Hal-Hal Penting dalam Memulai Perjalan dan Mendokumentasikannya ke Bentuk Tulisan

Sebuah Pembukaan

Belakangan ini, saya berpikir untuk memuat catatan pribadi yang telah saya kumpulkan pada sebuah berkas dalam ponsel ke dalam lembar situs jejaring sosial. Memang bukan catatan yang mewah, tetapi saya harap para pembaca dapat menikmati serta mengambil manfaat dari tulisan saya.

Advertisement

Selamat menikmati …

Bagan

Mau tak mau, atau dengan sedikit terpaksa, untuk sebuah rencana sebelum melancong, menjadi kudu hukumnya. Bagi Anda yang tidak terbiasa mengerjakan pekerjaan yang terstruktur, cobalah untuk melakukannya sesekali. Hal mendasar yang menjadi telah menjadi rahasia umum di kalangan umat manusia. Namun, bagi beberapa orang yang lebih memilih untuk bepergian dengan sedikit rencana, atau bahkan tanpa rencana sekalipun, bukanlah suatu hal yang tidak dapat dibenarkan.

Advertisement

Akan tetapi, alternatif tersebut dilakukan dengan tidak sebenar-benarnya tanpa sepeser rencana sekalipun. Kenapa? Dari sebuah riset kecil yang saya lakukan, mereka yang katanya melancong tanpa sebuah bagan ternyata menginvestasikan rencananya pada sangon (dalam hal ini adalah uang). Jumlah uang yang dibawa melancong nantinya akan dikalkulasi tiap usai melakukan transaksi. Sisanya dapat dialokasikan untuk kebutuhan lain selama perjalanan hingga beres.

Instrumen

Advertisement

Semua sudah muat di dalam tas gunung. Jika Anda adalah tipikal pelancong yang kurang senang dengan tas koper sama seperti saya, tas gunung dapat menjadi salah satu opsi yang memberikan sebuah kesenangan. Karena, sudah menjadi adat bagi saya, untuk menggunakan tas gunung saat melakukan perjalanan jauh.

Pasalnya, tas gunung lebih mudah dibawa dan lebih ramah lingkungan, alias tidak menyita banyak ruang untuk diletakkan ataupun dijinjing. Membawa barang dengan jumlah besar tidak jadi masalah, pelbagai daya tampung (30 liter, 80 liter bahkan 100 liter) dapat ditakar sesuai keperluan maupun daya tahan dari si pemakai.

Kuliner

Berdasarkan data yang bersumber dari kompas.com: Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Republik Indonesia mencatat bahwa subsektor kuliner berkontribusi 41,4 persen dari total kontribusi perekonomian kreatif Rp. 922 triliun pada tahun 2016. Jumlah tersebut merupakan jumlah tertinggi jika dibandingkan 16 subsektor lain di Bekraf RI. Luar biasa! Kuliner masa kini sudah merajalela dan menjelma sebagai destinasi wisata dengan anggaran belanja yang tidak bisa di-remeh-temeh-kan.

Jadi, baiknya Anda yang ingin melancong menikmati wisata alam sembari berdarmawisata perut, siapkanlah dana lebih dari perencanaan seperti yang telah saya paparkan di atas. Perencanaan adalah pokok yang utama: Mau ke mana? Dengan apa ke sana? Makan apa? Dadakan atau tidak? Utamakan perencanaan dulu agar tidak ada kemubaziran. Setelahnya, silahkan bawa barang-barang yang hanya benar-benar Anda perlukan.

Jika diperkenankan, pada bagian terakhir tulisan ini, saya ingin mengutip tulisan dari Agustinus Wibowo dalam Titik nol: "Dari Titik Nol kita berangkat, kepada Titik Nol kita kembali. Tiada kisah cinta yang tak berbubuh noktah, tiada pesta yang tanpa bubar, tiada pertemuan yang tanpa perpisahan, tiada perjalanan yang tanpa pulang".

Sekian.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Manusia yang tersusun dari macam-macam manisan, coklat, juga beberapa mete dan butir-butir cokelat kecil yang ukurannya beragam. Suami dari istri yang menawan. Masih belajar dan banyak mendengar.

CLOSE