Dalam nestapa
dibawah langit semesta
Dirinya bercengkrama dengan sejuta makhluk ciptaan Nya
Dia dan pena-nya
Dia dan kepiawaian-nya
Dia adalah AKU
Yang kini hanya membisu
Menulis sebuah cerita yang syahdu
Eh bukan cerita hanya coretan belaka
Gadis yang punya sorot mata tajam penuh makna
Gadis dengan tanda lahir dileher cantiknya
Seakan mempesona setiap orang yang memandanginya
Aku lah Senja
Sembilan bulan aku bersenyawa dalam perut ibunda. Tempat yang begitu gelap kurasa.
Goa kecil yang menjadi tempatku bertahta.
Hingga bernyawa dalam dunia fana.
Di taman desa yang dulunya hutan belantara.
Dari kecil aku selalu bermain disana.
Mengejar kupu-kupu cantik.
Menerobos semak-semak.
Menghilang dan muncul dari balik pohon yang berjajar banyak.
Masa itu penuh canda tawa dulu
Masa yang begitu berharga bagiku.
Masa yang mungkin tak bisa diulang oleh waktu.
Segala kenangan itu masih terpatri dalam sanubariku.
Tentang laki-laki kecil itu.
Kala itu dia berhenti menorehkan kuas di kanvas demi menolong ku.
" aduhh "
" kamu tidak apa-apa ? "
Dia memapahku saat itu dan dengan cekatan mengobati lukaku.
" tahan ya… "
Namun berkat semburat emas menghilang, aku pergi meninggalkan dirinya di tempat itu.
Walaupun sesekali aku dengar dia berteriak " siapa namamu ? ".
Aku tidak pedulikan teriakan itu dan terus menyeret pelan kaki untuk segera pulang kerumah tercinta.
Mengingat masa itu bikin hatiku rindu.
Membuatku candu mengunjungi tempat itu.
Sampai detik ini pun aku tidak lelah menunggu. Ditempat yang sama.
Tempat yang sudah diubah situasinya.
Kini aku hanya menikmati semua kondisi.
Sendiri. Sepi. Sunyi.
Hanya gemerisik angin yang setia menemani.
Namun waktu tidak bisa ditunggu terlalu lama.
Akhirnya setelah lulus SMA.
Aku datang ke kota dan bekerja disebuah media ternama. Perusahaan radio Talenta.
Berawal dari keinginan aku untuk mencari laki-laki masa lalu itu.
Tapi sudah setahun berlalu bahkan aku tidak tau keberadaan nya.
Aku hanya menemukan sosok baru yang nyata dihadapan aku.
Samudra namanya.
Dia karyawan baru di tempat kerjaku.
Dia baik. Perhatian. Walaupun terkadang menyengkelkan namun sepertinya aku menyukainya.
Hehem. Tapi mencintai dia tidak semudah menyirami tanaman.
Perlu untuk sabar dan tenang.
Perlu menahan diri dan bersikap sewajarnya.
Seiring berjalannya waktu kami saling bersama. Saling bercanda tawa melupakan sejenak ingatanku tentang laki-laki kecil waktu itu.
Tapi ketika aku benar-benar yakin cintaku untuk dia dan dia sudah memberiku cinta sesungguhnya.
Dia pergi begitu saja.
Hanya meninggalkan ku sebuah batu ukir sebagai tanda cinta.
Batu itu unik, bertuliskan kata ' DETIK TANPA JEDA '
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”