Hujan Dan Segala Ceritanya

Bagaimana jika yang ku ingin hanya kamu?


Untukmu yang tidak pernah menjadi milikku sejak awal.


Advertisement

Entah mengapa aku menyebutnya hujan aku rasa tidak pernah ada alasan yang sangat spesifik ketika aku memanggilnya hujan, karna hanya satu yang aku tau bahwa aku menyukaimu seperti aku menyukai hujan yang turun kapanpun ia mau. Ada banyak hal menarik dari hujan yang kutemui sejak 4 tahun yang lalu tepatnya pada bulan Agustus 2018 yang pada awalnya aku mengenal dia sebagai seorang laki laki brengsek dan sombong, aku mengenal dia dengan sosok yang seperti itu karna memang orang orang banyak membicarakan buruknya dia saja. Hmm rasanya sedikit aneh bukan, mana mungkin sosok manusia tidak mempunyia sifat baik sedikitpun, dari pembicaraan banyak oranglah yang membuatku penasaran dengan sosok hujan yang sering sekali kutemui di sekolah.

Dia Hujan. Seorang laki laki yang aku temui di dekat tangga sekolah yang sering sekali memperhatikanku dari jauh dengan tatapan hangatnya yang tidak pernah bisa membuat aku berpaling, hmm sepertinya bukan dia saja yang sering memperhatikanku hahaha akupun juga begitu, melihat dia adalah candu bagiku. Mungkin semesta menyadari hal itu sampai ia mengizinkanku untuk mengenalnya lebih dari seorang teman.

Seiring berjalannya waktu aku cukup mengenal hujan dengan baik, aku bisa mengerti rasa sakit dan bahagianya dia dengan sangat baik, karna akupun selalu hadir dalam setiap hari, jam, bahkan detik kehidupannya. Aku selalu bisa merasakan hal hal menarik dari dirinya yang tidak pernah aku temui pada orang lain. Hampir dua tahun aku mengenalnya tidak pernah sekalipun ia menghilangkan tatapan hangatnya untukku, tidak pernah sekalipun ia lupa untuk memperlakukan diriku layaknya seorang putri, dan hujan selalu memperlihatkan bagaimana takutnya ia kalau pada suatu hari nanti aku menghilang dari hidupnya. Ternyata penilaian diriku pada saat pertamakali mengenalnya memang sebuah kesalahan besar, dia tidak brengsek dan tidak sombong seperti yang orang lain katakan kepadaku.

Advertisement

Kalau aku bisa jujur rasanya lebih dari bahagia mendapat perlakuan itu dari seseorang yang aku sayangi, aku sangat salut karna hujan selalu meyakinkanku dengan seribu caranya untuk tetap bertahan pada apapun yang membuat diriku dan dirinya berpisah. Sampai pada akhirnya semua rasa percaya dalam diriku hancur dan tidak bisa pulih dengan mudah seperti sebelumnya, hujan memang meyakinkan diriku untuk percaya dahulu dengan keadan dan semua usaha usahanya tapi entah mengapa semua terasa berbeda dan sangat sulit untukku lewati.

Dalam keadaan itu aku selalu berharap bahwa hujan akan selalu sama seperti pertama kali aku mengenalnya, tapi ternyata tidak sabarnya habis begitu saja untuk diriku raganya perlahan mejauh dari dekapanku, mengapa? Dimana hujan yang sealalu meyakinkan diriku bahwa ia akan tetap hadir bahkan sesulit apapun keadaannya, dimana hujan yang selalu memberiku tatapan hangatnya, dimana hujan yang selalu memperlakukan diriku dengan sangat baik, dimana hujan yang selalu menerima diriku dengan segala kurangnya aku.

Advertisement

Sungguh, kepergian hujan membuat diriku kecewa dengan semua hal yang pernah terjadi. Aku memberimu nama dengan sebutan hujan, tapi mengapa kamu tidak segigih hujan yang berkali kali jatuh namun tetap kembali. Jujur aku tidak pernah menyesali karna aku sudah menjatuhkan hatiku kepadamu, aku juga tidak menyesali pertemuan kita, yang aku sesali adalah keputusanku sendiri mengapa aku tidak bisa percaya lagi dengan hujan pada saat itu dan mengapa kamu begitu cepat untuk melupakan semua hal yang pernah kita jalani. Sungguh itu membuat diriku sakit.

Aku mengakui bahwa kepergian hujan kali ini adalah kesalahan diriku sendiri, aku tidak pernah menyalahkan dirimu jika sabarmu untukku sudah hilang, aku tidak pernah menyalahkan dirimu jika kamu menyerah untuk menghadapi diriku. Sungguh aku sangat bersyukur hujan pernah hadir dan membuatku bahagia walau hanya sesaat, tapi mengapa semesta? Mengapa harus dia yang engkau pertemukan padaku padahal engkau tau dia hanya sesaat atau bahkan dia tidak pernah benar benar menjadi miliku, karna saat ini dia sungguh manusia yang sangat asing untuk diriku. Kamu, sangat dingin seperti cuaca saat hujan sedang turun.

Terimakasih,

Terimakasih hujan atas hadirmu, terimakasih atas tatapan hangatnya, terimakasih atas baikmu, terimakasih atas perlakuan hangatmu, terimkasih atas semua tawa dan sedih yang pernah kamu berikan untuk diriku, terimakasih atas harapan yang pernah kau taruh untukku, terimakasih untuk cintanya yang dulu, dan terimakasih untuk kepergianmu.

Maaf,

Maaf sudah sangat egois perihal memperjuangkanmu kembali, maaf jika harapku menjadi beban untukmu, maaf jika resahku menjadi penghalang impianmu, maaf jika keberadaanku membuatmu semakin sulit.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Hi all, I hope you enjoy reading my writing

CLOSE