Kamu Yakin Memilihku? Kalau Iya, Jangan Main-Main dengan Perasaanku~

jangan main-main dengan perasaanku

Teruntuk diriku yang baru saja mendapat ajakan menikah dari seseorang. Dia adalah laki-laki ketiga yang sudah berupaya singgah untuk menetap dalam hatiku. Entah sudah seberapa jauh dia berjuang mendapatkanku. Yang aku tahu, cinta adalah sebuah kefiktifan yang nyata dan semua orang di muka bumi ini merasakannya. Ujung tombak dari sebuah jalinan asmara adalah pernikahan. Maka hati manakah yang tak merasa gelisah jika ada seseorang bertandang dengan niat baik menyegerakan menikah? Dari ribuan gadis yang dikenalnya, alangkah bahagianya dia memutuskan menikahiku seorang.

Advertisement


Suatu hari nanti akulah yang menjadi rumah terdekat memelukmu erat, apakah aku baik untukmu?


Sebelum kamu betul-betul melangkah serius pada tahap berikutnya, sekarang selesaikan dulu urusan pribadimu yang masih menggantung di benakku. Ingin sekali rasanya aku bertatap muka dan berbicara kepadamu perihal sebuah alasan "Mengapa kamu memilihku? Bukan dia atau dia yang dulu pernah kamu begitu puja dengan agungnya?". Namun aku tahu kamu pasti akan menjawab "Hanya kamu yang terbaik untukku". Akan kujawab lantang, terima kasih. Kamu telah menjawab rasa penasaranku akan kehadiranku dalam hidupmu yang masih terlihat 'baik-baik' saja. Coba kulangkahkan pada pernyataan berikutnya. 


Semoga kamu memilihku bukan hanya untuk sebuah pencapaian. Mencintaiku adalah juga mencintai keluargaku.


Advertisement

Tantangan terberat untuk kita berdua adalah mencintai keluarga yang tidak pernah kita kenal satu sama lain sebelumnya. Ya, dan kita punya ayah, ibu dan adik bahkan kakak yang nantinya juga harus saling kita sayang. Bukan hanya menyayangiku atau menyayngimu seorang. Sudah siapkah kita dengan itu semua? 

Satu dari sekian laki-laki yang berusaha memperjuangkanku, akan terhenti pada satu pertanyaan dariku "Kamu yakin memilihku?" tak lama kemudian satu per satu pergi dan kudapati foto profil mereka adalah bersama wanita dambaannya di pelaminan. 

Advertisement


Maksudku ragu bukan untuk menolakmu, tapi untuk membantu membuatku semakin yakin bahwa kaulah yang terbaik untukku.


Sebelum kamu utarakan niat baik itu, ada kalanya kau sedikit berkomunikasi denganku perihal "bagaimana nanti hidup yang kamu inginkan bersamaku?" atau "apakah ayahmu dan ibumu ada ingin aku harus membahagiakanmu seperti apa?". Bicarakanlah visi misi hidup pernikahanmu dulu denganku, baru kamu utarakan niat baikmu itu kepadaku. Sejujurnya, aku pernah patah sepatah-patahnya menerima kenyataan dia yang pergi tanpa alasan setelah memberiku pernyataan akan menikahiku segera. Dan dia memintaku menunggu. Baiknya diriku, kutunggu dia hingga tersiar kabar dia menikah dengan temanku sendiri. Ini sungguh memilukan. Akupun sedang berupaya meyakinkan diriku, bahwa semua akan indah dan bahagia datang pada waktunya.

Aku bukan jajaran direksi komunikasi jangka panjang di bidang penjajakan, jika kau serius, bertemulah menghadap kedua orang tuaku, dan nyatakan dengan baik bahwa kamu serius menikahiku. Maka aku berupaya betul meyakinkan dirimu telah sungguh-sungguh membuat keputusan yang nantinya tak melukai satupun dari kita. Jika memang pada akhirnya tidak terjadi sebuah niat baik itu, setidaknya sudah ada kesempatan kita saling hadir dan saling mengisi segala pemikiran untuk persiapan hidup berdua kita yang kita rencanakan. Semua tetap ada kendali tangan Tuhan. Aku juga percaya itu. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Saya menulis dan saya terus belajar.