Dua Jam Sebelum Kematian Yudi

Sebagian orang mungkin menganggap spele dengan masa-masa SMA. Entah itu karena mereka  kurang bergaul atau mungkin karena fokus belajar.

Sebagian orang mungkin menganggap spele dengan masa-masa SMA. Entah itu karena mereka  kurang bergaul atau mungkin karena fokus belajar sehingga masa-masa SMAnya kurang bahagia.

Advertisement

Berbeda dengan Ferdi yang mempunyai segudang kenangan di masa-masa SMAnya. Siapa sih yang nggak kenal Ferdi di waktu SMAnya? Iya lho, anak nakal yang suka bolos hanya karena kecanduan bermain kartu.

Namun dibalik segudang kenangan yang Ferdi punyai, ada satu kisah pilu yang takan pernah bisa pudar di ingatannya.

Saat itu sepulang sekolah, Ferdi dan teman-temannya nonkrong di warung kopi dekat sekolah.

Advertisement

“Gimana ulangan harian tadi, dapat nggak?” tanya Yudi kepada Ferdi.

“Gimana mau dapat, pas ujian berlangsung saja dia ngorok,” celoteh Bayu sambil tertawa.

Advertisement

“Yaa gimana ya. Habisnya pengawas ujiannya cantik, suaranya merdu lagi, makanya aku sampai ketiduran,” ngeles Ferdi.

“Ciee elahhh!” sahut Yudi sambil menggunakan raut wajah mengejek.

“Biarlah, tetap cantik kok dimataku,” cengengesan Ferdi sambil menghayalkan pegawas ujiannya tersebut.

Namun ditengah asik-asiknya bercekrama, telepon genggam Yudi yang memiliki dua speaker itu berdering sangat keras.

Tet. Teet. Teeet. Teeeet suara telepon genggam Yudi.

“Iya bang, ada apa?” sahut Yudi dalam percakapan telepon genggamnya itu.

“Dik. Besok ada razia gabungan, jadi knalpotmu yang brisik itu tolong diganti ya!” kata abang Yudi selaku polisi di Kota Padang pajang.

“Oke bang,” balas Yudi sambil menutup teleponya.

Mendengar perintah abangnya itu, Yudi meminta izin pamit pulang lebih awal kepada teman-temannya.

Guys aku pulang duluan nggak papa kan?” tanya Yudi kepada Ferdi dan Bayu.

“Lah kok cepat kali, bentar lagi lah,” ucap Bayu.

10 menit kemudian.

Karena didesak waktu, Yudi mencari waktu yang pas untuk mengecoh teman-temannya. Ia berniat ingin pulang tanpa sepengetahuan teman-temannya.

Ketika Ferdi dan Bayu sedang asik-asik bercerita, Yudi menjalankan aksinya dengan berpura-pura memperbaiki knalpot motornya. Sekali-sekali Yudi juga mengetes motornya ke jalan raya.

Melihat teman-temannya mulai terlengah, Yudi berangsur-ansur mengambil tas dan helmnya yang kebetulan tidak jauh dari tempat ia memperbaiki motor.

Merasa ada yang aneh karena suasana sepi, Ferdi menanyakan keberadaan Yudi kepada Bayu.

“Eh Yudi tadi ke mana?” tanya Ferdi kepada Bayu sambil menoleh kiri kanan.

“Iya ya. Pulang kok nggak pamit sama kita,” jawab Bayu.

“Ya udahlah, mungkin dia lagi ada keperluan penting,” balas Ferdi sambil menenangkan Bayu.

Tidak lama selang waktu berjalan, matahari pun mau tenggelam. Warna langit memerah seakan-akan mengisarakatkan untuk segera menunaikan sholat magrib. Sehingga Ferdi dan Bayu memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.

Seusai maghrib, ayah Ferdi bercerita tentang kejadian yang ia lihat tadi sore.

“Ferdi, sepulang kerja tadi kan ayah lewat Kota Padang panjang, terus ayah melihat pemuda memakai baju seragam SMA tergeletak di emperan jalan. Kayaknya habis kecelakaan”.

“SMA mana yah?” tanya Ferdi sambil mengotak-atik telepon genggamnya.

“Kayaknya SMA kamu, soalnya dia memakai baju batik khas SMAmu.”

“Ah masak sih yah” jawab Ferdi dengan santai.

Tak lama kemudian, Ferdi menerima pesan WhatsApp dari salah seorang teman sekampungnya Yudi. Ia mengatakan Yudi kecelakaan dan mengalami luka yang cukup serius, sehingga harus dibawa ke rumah sakit terdekat.

“Hah apa jangan-jangan yang diceritain ayah tadi Yudi? Ah nggak mungkin” gunyam Ferdi dalam hati.

Awalnya sih Ferdi nggak percaya. Namun karena hati gelisah, Ferdi pun langsung menanyakan kebenaran informasi tersebut kepada Bayu melalui telepon genggam miliknya.

“Wei aku dapat kabar Yudi kecelakaan,”

“Hah kecelakaan? Bercanda kau jangan kelewatan,” jawab bayu sambil cengengesan.

“Aku serius! Aku dapat kabar Yudi kecelakaan dalam perjalanan menuju rumahnya, sore tadi,” jawab Ferdi dengan nada suara yang agak tinggi sambil melempar telepon genggamnya kedinding.

Ferdi terduduk di sudut kamarnya. Ferdi mengacak-ngacak rambutnya, menandakan betapa kacaunya pikiran Ferdi.

Kring. Kring. Kring bunyi suara telepon genggam Ferdi dari Bayu.

“Kau masih mau bercanda?” jawab Ferdi dengan emosi.

“Sudah lupain yang tadi! Aku sudah menelpon abangnya Yudi. Katanya iya,” cakap Bayu dengan terbata-bata.

“Iya apa? Kau kalau ngomong jelas-jelas dong,” sanggah Ferdi.

“Iya Yudi kecelakaan dan sekarang dia dibawa ke rumah sakit,” jawab Bayu sambil menangis.

Tanpa pikir panjang Ferdi langsung menutup teleponnya dan bergegas menuju rumah sakit tempat Yudi dilarikan.

Namun, dalam perjalanan menuju rumah sakit. Bayu kembali menelpon Ferdi. Bayu memberitau Ferdi bahwa Yudi sudah meninggal dan sekarang jenazahnya sudah dibawa ke rumah duka.

Mendengar kabar seperti itu, telepon genggam Ferdi terlepas dari genggamannya.

Telepon genggam Ferdi tercerai-berai di atas aspal. Ferdi tersipuh, air matanya tak terbendung lagi, Ferdi menangis dan berteriak kepada semua ini bisa terjadi.

“Kenapa begitu cepat Tuhan, belum sampai 2 jam berlalu, sahabat yang bercanda tawa selepas-lepasnya denganku tadi telah tiada. Kok bisa tuhan? Kok bisa?” teriakan Ferdi sambil menangis merengek-regek.

Tak lama kemudian, Bayu datang dari arah yang berlawanan. Bayu melangkah ke arah Ferdi bersipuh.

“Ayo kita pergi dari sini sahabatku!” ajakan Bayu sambil memaksa dirinya untuk senyum.

Keesokan harinya seusai sholat zuhur, almarhum Yudi disholatkan. Jenazah disegerakan untuk di makamkan. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan  Ferdi, selain mengikhlaskan dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Beberapa minggu kemudian.

Hari terus berlalu. Waktu terus berjalan, tapi bayangan almarhum Yudi masih melekat di benak Ferdi. Banyak orang yang memprediksi Ferdi akan gila karena tidak bisa melupakan sosok Yudi. Namun apalah daya Ferdi, seorang remaja yang sedang merindukan seorang sahabatnya.

Tidak ingin melihat sahabatnya gila, Bayu berusaha mengajak teman-teman SMAnya untuk menghibur dan memotivasi Ferdi. Bayu dan teman-teman yang lain berusaha mengalihkan perhatian Ferdi, sehingga Ferdi bisa melupakan kenangannya dengan Yudi.

Usaha yang dilakukan Bayu cukup efektif. Sekarang, semangat hidup Ferdi sudah mencuak kembali. Ferdi sekarang sudah terbuka lagi, dan sesekali ia bergabung bermain dengan teman-teman SMAnya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE