Gula Bikin Kecanduan? Ini Penjelasannya!

Makan-Minum

Mungkin kita semua sudah tahu bahaya dari rokok, narkoba, dan alkohol. Mulai dari kecanduan hingga menyebabkan kematian. Namun, ada satu hal lagi yang sama-sama membuat kecanduan dan sama-sama mematikan. Kita semua yakin bahwa kita pernah dan sering mengonsumsi bahkan selalu ada di dapur rumah kita. Apakah hal itu? Jawabannya adalah gula.

Advertisement

Sebagai bahan makanan, gula bertanggung jawab atas meningkatnya tingkat obesitas yang ada di Indonesia. Konsumsi gula berlebih juga menjadi faktor utama munculnya penyakit diabetes serta penyebab utama kematian di Indonesia. Menurut John Yudkin, gula diartikan sebagai pure, wide,and deadly, yang mengungkap bahaya dari gula. Banyak dari kita sudah sadar akan bahayanya gula jika dikonsumsi secara berlebihan, namun kenyataannya gula tetap menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan bagi hidup semua orang. 

Apa Alasan Gula Diciptakan?

Kalau gula itu berbahaya bagi kesehatan tubuh kita, lantas mengapa tidak dibatasi penggunaannya? Kita tahu bahwa gula jika dikonsumsi secara berlebihan akan menyebabkan diabetes dan obesitas, namun mengapa susah sekali untuk lepas dari gula? Apakah ada sesuatu dibalik gula? Pada zaman dahulu, manusia bertahan hidup dengan cara berburu dan meramu. Makanannya adalah daging dan buah. 

Advertisement

Sampai pada tahap bercocok tanam, dari situlah kita mengenal dan mulai mengonsumsi karbohidrat. Gula pada umumnya adalah karbohidrat, yang sebenarnya juga ada pada nasi, kentang, bahkan buah-buahan. Badan kita akan mengubah karbohidrat menjadi glukosa, yang tentunya akan menjadi sumber energi kita. 

Jadi tubuh kita butuh gula atau tidak? Jawabannya antara iya dan tidak. Karena apabila berbicara mengenai glukosa atau gula yang ada dalam tubuh, memang makanan yang kita konsumsi akan diubah menjadi energi. Namun, apabila batas minimum dari gula yang manusia butuhkan sudah terpenuhi, apakah kita butuh gula tambahan? 

Advertisement

Sebenarnya, tubuh kita pada umumnya tidak membutuhkan gula sama sekali. Faktanya, gula tambahan ini sebenarnya memasuki tubuh dan kehidupan kita secara tidak sengaja karena, manusia dari dahulu suka makanan dan minuman yang manis. Sampai ada pada titik manusia menemukan dan menanam tebu. Perlahan-lahan lezatnya tebu mulai terdengar dari New Guinea, hingga menyebar di berbagai negara. 

India tercatat sebagai negara pertama yang menciptakan resep dari gula, dan perlahan resep ini mulai menyebar ke wilayah Arab dan Mediterania. Negara yang memopulerkan gula adalah bangsa portugis, sampai akhirnya mereka sadar bahwa tebu juga bisa ditanam di wilayahnya, Brazil. Sampai pada akhirnya, Brazil menjadi negara yang mendominasi produksi gula.

Konspirasi di Balik Gula 

Masalah muncul ketika fakta dari gula ini mulai terdengar. Dimulai dari salah satu presiden Amerika Serikat yaitu Dwight Eisenhower, yang mengalami serangan jantung. Dia menceritakan cerita yang dia alami ke depan publik, sehingga akhirnya dokter memberikan press conference terkait dengan hal yang dialami presiden Amerika Serikat ini, serta cara agar terhindar dari serangan jantung. Ada tiga cara, yaitu berhenti merokok, kurangi mengonsumsi makanan berlemak dan berkolesterol. 

Menurut Ancel Keys, penyakit jantung disebabkan oleh lemak yang berubah menjadi kolesterol, menumpuk di jantung, sehingga menyebabkan jantung tersumbat, berhenti memompa darah, dan akhirnya timbul penyakit stroke. Benar tidak sih penyakit jantung disebabkan oleh lemak dan kolesterol? Jawabannya benar. Tetapi, lemak dan kolesterol sebenarnya dari mana? 

Ada seorang peneliti yang meneliti tentang penyakit jantung yang skeptis. Akhirnya, dilakukan sebuah penelitian dan ternyata makanan yang paling berbahaya dan mengakibatkan kematian adalah gula. Jadi, hasil riset menunjukkan bahwa gula lebih berbahaya daripada lemak.

Efek Samping Dari Gula 

Ada beberapa makanan yang memang bagus dan ada beberapa yang kebanyakan, namun menjadi buruk. Gula sama-sama membuat seseorang menjadi rentan terkena penyakit jantung. Mengapa? Karena gula digemari oleh semua orang. Di Industri gula, gula menjadi komposisi yang sangat dibutuhkan untuk membuat berbagai macam minuman serta makanan. 

Pada zaman sekarang, masalahnya bukan lagi tentang kita tidak bisa mendapat makanan, tidak dapat informasi, justru kebanyakan pada keberlimpahan sesuatu. Entah itu gula, informasi, dan lain-lain. 

Lalu, Bagaimana Solusinya?

Banyak pihak yang mulai sadar, termasuk pemerintah di luar negeri. Sejak tahun 2018, pemerintah luar negeri mulai menerapkan pajak gula. Misalnya, ketika kamu menjual gula lebih lima gram, maka kamu harus membayar denda pajak, dan lain sebagainya. Akhirnya, 50% perusahaan dari kebijakan tersebut sepakat untuk mengurangi jumlah gula. Selain itu, konsumsi gula juga turun 10%.

Sebuah solusi terbaik, walaupun di Indonesia sebenarnya ada wacana ingin menerapkan hal yang sama. Namun, wacana ini belum bisa diterapkan dengan baik di Indonesia. Banyak reaksi serta perdebatan yang timbul, salah satunya dari ketua gabungan pengusaha makanan dan minuman seluruh Indonesia yang mengatakan bahwa tidak ada data yang di mana ketika kita menerapkan sugar tax bisa mengurangi obesitas dan risiko penyakit kronis.

Lihat dan fokus pada hal-hal yang bisa kita kontrol serta mulai dari skala diri kita sendiri. Kita memiliki kendali dan kebebasan untuk hidup kita dengan memilih untuk hidup sehat setelah tahu apa dampaknya di kehidupan selanjutnya, Jangan hanya merujuk pada satu sumber yang belum tentu terbukti kebenaran serta keberhasilannya di dunia nyata, cari dan riset kembali sumber lainnya, serta hidup dengan bahagia dan damai. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE