Hati-hati Mengenai Privasi! Sharing Boleh, Oversharing Jangan!

The BTS has officially joined Instagram! Bertambah lagi satu alasan untuk jadi lebih betah berselancar di Instagram, right? Media sosial dan manusia sekarang menjadi dua hal yang sulit untuk dipisahkan satu dengan yang lain. Fitur-fiturnya yang semakin canggih membuat penggunanya merasa betah untuk bermain-main, tapi itu hal yang wajar karena namanya manusia pasti senang kalau dirinya merasa terhibur. 

Advertisement

Dengan adanya media sosial kita jadi seperti punya panggung untuk menampilkan apapun yang kita mau, kita punya dan kita bisa. Mau unjuk keterampilan masak? bisa, punya suara merdu trus pengen nyanyi? Boleh, bahkan sekedar share lagu kesukaan doang boleh kok, you can do anything you want, the stage is yours. Lantas, siapa yang bisa menonton pertunjukan kita? The whole world, dear! 

And that makes us the society of spectacle. Apa itu? 

Budaya tontonan menjadi salah satu ciri masyarakat postmodern, dimana masyarakat mengekspresikan diri melalui media dengan cara mempertontonkan dirinya (Chaney dalam Suyanto, 2013)  Media mempermudah jalannya konsep masyarakat tontonan karena kembali lagi, dengan fitur-fiturnya yang semakin canggih maka semakin mudah pula bagi penggunanya untuk bereksplorasi. Secara tidak sadar kita membagikan kehidupan sehari-hari kita ke seluruh dunia, di era modern ini hampir semua orang punya akses untuk melihat apapun itu yang ada di media sosial. 

Kayaknya kalau lagu bangun tidur diciptakan di tahun 2020-an liriknya bukan bangun tidur ku terus mandi, tapi bangun tidur ku terus update. Lebih afdal lagi kalo pake caption i woke up like this, padahal sebelum selfie touch up dulu dikit biar gak muka bantal banget, am i right? Tapi itu nggak apa-apa, sejatinya kita pasti ingin memperlihatkan sisi terbaik hidup kita ke seluruh dunia walau kesannya seperti fake tapi begitulah realitanya sekarang. Semua dikonstruksi demi konten. 

Advertisement

Anyways, ada banyak contoh yang membuktikan bahwa kita adalah bagian dari masyarakat tontonan. Kalau dulu, budayakan doa sebelum makan. Sekarang, budayakan foto (plus upload) sebelum makan. Pas denger lagu bagus di Spotify, langsung share di Instagram story lengkap dengan penggalan liriknya yang ngena dan relatable ya hitung-hitung ngode si doi duh, dasar si masyarakat tontonan. Merasa foto KTP bagus, langsung upload medsos sekalian sama makeup tutorialnya. Nah, yang kaya gini ini bahaya. Emang boleh sembarangan upload foto KTP? 

The answer is, no! you better not!

Belum lama ini saya membaca thread di Twitter tentang seseorang yang hampir ditipu hanya karena ikut challenge membagikan nama panggilan di Instagram, itu loh challenge yang menggunakan fitur add yours, serem kan. Paham kok kalau sekarang kita diberi platform untuk bebas berekspresi, mengeluarkan pendapat dan mengunggah apapun yang kita suka. Tapi ingat semua ada batasannya. 

Jangan sebarkan informasi atau konten yang menyangkut privasi dan mengandung informasi sensitif. Ingat pembahasan kita di awal tadi, the whole world is watching dear. Jangan sampai yang tadinya mau menggunakan media sosial untuk hiburan malah membawa petaka. Perkara nama panggilan aja bisa jadi modus penipuan, apalagi upload identitas dan dokumen pribadi waduh bahaya banget. Sharing boleh, oversharing jangan!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE