapnya.

"Iya makasih ya untuk informasinya tapi aku ragu kan aku belum sembuh total" kataku.

"Coba dulu siapa tahu beruntung ya kan" ucapnya.


Kemudian tidak lama kami berbincang akhirnya aku berpikir untuk mencoba melamarnya keperusahaan itu. Esok hari nya aku datang ke kantor itu ternyata memang benar masih membutuh kan lulusan Arsitek. Satu minggu kemudian aku menerima telepon dari kantor tersebut ternyata aku lolos seleksi. Kemudian aku bekerja dengan gajian yang lumayan sangat cukup dan orang tuaku bangga melihatku sukses. Beberapa perusahaan besar di Indonesia dan luar negeri ingin mengontrakku untuk membuat proyek pembangunan gedung, akupun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Kemudian dalam dua tahun saja aku mampu membeli rumah serta mobil untuk masa depanku dan sejak saat itu hidupku sangat berkecukupan. Akhirnya aku hidup bahagia dengan banyak cerita dan penuh perjuangan dalam kehidupanku.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE