Dewasa Itu Membosankan? Mungkin Kita yang Masih Kekanak-Kanakan

Mungkin banyak orang yang bisa beropini tentang apa yang sudah dijalani di masa dewasanya. Mungkin banyak juga orang yang bisa mengeluh banyak sehabis bergelut dengan kedewasaannya. Mungkin juga banyak yang bisa berkomentar sinis serta minta dikembalikan dalam pengandaian kepada masa kecil. Walau waktu dan umur bukanlah mainan, tapi harapan-harapan konyol itu masih saja ada.

Advertisement


Lebih enak jadi anak kecil ah! kata Mereka.

Iya nggak perlu pusing ini itu, main aja pulang tidur

Pusing sama kerjaan, apa itu work life balance?

Advertisement

Hubungan juga ga direstui

OVT banget deh!


Advertisement

Begitu kata mereka dengan seyakin-yakinnya. Ya, benar sih nggak perlu mikirin cinta-cintaan, kewajiban pekerjaan, semakin bertambahnya usia yang sejalan dengan bertambahnya beban hidup, tanggapan orang lain, dan apa pun itu.

Begitu katanya. Di manapun itu mereka bilang begitu. Mereka yang bilang begitu rata-rata sudah menuju dewasa atau bahkan sudah dewasa. Apa mereka tak tahu ya jika masa kanak-kanak itu beda dengan masa dewasa? Dengan bercermin juga apa mereka belum tahu? Perubahan fisik dan kewajiban juga sudah lekat, lo.

Ya, saat masa kanak-kanak memang kita hanya bisa menerima dan mendapat hanya soal hak, hak dan hak. Namun, di masa dewasa ini kita harus bertemu tema yang baru yang bernama kewajiban, perjuangan, dan memberi. 

Orang tua kita pun bisa memberikan yang terbaik karena belajar, berjuang, dan memenuhi kewajibannya. Anggap saja tongkat estafet kepada generasi yang berikutnya. Ya, anggap saja begitu. Semua adil kok, jadi tiap-tiap orang mengalami dua fase. Tak kurang dan tak lebih.

Lalu, apa yang membuat orang-orang sangat membenci kedewasaan? Apa karena sudah bertemu titik jenuh? Apakah karena seorang yang menyerah? Apakah karena pelampiasan lelah saja? Atau karena kaget yang sementara dari masa transisimu? Entahlah.

Satu hal yang sudah pasti ialah bahwa peran manusia berbeda setiap waktunya. Semua juga berganti dan terganti pada akhirnya. Anak-anak itu adalah generasi yang wajar, tapi kekanak-kanakan itu mungkin yang tak wajar. Siapa yang tak benci dengan kekanak-kanakan? Setiap orang suka anak-anak, tapi benci dengan kekanak-kanakan.

Setiap orang suka dan gemas dengan anak kecil yang manja, tapi benci dengan orang dewasa yang ingin dimanja melulu. Setiap anak kecil juga terlihat wajar jika meminta dan meminta, tapi tidak dengan orang dewasa. Setiap anak kecil memang hanya bisa bermain sambil bermimpi tanpa beban, tapi saat dewasa, semua harus dihentikan.

Jangan merasa bermasalah melulu. Ini wajar karena tak cuma dirimu saja yang bermasalah. Jangan merasa berat melulu karena semua yang dijalani pasti ringan menuju besar. Jangan manja melulu karena saat dewasa adalah waktunya menunjukkan untuk mandiri. Jangan mengeluh melulu, cukup dan sudah diam. Mengeluh hanya saat masa kecil saja.

Mungkin kita yang masih kekanak-kanakan. Jika ada masalah lebih memilih mengadu, menghindar, dan pulang ke rumah bersembunyi. Jika ada yang sulit, hanya ingin orang lain menyelesaikannya dan protes supaya dibuat mudah melulu. Jika mendapatkan sesuatu yang tak diinginkan malah merengek dan mencerca nasib atau takdir layaknya anak kecil yang tak mendapat hadiah terbaik.

Padahal dewasa itu adalah mencari hikmah, pelajaran, dan diri yang lebih stabil serta mengerti situasi. Mengendalikan diri dan terampil dalam menghadapi hal terburuk pun dengan versi terbaik adalah menyelesaikan sesuatu dengan gaya. Bukankah itu keren? Bukankah gaya seseorang dalam menyelesaikan, menghadapi, dan bertarung dengan hidup itu adalah yang terbaik? Jangan terlalu lama dalam masa peralihan. Transisi itu harus menyesuaikan dengan sekitar dan waktu.

Masih mau jadi anak kecil lagi? Yakin tak malu? Kalau menjadi anak kecil melulu, apa bisa kamu menggapai mimpi yang sedang dimimpikan? Atau hanya mimpi dan tidur membawa khayal lagi? Kalau menjadi anak kecil melulu, apa yang bisa kamu tunjukkan kepada orang-orang tersayang yang ingin dibanggakan? Selamanya menjadi anak kecil bukankah malah merepotkannya?

Mungkin beberapa orang hanya membayangkan kesenangan dan kebahagiaan pada saat Ia sedang terpuruk. Jadi, khayalan dan angan-angan itu cuma fatamorgana saja.

Ayolah, dewasa itu menyenangkan. Terlihat ataupun terasa menyenangkan maupun menyedihkan itu tergantung pada situasimu saat ini. Apakah iya ketika kecil tak pernah merasa sedih? Apakah iya selama menjadi dewasa tak ada kesenangan dan kebahagiaan sedikitpun? Semuanya stabil kok.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Bukan Penulis Tapi Si Kritis

CLOSE